Perkembangan lingkungan strategis berubah begitu cepat diwarnai dinamika yang dampaknya begitu sulit diprediksi. Menyikapi hal tersebut, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto meminta prajurit TNI mewaspadai dan mengantisipasinya melalui penguasaan teknologi informasi dan komunikasi.
Panglima TNI menyampaikan hal tersebut di hadapan 1.500 prajurit TNI se-Solo Raya di Lapangan Bhirawa Yudha Group 2 Kopassus, Kartosuro, Kandang Menjangan, Jawa Tengah, Selasa (20/3/2018).
Sisi negatif perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi saat ini, jelas Panglima TNI, mengaburkan definisi ancaman sehingga sulit membedakan mana yang disebut ancaman militer dan mana yang disebut ancaman non militer.

Panglima TNI tiba di Mako Grup 2 Kopassus didampingi Danjen Kopassus Mayjen TNI Madsuni. Foto: beny adrian
“Saat ini ada empat ancaman di era revolusi industri 4.0 yang berpotensi berkembang, yakni ancaman cyber, biologis, perdagangan dan lingkungan hidup. Salah satu contoh ancaman biologis bisa terjadi adanya penyebaran penyakit yang dikategorikan Kejadian Luar Biasa,†ujar Panglima.
“Prajurit TNI tidak boleh menutup diri dan mengurung diri di barak-barak, kita harus terus bertransformasi membuka mata dan telinga, membuka wawasan seluas-luasnya serta menajamkan kemampuan analis untuk selalu berfikir konservatif, terutama dalam merespon setiap masalah dan ancaman yang sedang terjadi di dalam dan luar negeri,†kata Panglima TNI.
Marsekal Hadi menjelaskan bahwa TNI sebagai alat negara tetap memiliki peran dalam usaha pertahanan negara karena memiliki keunggulan dalam hal soliditas organisasi, sistem komando, personel terlatih dan peralatan yang siap setiap saat dapat digerakkan untuk mengatasi setiap ancaman yang bersifat destruktif.

Foto bersama di Mako Grup 2 Kopassus. Foto: beny adrian
Di hadapan awak media, Marsekal Hadi mengatakan bahwa prajurit TNI tidak boleh melakukan tindakan yang tidak terpuji dan menyakiti hati rakyat, penyalahgunaan narkoba, perilaku asusila, tindak kekerasan kepada masyarakat, backing dan sebagainya.
“TNI akan menindak tegas setiap prajurit yang melakukan pelanggaran sesuai ketentuan dan hukum yang berlaku,†tegas Hadi.
Panglima TNI juga menyampaikan terkait kesejahteraan prajurit TNIÂ yang akan terus diperjuangkan untuk ditingkatkan.
Salah satunya pembangunan rumah prajurit non dinas, yang saat ini sudah dicanangkan untuk Angkatan Darat sebanyak 6.000 unit per tahun, bahkan akan ditingkatkan menjadi 10.000 unit per tahun, Angkatan Laut sebanyak 3.000 unit dan Angkatan Udara sebanyak 1.000 unit.
Sebelum memberikan pembekalan kepada prajurit, Panglima TNI melaksanakan makan siang bersama prajurit se-Solo Raya. Uniknya, makan siang dilaksanakan dengan cara kekinian yang biasa disebut ngeliwet.

Bisa jadi inilah rekor ngeliwet dengan peserta terbanyak di Indonesia. Foto: beny adrian
Di hadapan prajurit yang duduk bersila, di atas daun pisang itu terhidang satu mangkok baso, nasi, dua potong ayam goreng, tempe dan tahu goreng, lalapan, sayur, dan buah pisang. Semua menyantap makanan dengan lahap.
Pemandangan unik terlihat usai makan. Setiap kelompok melipat daun pisang menggunakan plastik yang sudah disiapkan di bagian bawah daun pisang. Semacam tatakan. Kemudian lipatan itu mereka gulung layaknya karpet dan dimasukkan ke dalam kantong sampah hitam.
Dalam sekejap, tenda tempat makan yang memuat 1.500 prajurit itupun langsung bersih dari makanan. Prajurit kembali membentuk posisi duduk bersila untuk mendengarkan pembekalan dari Panglima TNI.
Cepat, singkat, dan teratur, itulah kehidupan militer.
Apakah ini rekor ngeliwet dengan peserta terbanyak di Indonesia? Entahlah.
Teks: beny adrian