Tidak Sampai Setahun, Hampir 20 Pesawat Menjadi Koleksi Terbaru Muspusdirla

0

Sebentar lagi, Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala (Muspusdirla) yang berada di Lanud Adisutjipto benar-benar akan menjadi museum dirgantara terbesar di Asia Tenggara. Karena hanya dalam hitungan 10 bulan, hampir 20 pesawat sudah menjadi koleksi terbaru Muspusdirla.

Ambisi untuk menjadikan Muspusdirla sebagai museum terbesar di Asia Tenggara itu, digawangi langsung oleh KSAU Marsekal TNI Hadi Tjahjanto.

Maka Minggu (3/12/2017) siang, lima pesawat koleksi terbaru Muspusdirla pun diresmikan oleh KSAU. Yaitu pesawat Cessna 401 A-4014, dan empat helikopter masing-masing Mi-1 H-121, Bell-47G Soloy H-4711, Bell-204 Iroquois H-2060, dan S-58T Twinpack H-3401.

Kelima pesawat pesawat ini diboyong dari berbagai lokasi di tanah air. Seperti disampaikan ketua panitia restorasi pesawat Marsma TNI Dento Priyono yang sehari-harinya menjabat Kadisaero TNI AU, pekerjaan restorasi pesawat ini dilakukan oleh tim teknis TNI AU.

Pesawat Cessna 401 dan helikopter Bell-47G Soloy. Foto: beny adrian

Pesawat Cessna 401, pekerjaan disassembly dilakukan di Lanud Abdulrachman Saleh, Malang oleh Skadron Teknik (Skatek) 022. Pekerjaan ini melibatkan 15 personel yang berlangsung dari 13-28 Juli 2017. Selanjutnya pesawat dibawa dari Malang ke Yogyakarta menggunakan pesawat C-130 Hercules A-13026, untuk direstorasi oleh 25 personel dari Skatek 043.

Pesawat Cessna 401 pernah memainkan peran penting dalam perjalanan Bangsa Indonesia. Pesawat ini ditugaskan dalam pelaksanaan referendum Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat) pada tahun 1969 di Irian Barat.

Lebih hebat lagi, pesawat ini diterbangkan secara feri dari Amerika Serikat ke Indonesia selama 15 jam.

Untuk helikopter Mi-1, disassembly dilakukan di Lanud Atang Senjaya, Bogor oleh Skatek 024 dari 3 Agustus sampai 10 September, untuk selanjutnya diangkut ke Yogyakarta menggunakan truk.

Helikoter Bell-47G Soloy, disassembly dilakukan oleh Satuan Pemeliharaan (Sathar) 16 Depohar 10, Bandung. Kemudian heli diangkut menggunakan truk ke Yogyakarta.

Ini yang paling jauh. Proses disassembly Bell-204 Iroquois dilakukan di Jayapura oleh Sathar 16. Dari Jayapura kemudian diangkut menggunakan Hercules Bandung, dan selanjutnya dikirim ke Yogyakarta lewat darat.

Adapun S-58T Twinpack, disassembly dilakukan oleh Sathar 16 dari 18 Oktober hingga 20 November. Dari Bandung, heli diangkut lewat jalan darat ke Yogyakarta.

Setelah satu demi satu pesawat terkumpul di Muspusdirla, dilakukanlah pemasangan-ulang seluruh bagian pesawat selama 20 hari untuk empat heli dan dua minggu untuk Cessna.

Karena itu pada saat peresmian, panitia pun mengundang semua pihak yang terlibat. Dari Jakarta diundang sebanyak Jakarta 135 orang, Yogyakarta 35 orang, Bogor 80 orang, Malang 15 orang, Kalijati 50 orang, dan alumni AAU 86 sebanyak 90 orang.

“Muspusdirla merupakan salah satu tempat untuk menjaga nilai-nilai luhur perjuangan para pendahulu. Di sini banyak tersimpan benda koleksi yang bisa menceritakan kisah perjuangan,” ujar KSAU saat memberikan sambutsan.

KSAU bahkan kembali menegaskan tekadnya untuk menjadikan Muspusdirla sebagai museum dirgantara terbesar di Asia Tenggara.

“Kita akan jadikan Muspusdirla sebagai museum terbesar di Asia Tenggara,” tegas Hadi.

Apalagi koleksi pesawat Muspusdirla berasal dari berbagai negara. Mulai dari pesawat buatan Barat, Rusia, Jepang, dan dalam negeri sendiri.

Dengan semakin lengkapnya koleksi Muspudirla, tak heran dalam dua tahun terakhir jumlah pengunjung semakin banyak, khususnya di akhir minggu. “Sekitar dua tahun terakhir, yang datang semakin banyak, apalagi weekend,” ujar Sertu Dewi Sri, salah satu staf Lanud Adisutjipto yang mylesat.com temui. Muspudirla pun sudah menjadi destinasi wisata wajib di Yogyakarta.

Bell-47G diberi bintang empat karena pernah diterbangkan KSAU Marsekal Subandrio. Cessna 401 juga bintang empat dengan penerbang Marsekal Hadi Tjahjanto. Foto: beny adrian

Tidak berhenti sampai di situ, KSAU pun memerintahkan jajarannya untuk memboyong pesawat tempur peninggalan Belanda yang saat ini tergolek manis di Biak. Yaitu Hawker Hunter F. Mk.4 dari Skadron 322.

Pesawat ini dikirim Belanda ke Irian Barat untuk menghadapi Indonesia dalam Operasi Trikora. Tahun 1962 itu, kekuatan udara Belanda di Irian terdiri dari 11 pesawat Lockheed P2V-7B Neptune dari AL Kerajaan Belanda dan masing-masing 12 Hawker Hunter Mk.4 dan Mk.6 dari AU Kerajaan Belanda.

Kenapa Hawker Hunter?

“Pesawat ini mestinya berhadapan dengan MiG-21 AURI, namun batal karena cease fire. Karena batal bertemu di udara, maka akan saya pertemukan di Museum ini,” ujar KSAU. Menurut Hadi, posisi display Hunter akan dibuat berhadapan dengan MiG-21, mengesankan rivalitas di antara keduanya di medan operasi.

Masih menurut Hadi, Hawker Hunter ini mengalami kecelakaan meledak di landasan sehingga ditinggal Belanda saat hengkang dari Irian Barat.

Gayung pun bersambut, upaya TNI AU untuk menjadikan Muspusdirla sebagai museum terlengkap dan terbesar mendapat perhatian dari pendiri Museum Rekor Dunia Indonesia MURI, Jaya Suprana.

Hadir pada saat peresmian, Jaya Suprana memberikan Piagam Penghargaan MURI kepada KSAU Marsekal Hadi Tjahjanto atas rekor Pemrakarsa Museum dengan Koleksi Monumen Pesawat Terbanyak.

“Rekor MURI ini adalah apresiasi saya kepada seluruh senior yang sudah menjaga kedaulatan NKRI, dan saya dedikasikan kepada seluruh prajurit TNI AU di seluruh Indonesia,” ucap KSAU.

 

Teks: beny adrian

Share.

About Author

Being a journalist since 1996 specifically in the field of aviation and military

Leave A Reply