Situasi pertahanan dan keamanan yang begitu dinamis di Indonesia Timur, semua sudah tahu. Bahkan beberapa tahun silam, selalu menjadi headline di media massa aksi pelanggaran udara oleh pesawat asing di wilayah Timur.
Ratusan kali pesawat tidak dikenal melintasi wilayah udara Indonesia tanpa bisa dicegah. Meski protes melalui jalur diplomasi tetap dilayangkan Indonesia.
Aksi paling heroik terjadi pada 3 Juli 2003 siang. Dua pesawat F-16A/B Fighting Falcon asal Skadron Udara 3 TNI AU, mencegat dua pesawat F/A-18 Hornetmilik AL AS (US Navy) yang melakukan manuver di atas ALKI.
Dari semula dua pesawat, begitu dua F-16 tiba di lokasi, tiga Hornet lainnya menyusul dan mengepung F-16 TNI AU.
“Saya dikepung, tapi tetap meminta tegas mereka untuk kembali ke kapal induk,†jelas Marsma TNI Fajar Adriyanto, Komandan Lanud Manuhua Biak yang saat kejadian onboard di F-16 Falcon-1 dengan pangkat kapten bersama Kapten Pnb Ian Fuady.
Cuplikan singkat ini disampaikan Marsma Fajar kepada 40 wartawan Jakarta saat mengunjungi Satuan Radar 242 Biak.
Kunjungan ke Satrad 242 merupakan bagian dari kegiatan Press Tour Media Dirgantara 2018 yang digelar Dinas Penerangan TNI AU di Lanud Manuhua, Biak, Papua selama dua hari (13-14 Desember 2018).

Sesuai pesan singkat KSAU Marsekal TNI Yuyu Sutisna saat melepas 40 wartawan dari 33 media di Lanud Halim Perdanakusuma, tur yang diprakarsai Dispenau ini adalah untuk memperkenalkan satuan-satuan di lingkungan TNI AU.
Dimaksud KSAU tentunya pembangunan satuan-satuan TNI AU di wilayah Timur yang tengah dilaksanakan.
Meliputi pembangunan gedung Komando Operasi Angkatan Udara III (Koopsau III), pembentukan skadron udara baru, pengembangan Komando Sektor Pertahanan Udara (Kosekhanudnas) IV serta perkantoran lainnya dan perumahan prajurit.
“Memang pembangunan baru dimulai, namun akan dipercepat karena pentingnya keberadaan skadron udara di wilayah Timur,†kata Marsekal Yuyu, yang berharap tur ini bisa mendekatkan TNI AU dengan media sehingga informasi pembangunan kekuatan TNI AU yang tengah berlangsung bisa diberitakan secara berimbang.
Menurut Yuyu, TNI AU akan membentuk beberapa skadron udara baru di Indonesia Timur. Terdiri dari Skadron Udara 27 dengan pesawat CN-235 di Papua, Skadron Udara 33 dengan pesawat C-130 Hercules di Makassar, dan Skadron Udara 9 helikopter di Papua.
Selain di Makassar yang sudah menjadi wilayah Koopsau II, saat ini memang belum terdapat satupun skadron udara di jajaran Koopsau III.
Yuyu juga tidak menepis rencana pemerintah untuk pembentukan skadron pesawat tanpa awak (UAV) di Timika. “Kita dalam proses membeli jenis MALE yang akan kita tempatkan di Natuna dan Timika,†jelas Yuyu. MALE singkatan dari medium altitude long endurance.
Juga dibeberkan untuk Skadron 9, TNI AU sedang dalam proses pengadaan sembilan helikopter EC725 Cougar. Serta rencana penambahan enam radar baru.
“Karena proses pembeliannya tidak cepat, kurang lebih 36 bulan, terpaksa pembentukan skadron ini ditunda dulu dan mungkin 2020-21 menyesuaikan dengan kedatangan pesawatnya nanti,†tutur Yuyu detail.
Marsekal Yuyu berharap dengan sudah terbentuknya Koopsau III serta semakin lengkapnya radar tergelar di wilayah Timur, tidak akan ada lagi pelanggaran wilayah udara. Apalagi jika di Papua sudah tergelar skadron tempur, tidak akan ada lagi celah untuk menyusup.
“Pelanggaran udara menurun karena kesiapan kita tinggi, ketegasan kita dalam menegakkan aturan juga mengakibatkan pelanggaran turun,†kata Yuyu lagi.
Penerbangan membawa 40 wartawan Jakarta ke Biak menggunakan pesawat B737-200 A7304 asal Skadron Udara 5. Ikut dalam penerbangan dan mendampingi wartawan adalah Kadispenau Marsma TNI Novyan Samyoga dan Marsma Fajar Adriyanto sebagai tuan rumah.

Menjelang pesawat berbelok ke kiri untuk mendarat di Lanud Manuhua, Fajar memberikan sedikit informasi tentang Pulau Owi yang berada di timur Biak alias di depan mata.
“Di Pulau Owi terdapat 3 landasan peninggalan sekutu, masih terlihat jelas dari atas meski sudah tertutup pepohonan,” urai Fajar layaknya pemandu wisata.
“Selamat datang di Biak, kata orang Biak itu singkatan dari bila ingat akan kembali,” ungkap Fajar tersenyum kepada awak media sesaat sebelum pesawat mendarat di Lanud Manuhua.
Teks: beny adrian