Mangku Pastika: Semua Calon Jenderal dari Bali Gugur dalam Perang Puputan Margarana

0

Gubernur Bali I Made Mangku Pastika tidak bisa menyembunyikan perasaannya saat menyaksikan pengukuhan kapal perang TNI AL, KRI I Gusti Ngurah Rai-332 di Dermaga Timur Benoa, Denpasar, Bali, Rabu (10/1/2018).

Siang itu, kapal perang ini dikukuhkan oleh Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dalam sebuah upacara militer dan adat Bali.

“Saya tidak bisa menyembunyikan perasaan saya pada hari ini,” ujar Pastika, alumni Akpol 1974.

Perasaan harunya tentu tidak lepas dari dinobatkannya nama I Gusti Ngurah Rai sebagai nama kapal perang Republik Indonesia.

Brigjen Amunerta I Gusti Ngurah Rai adalah pahlawan nasional yang lahir di Desa Carangsari, Petang, Kabupaten Badung, Bali pada 30 Januari 1917. I Gusti Ngurah Rai gugur dalam usia muda, 29 tahun di Marga, Tabanan dalam sebuah pertempuran hebat Perang Puputan Margarana melawan Belanda pada 20 November 1946.

Panglima TNI bersama ahli waris I Gusti Ngurah Rai. Foto: beny adrian

“Tidak banyak tahu, bahwa lebih dari 230 prajurit waktu itu anggota Resimen Ciung Wanara yang dipimpin Gusti Ngurah Rai yang umurnya masih 29 tahun, gugur saat itu, seluruhnya, tidak ada yang tersisa satu orangpun dengan semangat dalam Puputan Margarana,” tutur Pastika.

Dalam catatan sejarah dikisahkan, Ngurah Rai dengan pasukan Ciung Wanara melakukan pertempuran terakhir yang dikenal dengan Perang Puputan Margarana. Dalam bahasa Bali, Puputan berarti “habis-habisan”, sedangkan Margarana berarti “Pertempuran di Marga”. Marga adalah sebuah desa ibukota kecamatan di pelosok kabupaten Tabanan.

“Saya ceritakan kepada Panglima TNI, ada empat kali Perang Puputan di Bali,” ujar Pastika lagi. Mantan Kapolda Bali ini lalu menuturkan dengan fasih rentetan perang besar yang pernah terjadi di Bali.

Yaitu Perang Puputan Jagaraga di Buleleng tahun 1848, Perang Puputan Kusamba di Klungkung tahun 1849, Perang Puputan Badung tahun 1906 di Denpasar, dan Perang Puputan Margarana tahun 1946.

Beberapa catatan diberikan Pastika dari perang besar ini. Lokasi pertempuran di Badung itu sekarang menjadi kediaman resmi gubernur Bali.

Perang Puputan Kusamba tahun 1849, jelas Pastika, laskar pejuang di Bali berhasil menewaskan seorang jenderal Belanda yang bernama Michiels. Letjen Michiels tewas dalam pertempuran, yang membuat kemenangan diraih rakyat Bali kali ini. Dalam sejumlah catatan sejarah disebutkan, kekalahan ini membuat Belanda sangat malu dan mundur dari Pulau Dewata.

“Jadi dalam Perang Kemerdekaan, ada dua jenderal Belanda yang gugur di medan perang, yaitu di Aceh (Jenderal Johan Harmen Rudolf Köhler) dan di Bali. Kalau jenderal Inggris di Surabaya,” ucap Pastika.

Akan halnya I Gusti Ngurah Rai, Gubernur Bali ini menyebutnya sebagai sosok perwira muda pemberani yang bertekad mempertahankan kehormatan bangsa Indonesia, kemerdekaan Indonesia dan siap untuk mati.

Ketika Pastika menjadi taruna Akabri bagian Kepolisian (sekarang Akpol), ia baru sadar bahwa ternyata tidak ada seorangpun jenderal dari Angkatan 45 saat itu yang orang Bali. Pertanyaan ini membuatnya bingung, apa dan kenapa.

“Saat taruna saya iri, kenapa tidak ada jenderal orang Bali. Kemudian saya baru tahu, rupanya semua calon jenderal itu mati dalam pertempuran, semua perwira mati dalam pertempuran di Margarana,” beber Pastika di hadapan Panglima TNI serta undangan dan di belakangnya kokoh mengapung KRI I Gusti Ngurah Rai.

Gubernur Bali I Made Mangku Pastika saat memberikan sambutan. Terlihat di belakangnya KRI I Gusti Ngurah Rai dan KRI Surabaya. Foto: beny adrian

“Semua bisa dilihat di batu nisan beliau-beliau,” ujar Pastika menceritakan kepahlawanan I Gusti Ngurah Rai bersama pasukannya Ciung Wanara.

“Itu menjawab pertanyaan saya, kenapa orang Bali tidak ada yang jadi jenderal, karena semua gugur dalam pertempuran.”

Menurut Pastika, orang Bali pertama yang kemudian meraih pangkat jenderal adalah Letjen (Pur) Ida Bagus Sudjana, alumni Akademi Militer 1960. “Namun bukan dari Perang Kemerdekaan,” kata Pastika.

Karena itu di hadapan semua prajurit TNI dan khususnya awak KRI I Gusti Ngurah Rai, Pastika berpesan untuk meneruskan semangat perjuangan Ngurah Rai.

“Saya ucapakan selamat bertugas.”

 

Teks: beny adrian

Share.

About Author

Being a journalist since 1996 specifically in the field of aviation and military

Leave A Reply