Korea Sempurnakan Konfigurasi KFX/IFX, Rencana Beroperasi Tahun 2026

0

Korea Aerospace Industries (KAI), sedang dalam proses memperbaiki konfigurasi akhir dari pesawat tempur Korean Fighter Experimental (KFX) yang telah melewati perjalanan panjang hingga detik ini.

Berbicara di Seoul International Aerospace and Defence Exhibition (ADEX) 2017, pejabat senior terkait program mengatakan bahwa sementara konfigurasi twin-jet yang dipilih, penyempurnaan akhir sedang dirampungkan di depan rancangan awal desain yang direncanakan (PDR) pertengahan tahun depan.

“Kami memberikan sentuhan akhir pada konfigurasi tersebut, dan berencana mempunyai PDR pada Juni 2018,” ujar pejabat yang minta namanya tidak disebutkan seperti diberitakan janes.com.

Ia menambahkan bahwa PDR akan diikuti tinjauan desain kritis (CDR) pada September 2019, peluncuran prototipe pertama tahun 2022, dan masuk beroperasi penuh tahun 2026.

Pesawat tempur KFX pertama kali diungkap oleh Administrasi Program Akuisisi Pertahanan Korea Selatan (DAPA) pada 2010.

Indonesia bergabung dalam proyek ini pada tahun 2012, dengan sebuah nota kesepahaman (MOU) yang mencakup pengembangan platform bersama. Indonesia meenyebut prototipe pesawat tempur ini dengan IFX.

KAI mengambil peran terbesar 60 persen dengan nilai investasi 8 miliar dolar AS dalam kemitraan dengan Lockheed Martin.

Indonesia diharapkan menginvestasikan 1 miliar dolar AS untuk memperoleh teknologi pesawat tempur, pengetahuan teknik produksi, dan opsi untuk mendapatkan hingga 50 pesawat.

Kemampuan operasional awal (IOC) KFX/ IFX direncanakan akan diperoleh pada tahun 2023.

Kendala anggaran dan kekhawatiran akan risiko teknis mendorong KAI untuk menyelaraskan kembali program ini dari membuat pesawat tempur generasi ke-5 menjadi generasi 4,5.

Di dalam negeri Korea Selatan sendiri, proyek KFX terus maju mundur dikarenakan kondisi keamanan nasionalnya terkait ancaman perang dengan Korea Utara.

Dalam situasi seperti ini, Korea membutuhkan pesawat tempur “siap saji” untuk menghadapi konflik. Sehingga dalam situasi seperti itulah, proyek KFX/IFX selalu menghadapi ancaman terhenti mendadak.

Menjawab pertanyaan media usai menerima hibah pesawat NU-200 Sikumbang dari PT Dirgantara Indonesia untuk Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, Yogyakarta, Selasa (17/10/2017), KSAU Marsekal TNI Hadi menyampaikan bahwa proyek IFX masih tetap berjalan sesuai rencana.

“Masih proses di Kementerian Pertahanan, harapannya kita bisa memiliki secara mandiri pesawat tempur,” ujar KSAU.

Sebelumnya pada 28 Juli 2017, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan Anne Kusmayati, mengatakan bahwa pengembangan KFX/IFX masih menghadapi sejumlah kendala teknologi. AS sebagai pemegang teknologi, belum sepenuhnya memberikan izin penggunaan di pesawat.

Meliputi penggunaan radar AESA (active electronically scanned array), IRST (infrared search and track), EOTGP (electronic optics targeting pod), dan radio frequency jammer. Termasuk technical assistance agreement dari AS.

Meski disebutkan pihak Korea Selatan sudah mempunyai kerjasama dengan negara Eropa terkait pengembangan teknologi sensitif ini, belajar dari sejarah, tetap saja akan melewati jalur berliku untuk mendapatkan izin dari Paman Sam.

Kesiapan PTDI untuk terlibat dalam proyek pembuatan pesawat tempur generasi 4,5 ini memang menjadi taruhan.

Kita ketahui, Amerika Serikat dalam hal ini Lockheed Martin sebagai mitra utama dalam proyek, pasti akan menjaga teknologinya tidak lepas begitu saja ke negara lain. Terutama 4 teknologi kunci di pesawat tempur tersebut.

Dalam kaitan ini, sebuah sumber di PTDI mengatakan kepada mylesat.com bahwa sebuah tim kecil dari Amerika pernah datang ke Bandung untuk meninjau kesiapan PTDI dalam proyek ini.

“Yang mereka perhatikan adalah faktor keamanannya,” ucapnya.

 

Teks:

Share.

About Author

Being a journalist since 1996 specifically in the field of aviation and military

Leave A Reply