Tahukah Kamu Siapa Pramugari Pertama di Dunia?

0

Kenyamanan sebuah penerbangan yang kita nikmati saat melakoni perjalanan tak lepas dari tangan pramugari. Penampilan kru kabin yang manis sudah pasti mengurangi rasa lelah kita setelah menunggu pesawat di ruang tunggu bandara. Belum lagi pelayanan dengan setulus hati yang membuat para penumpangnya melupakan segala kejenuhan di atas pesawat.  Tapi tahukah Anda, siapa perempuan hebat yang menjadi pramugari pertama di dunia?

Kata ‘Pramugari’ atau ‘Flight Attendant’ sendiri belum dikenal pada tahun 1920-an. Saat itu penerbangan komersial memang sudah dimulai namun seperti layaknya moda transportasi umum lainnya, tidak ada orang yang secara khusus ditunjuk untuk melayani para penumpang.

Bepergian dengan pesawat di zaman itu merupakan suatu kegiatan yang menakutkan. Walaupun, mereka yang berkocek tebal tetap menggunakan moda transportasi ini karena jauh lebih cepat dibanding moda transportasi lain. Belum lagi saat terbang di atas ketinggian 5.000 kaki, banyak penumpang yang mabuk karena seringnya terjadi goncangan di dalam pesawat.

Baca juga:
Ini Daftar 18 Pesawat Baru yang Tampil di Paris Air Show 2017
Stratolaunch, Pesawat Terbesar dengan 28 Roda dan 6 Mesin

Di masa awal penerbangan komersial, kopilot bertugas untuk melayani penumpang saat pesawat berada di ketinggian jelajah. Ia harus membagikan makanan, memberikan segala macam pengumuman, hingga menangani penumpang yang sakit.

Hingga di tahun 1930, Steve Simpson, Manajer Boeing Air Transport (BAT) meminta seorang wanita bernama Ellen Church untuk melayani penumpang di dalam sebuah penerbangan.  Ellen lahir tahun 1904 di Iowa, AS.

Tanggal 15 Mei diperingati sebagai hari Ellen Church. Sumber gambar: jdmitchelldesigns.wordpress.com

Sebelumnya, Ellen bekerja sebagai perawat di sebuah rumah sakit di San Fransisco. Di waktu senggangnya ia berlatih terbang di sebuah klub penerbangan.  Ketertarikannya dengan dunia penerbangan sudah muncul sejak Ellen balita. Di dekat rumahnya di Cresco, Iowa, AS sering ada pesawat generasi pertama yang mondar-mandir di atas rumahnya.

Tiap hari saat berangkat dan pulang kerja ia melewati kantor BAT dan ia pun tertarik untuk bisa bekerja di tempat itu. Suatu hari ia bertemu Steve dan menanyakan apakah ada pekerjaan untuk seorang perawat. Steve mengatakan, ia memang memiliki rencana untuk mencari pramugara di dalam penerbangan. Namun hal itu belum ia ajukan secara resmi ke manajemen BAT.

Sebagai catatan, di masa itu terminologi pramugari dan pramugari, atau dalam bahasa Inggris stewardess dan steward merujuk pada orang yang melayani penumpang di kapal laut dan kereta api. Di akhir dekade 1920-an Jerman dan Inggris tercatat sudah menggunakan jasa pramugara di penerbangan komersialnya. Namun, pekerjaan mereka lebih sebagai pelayan, menggantikan pekerjaan yang sebelumnya diemban kopilot. Tujuannya agar kopilot bisa lebih fokus bekerja di kokpit.

Sumber gambar: premiertraveler.newswire.com

Saat Steve Simpson mengajukan adanya seorang pramugari di penerbangan BAT, manajemen sempat menentangnya. Hingga akhirnya manajemen menyetujui, namun dengan syarat Ellen juga bertugas untuk merekrut beberapa orang pramugari lainnya. Sesuai dengan pekerjaan sebelumnya, tugas utama Ellen di United Airlines adalah menenangkan penumpang di sepanjang penerbangan dan menangani penumpang yang mabuk atau sakit.

Tugas untuk mencari pramugari lain pun dijalani dan ternyata sangat tidak mudah. Saat itu masyarakat AS menganggap tabu bagi seorang wanita yang bekerja jauh, apalagi di dunia penerbangan. Syarat dari manajemen BAT pun tak kalah beratnya. Para calon pramugari haruslah seorang perawat, belum menikah, berat badan maksimal 52 kg, dan tinggi tidak lebih dari 1,62 m.

Dengan segala keterbatasan itu, Ellen berhasil merekrut tujuh pramugari lainnya. Jangan bayangkan pekerjaan mereka seperti pramugari sekarang. Saat itu pramugari juga harus membersihkan kabin, hingga mengencangkan baut-baut yang kendor di dalam kabin.

Walaupun awalnya para penumpang ragu dengan kehadiran pramugari ini, namun lama kelamaan penumpang justru merasa lebih nyaman dalam penerbangan jika ada pramugari di dalamnya. Hal ini berefek pada turunnya penjualan tiket maskapai lain karena penumpang lebih memilih penerbangan dengan pramugari. BAT membuat maskapai lain, khususnya di AS ikut merekrut wanita-wanita seperti Ellen Church.

Ellen kemudian diminta oleh Angkatan Udara AS (USAF) untuk ikut membantu evakuasi prajurit yang terluka atau gugur perang di Italia dan Afrika. Ia ditugasi merawat para prajurit yang terluka di dalam pesawat. Tak hanya sampai di situ, Ellen juga didapuk untuk melatih perawat-perawat lainnya menjelang invasi ke Normandia.

Atas jasanya ini Ellen tercatat dianugerahi Air Medal,  European-African-Middle Eastern Campaign Medal, American Theatre Campaign Medal, dan Victory Medal.

Teks: remigius septian

Share.

About Author

Being a journalist since 1996 specifically in the field of aviation and military

Leave A Reply