Monumen Karbol Persembahan Adem 86, Sejarahnya Berawal dari Moskow

0

Kongkouw sama teman dan saudara itu ternyata memiliki banyak khasiat. Mungkin karena itulah para orang tua kita dahulu memiliki umur panjang dan badan yang sehat.

Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa kumpul-kumpul bersama sahabat dapat menimbulkan rasa gembira dan membuat umur lebih panjang.

Penelitian  itu membuktikan bahwa seseorang yang banyak dikelilingi teman dan saudara, kemungkinan meninggal lebih cepatnya berkurang 50 persen.

Orang-orang yang memiliki kehidupan sosial seperti ini rata-rata hidupnya bertambah hingga 3,7 tahun.

Penelitian di Brigham Young University dan University of North Carolina (UCLA), Amerika Serikat mengungkapkan bahwa teman dan keluarga yang selalu mendukung dapat membuat seseorang lebih terasa mudah dalam menghadapi masalah sehingga kebahagiaan selalu tercipta dan membantu seseorang mengurangi beban masalahnya.

KSAU menyalami para istri Adem 86 dalam acara makan malam bersama. Foto: beny adrian

Kita di Indonesia, dari dulu diwarisi budaya ngumpul dalam hubungan grup culture.

Sehingga ketika kita kembali berkumpul dan bertemu dengan teman-teman lama, suasananya pun seperti mampu mencairkan darah yang menyumbat pembuluh darah. Seperti makna di balik kata reuni, yang artinya kembali bersatu.

Kekuatan dari kata reuni itulah yang menyelimuti alumni Akademi Angkatan Udara 86 (Adem 86) saat melaksanakan makan malam bersama di Teras Handrawina komplek AAU, Yogyakarta, Sabtu (2/12/2017). Tidak hanya keluarga besar Adem 86, makan malam itu juga diikuti taruna dan taruni AAU.

Seperti namanya reuni, sejak awal kedatangan KSAU Marsekal TNI Hadi Tjahjanto sebagai tertua Adem 86, suasananya sudah mencair. Mengalir penuh canda tawa di antara rekan, untuk sementara melupakan pangkat dan kedudukan masing-masing.

KSAU memberikan tali asih kepada 28 taruna taruni yang berulang tahun di bulan Desember: Foto: beny adrian

Para istri Adem 86 yang tampil dengan kebaya merah, membuat suasana menjadi begitu meriah.

“Tigapuluh ima tahun yang lalu, saya berdiri di sini dengan pangkat prajurit taruna, lalu menghadap ke luar dan tidak berani menghadap ke dalam (Handrawina) karena di sana para senior duduk di samping pintu,” ujar KSAU disambut tempuk tangan rekan-rekannya. Guyonan ringan namun penuh makna.

Kenangan semasa menjadi taruna alias karbol, memang begitu indah untuk diceritakan saat ini. “Masa itu terasa indah ketika sudah lepas, namun ketika masih di AAU adalah masa siksaan,” tutur KSAU.

Para remaja yang diterima menjadi taruna AAU pada tahun 1983 itu, berjumlah 60 orang setelah menjalani pendidikan candradimuka di Magelang. Sampai akhir masa pendidikan di AAU, sebanyak 55 dilantik sebagai perwira dengan pangkat letnan dua pada 20 September 1986.

Dari total 55 yang dilantik, dalam perjalanannya empat orang mengajukan pensiun dini. Sementara enam orang sudah meninggal. Yaitu Afandi, Antonius Teguh P, Dwi Haryono, RA Imanullah, Imron Nasution, dan Lalu Amdaniq.

“Sehingga yang masih aktif di TNI AU saat ini berjumlah 44 orang, sementara satu orang alih status ke Kementerian Perhubungan,” ujar Marsma TNI Wisnu Dewantoko selaku sekretaris Adem 86.

Dari 55 yang dilantik itu, sebanyak 36 orang perwira muda Adem 86 berhasil menjadi penerbang TNI AU. “Karena sering tumbling, jadi saat aptitude test tidak ada yang muntah,” aku KSAU sambil senyum.

Kepada taruna dan taruni, KSAU menyampaikan bahwa tumbling memiliki manfaat besar bagi penerbang supaya memiliki kesimbangan otak besar sehingga tidak gampang muntah pada saat terbang.

Dalam sambutannya, KSAU banyak memberikan motivasi kepada taruna taruni sebagai aset masa depan TNI AU. “Kalian adalah calon pemimpin TNI AU di masa depan,” tegas KSAU.

Selain makan malam bersama Adem 86, malam itu digunakan KSAU dan Ibu Nanny Hadi Tjahjanto untuk memberikan ucapan selamat kepada 28 taruna taruni yanng berulang tahun di bulan Desember 2017. KSAU dan Ibu Nanny sebagai Ibu Taruna, memberikan tali asih kepada 28 taruna taruni ini.

Ketika masih menjadi taruna, Hadi yang anak serka purnawirawan itu sudah menyimpan tekad di dalam hatinya untuk memberikan yang terbaik kepada TNI AU. Sekarang, saat sudah menjadi KSAU, apa yang melekat di dalam benak dan pikirannnya itulah yang ia curahkan untuk kebaikan TNI AU.

“Malam hari ini saya sengaja berkumpul dengan civitas AU dan rekan-rekan saya untuk mengenang masa lalu, 35 tahun lalu, sejak tahun 83 ketika kami sama-sama masuk AAU,” kata Hadi.

Foto bersama Adem 86 di depan Monumen Karbol. Foto: beny adrian

Salah satu tekad yang ia simpan untuk kebaikan TNI AU adalah memberikan simbol sebagai penyemangat kepada para taruna dan taruni di AAU agar selalu memberikan yang terbaik kepada TNI AU khususnya dan bangsa Indonesia.

Keinginan itupun diwujudkan Hadi bersama teman-temannya dari alumni AAU 86 dengan mendirikan Monumen Karbol di gerbang masuk Ksatriaan AAU di Yogyakarta.

Monumen Karbol setinggi 17 meter itu pun langsung menjadi landmark. Saat mylesat.com sudah berada di baseops Lanud Adisutjipto yang notabene di seberang AAU, patung itu terlihat menonjol dari kejauhan dan berdiri dengan kokoh.

Di atas Monumen Karbol berdiri gagah dua sosok pahlawan nasional yang juga pelopor TNI AU, yaitu Komodor Abdulrachman Saleh dan Komodor Adisujtjpto.

“Monumen itu menggambarkan Komodor Abdulrachman Saleh yang bersanding dengan Komodor Adisutjipto. Kedua tokoh ini diharapkan memberikan inspirasi kepada para taruna dan taruni untuk menjadi yang terbaik,” papar KSAU.

“Taruna adalah investasi TNI AU jangka panjang, jadi kalian dididik bukan saja agar pintar tapi harus memiliki karakter dan kepribadian yang bercirikan matra udara,” ujar Hadi lagi.

Pada bagian dasar Monumen Karbol, terdapat tiga tapak anak tangga yang mencerminkan tiga aspek pembentukan jati diri yaitu tanggap, tanggon, dan trengginas.

Lebih ke bawah sedikit, terdapat kolam berbentuk kuncup melati yang memberikan makna perlindungan dan ketenangan yang diberikan senior dalam mengawasi dan membimbing juniornya untuk menuju keperwiraan.

Monumen dikelilingi segi lima yang merupakan dasar negara Indonesia yaitu Pancasila. Sementara tinggi monumen mencapai 17 meter, menyimbolkan angka keramat kemerdekaan, yang memberikan makna pengorbanan yang harus dilalui dalam mencapai sesuatu, seperti diwakili oleh sosok Abdulrachman Saleh dan Adisutjipto.

Di bagian tengah bangunan monumen, terpatri ucapan Presiden Soekarno yang begitu melegenda. “Kuasailah udara untuk melaksanakan kehendak nasional, karena kekuatan nasional di udara adalah faktor yang menentukan dalam perang modern”.

Dalam laporan Kadisaero TNI AU Marsma TNI Dento Priyono selaku ketua panitia pembangunan, terungkap fakta bahwa ide pendirian Monumen Karbol ternyata berawal dari Moskow.

Saat itu Marsekal Hadi Tjahjanto selaku KSAU dalam kunjungan kerjanya pada Juni 2017, menyampaikan perintah lisan tentang pembuatan Monumen Karbol AAU.

Dari situlah, tim segera dibentuk dan rencana pembangunan disiapkan. Rekanan terpercaya dipilih untuk membangun. Begitupun untuk pembuatan patung, dipercayakan kepada seniman Yulhendri dari Galeri Kasongan, Yogyakarta.

Akhirnya disepakati untuk mendirikan tugu setinggi 12 meter. Di atasnya berdiri dua patung perunggu sosok Abdulrachman Saleh dan Adisutjipto setinggi lima meter.

Sampai akhirnya diresmikan KSAU pada Minggu pagi (3/12/2017), waktu pembangunan selesai selama empat bulan dan 27 hari.

KSAU dan Ibu Nanny Hadi Tjahjanto di depan Monumen Karbol. Foto: beny adrian

Diakui Yulhendri, tidak banyak kesulitan dialaminya saat menerima permintaan pembuatan patung ini. “Tidak ada kesulitan karena datanya lengkap, ada foto sebagai data. Gaya patung hasil diskusi kami dengan Gubernur AAU,” ucap Yulhendri yang berambut gondrong itu. Masih menurutnya, setiap patung memiliki berat 1,5 ton.

Hadi terlihat gembira sekaligus haru saat menatap monumen yang berdiri megah itu. Hadi berharap monumen ini dapat menumbuhkan motivasi bagi taruna dan taruni AAU.

“Peremsian Monumen Karbol ini merupakan salah satu terobosan dan langkah strategis dalam rangka menanamkan jiwa kejuangan,” papar KSAU.

Sebelumnya bersama pejabat TNI AU dan rekan-rekan Adem 86, KSAU meresmikan pelebaran Jalan Handrawina yang berada di dalam komplek AAU.

Handrawina adalah ruang serbaguna yang berada di dalam AAU. Ruangan ini sehari-hairnya digunakan sebagai tempat makan taruna. Di ruangan ini pula setiap tahunnya pada tanggal 29 Juli, dilaksanakan wisuda purnabakti perwira tinggi TNI AU.

“Ini merupakan simbol kebanggaan untuk seluruh penghuninya, Handrawina adalah kebanggaan, tempat tinggalnya para ksatria, maka dari itu di depan Handrawina kita bangun jalan utama, jalan protokol,” urai KSAU sambil menegaskan bahwa komplek AAU adalah yang terluas dan terbesar di antara akademi TNI dan Polri.

Meski kegiatan KSAU dan Adem 86 begitu padat pada hari itu sejak shalat subuh bersama hingga siang hari menghadiri peresmian lima pesawat baru koleksi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, semua yang hadir sebanyak 90 orang beserta istri, menjalaninya dengan senang dan penuh canda tawa.

Memang benar kata para peneliti, itulah mukjizat dari sebuah reuni.

 

Teks: beny adrian

Share.

About Author

Being a journalist since 1996 specifically in the field of aviation and military

Leave A Reply