Dukung Logistik Gempa Lombok, Bandara Selaparang Diaktifkan, Setelah Itu Ditutup Kembali?

0

Ada yang menarik dan mungkin luput dari perhatian publik sejak Lombok, Nusa Tenggara Barat diguncang gempa secara berturut-turut.

Bantuan yang mengalir khususnya dari Jakarta, ternyata tidak hanya melalui Bandara Internasional Lombok (BIL). Namun bandara lama yang sudah terlupakan, justru menjadi alternatif untuk agar bantuan yang diangkut pesawat militer tidak mengganggu penerbangan sipil di Bandara Internasional Lombok.

Itulah Bandara Selaparang, yang sudah ditutup secara resmi pada Jumat, 31 September 2011 menyusul beroperasinya BIL di Tanak Awu, Lombok Tengah pada 1 Oktober 2011.

Namun menyusul gempa kedua yang meluluhlantakan Lombok Timur dan Utara, kuantitas bantuan pun melonjak drastis. Trafik penerbangan dari Jakarta ke Lombok meningkat tinggi, khususnya penerbangan militer.

Panglima TNI keluar dari ruang terminal, yang saat ini digunakan sebagai Posko Kogasgabpad Gempa Lombok. Foto: beny adrian/ mylesat.com

Melihat situasi ini, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto pun memerintahkan KSAU untuk segera mengaktifkan Bandara Selaparang.

Tepatnya sejak Kamis (9/8/2018), Bandara Selaparang resmi dioperasikan TNI AU guna mempercepat penyaluran bantuan.

“Kita membuka bandara lama di Selaparang. Landasan yang sekian lama tidak digunakan, mulai dua hari lalu sesuai perintah Panglima TNI disiapkan. Memang ada retak sedikit, tapi sudah diperbaiki dan dibersihkan, hari ini akan diuji coba dengan pesawat CN295, dan apabila memungkinkan pesawat TNI AU akan mengangkut semuanya ke bandara lama ini,” ujar KSAU Marsekal TNI Yuyu Sutisna.

Saat mylesat.com berada di Selaparang, terlihat pesawat C-130H Hercules TNI AU yang membawa bantuan, baru saja mendarat.

Siang itu juga (24/8/2018), Panglima TNI meninjau Komando Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad) Bencana Gempa Lombok yang berada di Bandara Selaparang.

Tower ATC Bandara Selaparang. Foto: beny adrian/ mylesat.com

Setelah itu, Marsekal Hadi dan rombongan meninjau lokasi pengungsian menggunakan helikopter Bell-429 Polri serta Mi-17 dan Bell-412 Penerbad. Ketiga heli lepas landas dari Bandara Selaparang.

Seperti halnya Bandara Polonia di Medan, Bandara Selaparang kini juga jauh dari kesan apik dan asri, predikat yang pernah diraihnya dulu. Rumput dan ilalang mendominasi di mana-mana, menyita relung mata saat memandang kemanapun.

Baca: Beginilah Wajah Bandara Polonia Hari Ini, Sepi dan Terbengkalai

Bangunan juga menjadi tidak terawat. Beberapa bagian plafon juga terlihat lepas dan melompong.

Bandara Selaparang (IATA: AMI, ICAO: WADA) berada di Kota Mataram, Lombok. Bandara yang dibuka tahun 1995 sejatinya sudah merekam jejak transportasi udara di NTB.

Bandara Selaparang seluas 78,8 hektar ini mulai difungsikan oleh TNI AU pada 1950.

Sejak ditutup 2011, Bandara Selaparang sempat dibuka kembali pada 7 April 2014 guna menunjang aktivitas Bali International Flight Academy (BIFA) dan Lombok Institute Flight Technology (LIFT).

Baca: Bangkai CN235 di Bandara Polonia, Medan: Habis Manis Sepah Dibuang

Dibanding BIL, Bandara Selaparang Mataram memang jauh lebih kecil. Luas arealnya hanya 28.881 meter persegi. Sementara luas terminal hanya 4.796 meter persegi, beda jauh dibanding terminal BIL yang mencapai seluas 21.000 meter persegi alias empat kali lipat lebih luasnya.

Dengan diaktifkannya Bandara Selaparang saat ini, apakah tidak menjadi pemikiran untuk tetap mempertahankan aktivitas bandara ini sebagai alternated base.

Di kejauhan terlihat bangunan terminal yang sudah tidak terawat. Foto: beny adrian/ mylesat.com

Tidak hanya sebagai landasan cadangan, Selaparang juga bisa dimanfaatkan guna menunjang aktivitas hobi kedirgantaraan di Lombok.

Bisa saja sebuah destinasi terjun payung dikembangkan di Lombok Utara, dan Selaparang menjadi lapangan terbangnya.

Atau bisa juga dengan memberikan otoritas kepada TNI AU untuk mengoperasikan Selaparang sebagai pangkalan militer.

Memang ada faktor anggaran yang mengganjal pengoperasiannya kembali. Namun dari pada membiarkannya tidak terurus dan membisu, kenapa tidak memberikannya kepada TNI untuk dioperasikan.

Atau ditutup kembali?

 

Teks: beny adrian

Share.

About Author

Being a journalist since 1996 specifically in the field of aviation and military

Leave A Reply