HUT Koharmatau ke-54: Karena Lahirnya TNI AU dari Sisi Perawatan di Yogja

0

Diiringi raungan sirene, setungkup kain putih mengkilat yang menutupi mystery objects itu pun secara perlahan namun pasti mulai terangkat.

KSAU Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dan Ibu Nanny Hadi Tjahjanto seperti tidak sabar menanti sosok misteri itu. Hadirin pun bertepuk tangan gembira, menebar senyum bahagia ketika dengan jelas terlihat pesawat Cureng yang sudah direstorasi sejak Juli 2017 di Skadron Teknik 043 Lanud Adisucipto itu, terlihat jelas.

Meski acara pembukaan selubung berada di akhir rangkaian upacara HUT Komando Pemeliharaan Materiil TNI AU (Koharmatau) ke-54 di Lanud Adisucipto, Kamis (26/10/2017), namun boleh dikata inilah puncak acara sesungguhnya.

Keberadaan pesawat Cureng (Yokosuka K5Y1) peninggalan Jepang ini memang tidak akan pernah terlepas dari sejarah Koharmatau.

Sejarah mencatat pada tanggal 25 Oktober 1945, teknisi Basir Surya yang didatangkan dari Bandung, berhasil memperbaiki dan kemudian menyiapkan pesawat Cureng untuk diterbangkan.

Menurut catatan, saat itu Basir Surya yang lahir di Garut pada 17 April 1912 memperbaiki tiga pesawat Cureng sekaligus. Sehari kemudian, 26 Oktober 1945, Komodor Agustinus Adisucipto berhasil menerbangkan pesawat Cureng di atas Maguwo.

KSAU Marsekal TNI Hadi Tjahjanto memeriksa pasukan. Foto: beny adrian

Momen ini penuh dengan catatan istimewa, karena itulah kali pertama pasca Kemerdekaan pesawat dengan identitas merah putih diterbangkan oleh putra Indonesia. Pesawat berputar-putar sekita setengah jam di atas Lanud Maguwo.

Peristiwa bersejarah inilah yang dijadikan landasan lahirnya Koharmatau.

Pada 28 Oktober 1945, Cureng kembali diterbangkan di atas Alun-alun utara Yogyakarta dan disaksikan ribuan pasang mata.

Karena pada saat bersamaan tengah berlanggsung Rapat Raksasa dalam rangka Kongres pemuda Indonesia yang dihadiri Presiden Soekarno dan Sri Sultan Hamengkubowono IX.

“Momentum itu yang menandakan hari kelahiran Koharmatau, dan karena itu saya meminta HUT Koharmatau diadakan di Yogya karena memang lahirnya di sini,” tutur KSAU Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dalam malam sambung rasa Koharmatau di Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala (25/10/2017).

Masih menurut Hadi, nilai juang ketika itu yang berhasil menghidupkan Cureng, harus dilestarikan kepada generasi penerus TNI AU khususnya.

“Itulah tonggak sejarah penerbangan Indonesia dan tonggak sejarah lahirnya TNI AU dari sisi perawatan,” ujar KSAU.

Puncak upacara HUT Koharmatau ke-54 dilaksanakan secara meriah di hangar 3 Skatek 043 Lanud Adisutjipto. Bertindak sebagai inspektur upacara KSAU Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, dengan komandan upacara Kolonel Tek Aswan Jauhari yang menjabat komandan Depohar 10.

KSAU dalam sambutanya menyampaikan, Koharmatau bertugas melaksanakan pemeliharaan alutsista dan non alutsista sampai dengan tingkat berat dan produksi materiil TNI AU.

“Selain itu Koharmatau berfungsi menyelenggarakan pembinaan peralatan bengkel dan produksi serta fabrikasi teknik, menjadikan Koharmatau memiliki peran sangat strategis, karena untuk mewujudkan TNI AU yang andal dan profesional, perlu didukung oleh sistem pemeliharaan yang baik dan benar,” urai KSAU.

Menurut KSAU, hari jadi satuan hendaknya dijadikan sarana introspeksi dan evaluasi dari pelaksanaan tugas selama ini. Karena apa yang sudah dicapai merupakan titik tolak dari peningkatkan kualitas serta pengabdian lebih baik di masa mendatang.

“Hari jadi harus bisa menumbuhkan gairah baru dan jiwa patriot baru,” ucap Hadi. KSAU menekankan bahwa pesatnya perkembangan teknologi kedirgantaraan yang diaplikasikan ke dalam alat utama sistem persenjataan TNI AU, harus cepat diantisipasi oleh Koharmatau agar tidak tertinggal.

Karena itu, kata Hadi, pembinaan personel Koharmatau harus menjadi prioritas.

Dalam sambutannya KSAU melontarkan tantangan kepada Koharmatau agar menjadi pusat pemeliharaan dan perbaikan terbaik. Tidak hanya bagi TNI AU tapi juga berorientasi ke luar negeri.

“Apakah bisa pemeliharaan alutsista TNI AU yang dilaksanakan di luar negeri, dipindahkan di Koharmatau. Juga, apakah bisa pesawat negara lain dilaksanakan pemeliharaannya di Koharmatau,” papar Hadi tegas saat memberikan tantangan kepada Koharmatau di hadapan tamu dan undangan.

Tentu apa yang disampaikan Hadi tidak berlebihan. Karena sesuai rencana strategis TNI ke depan, TNI AU masih akan terus melakukan modernisasi alutsistanya.

Dalam beberapa tahun ke depan, TNI AU akan menerima pesawat tempur Sukhoi Su-35 dan beberapa pesawat pemadam kebakaran. KSAU juga menyampaikan rencana TNI AU mendatangkan pesawat C-130J Hercules.

“Saya sudah mitna Asrena KSAU untuk pengadaan Hercules tipe J sebagai lompatan teknologi. Kita punya infrastruktur yang mampu menanganinya. Semoga di akhir Renstra kedua TNI AU sudah memiliki Tipe J,” beber Hadi.

Dalam pengadaan Hercules tipe J, Hadi menyampaikan strategi alih teknologi yang diminta TNI AU.

“Sangat sederhana, saya sampaikan kepada Asrena dan Kadisaero untuk meminta support 5 tahun, dan kemudian kita lakukan sendiri di Bandung dan Malang. Saya ingin menunjukkan bahwa kesiapan kita itu tinggi,” jelas Hadi.

“Sekarang kita memasuki era generasi 4,5 dan 5, pemerintah merencanakan melakukan loncatan teknologi, bagaimana Indonesia bisa membuat pesawat tempur generasi 4,5 lewat KFX/IFX,” kata Hadi yang juga menambahkan sejumlah program tengah dilakukan untuk meningkatkan pesawat F-16.

Memang tepat sekali apa yang disampaikan KSAU, di tengah kemajuan teknologi kedirgantaraan yang sudah masuk ke era digital dan penggunaan bahan komposit dalam struktur pesawat.

Mengutip sambutan KSAU pada malam sambung rasa Koharmatau, berkali-kali KSAU mengajak segenap anggota TNI AU untuk bersama-sama menyongsong kemajuan yang menjadi keniscayaan bagi Angkatan Udara. Hadi juga meminta seluruh satuan di lingkungan TNI AU untuk lebih aktif mensyiarkan kepada masyarakat seluruh potensi dan sejarah yang mereka miliki.

“Banyak sejarah sudah dibangun oleh pendahulu, untuk itu mari generasi penerus Angkatan Udara kita bangun bersama. Siapa yang pintar kita ajak membangun Angkatan Udara. Generasi sudah berubah dan cara berpikir juga berubah, manajemen harus kita atur lebih baik.”

Sebagai bentuk apresiasinya kepada keluarga besar Koharmatau, KSAU berkali-kali menyampaikan pentingnya tugas dan tanggung jawab teknisi pesawat. Karena apa yang sudah dilakukan Basir Surya 72 tahun silam di Maguwo, adalah bukti betapa pentingnya peran seorang teknisi.

“Kalau Basir Surya tidak bisa menyiapkan Cureng saat itu, maka pesawat itu tidak akan terbang. Itu adalah bukti, hanya bapaklah yang mampu menjaga itu,” ungkap KSAU kepada keluarga besar Koharmatau baik yang masih aktif maupun yang sudah purnawirawan.

Upacara HUT Koharmatau ke-54 dimeriahkan tari kolosal perjuangan TNI AU dalam masa Kemerdekaan, khususnya dalam menyiapkan pesawat terbang.Turut memeriahkan flypast pesawat latih Grob dan KT-1 serta T-50 Golden Eagle.

Saat ini Koharmatau membawahi tujuh Depo Pemeliharaan (Depohar):

  1. Depohar 10 di Lanud Husein Sastranegara, Bandung; menyelenggarakan dan melaksanakan pemeliharaan tingkat berat pesawat bersayap tetap dan putar, pemeliharaan komponen, alat uji dan kegiatan fabrikasi.
  2. Depohar 20 di Lanud Iswahyudi, Madiun, menyelenggarakan dan melaksanakan pemeliharaan tingkat berat avionik, elektronika, dan sistem elektronika persenjataan udara.
  3. Depohar 30 di Lanud Abdulrahman Saleh, Malang, menyelenggarakan dan melaksanakan pemeliharaan tingkat berat pesawat bersayap tetap bermotor turbin serta pemeliharaan engine, komponen listrik, dan fabrikasi.
  4. Depohar 40 di Lanud Sulaiman, Bandung, menyelenggarakan dan melaksanakan pemeliharaan tingkat berat peralatan komunikasi, alat bantu navigasi dan elektronika khusus.
  5. Depohar 50 di Lanud Adi Sumarmo, Solo, menyelenggarakan dan melaksanakan pemeliharaan tingkat berat radar dan peralatannnya.
  6. Depohar 60 di Lanud Iswahyudi, Madiun, menyelenggarakan dan melaksanakan pemelihgaraan restorasi senjata dan peralatannya yang merupakan supercontrol item.
  7. Depohar 70 di Lanud Sulaiman, Bandung, menyelenggarakan dan melaksanakan pemeliharan tigkat berat GSE (ground support equipment), kendaraan khusus, alat keamanan terbang, SAR perbekalan udara, mesin stasioner dan alat-alat fabrikasi.

 

Teks: beny adrian

Share.

About Author

Being a journalist since 1996 specifically in the field of aviation and military

Leave A Reply