Ketika sebagian besar negara di dunia masih berkutat melengkapi armada helikopternya, termasuk TNI, Angkatan Darat Amerika Serikat (US Army) sudah mencari heli pengganti masa depan. Mereka menyebut program FVL (Future Vertical Lift).
Program jangka panjang FVL bertujuan akhir untuk menggantikan beragam helikopter di jajaran US Army. Mulai dari angkut dan multimisi, intai bersenjata, serang bahkan angkut berat.
Kelak dalam visi program FVL, heli-heli pengganti OH-58 Kiowa, UH-60 Blackhawk, AH-64 Apache hingga CH-47 Chinook nantinya memang akan berbeda dari segi ukuran dan konfigurasi tata letak kabin namun memiliki baseline desain yang sama, dengan tingkat kesamaan komponen (commonality) di atas 70%.
FVL dibagi menjadi beberapa kelas yaitu FVL-Light, (divisikan sebagai pengganti OH-58 Kiowa/Kiowa Warrior), FVL-Medium (pengganti UH-60 Blackhawk dan AH-64 Apache) dan FVL-Heavy (pengganti CH-47 Chinook).
Meski dipandang ambisius di tengah situasi ekonomi AS yang masih suram, pelan tapi pasti AD AS sudah memulainya lewat sub program bertajuk JMR (Joint Multi Role).
Sub program JMR terbagi dua fase yaitu JMR-TD (technology demonstrator) untuk mewujudkan purwarupa serta JMR fase II yang akan menghasilkan mission system-nya. Finalis JMR-TD (dua pabrikan) diharapkan mampu menerbangkan purwarupanya dalam rentang 2017 – 2019.
Dalam perkembangan terakhir, AD AS sudah memilih dua finalis untuk FVL-Medium yaitu Bell Helicopters dan konsorsium Lockheed Martin – Boeing.
Sekadar catatan, tadinya konsorsium tersebut merupakan kolaborasi Sikorsky dan Boeing, namun dalam perjalanannya Sikorsky diakuisisi Lockheed Martin pada November 2015. Kedua finalis menyingkirkan peserta lain yaitu EADS North America, Piasecki, AVX dan Karem Aircrfat.
Menilik kesiapan pendanaan maupun kontendernya, program FVL-Medium diperkirakan yang akan pertama kali menelurkan hasil.
Teks: antonius kk
