Menanti Kedatangan C-130J TNI AU, Simak Kisah Terbang Jarak Jauh Terlama Sesepuh Skadron Udara 31

0

MYLESAT.COM – Sebentar lagi TNI AU akan memperoleh lima pesawat angkut strategis C-130J-30 Super Hercules yang dipesan Kementerian Pertahanan RI untuk TNI AU. Pesawat ini telah mengudara pada November 2022 dari fasilitas Lockheed Martin. Setibanya di Indonesia, kelima C-130J ini akan memperkuat Skadron Udara 31, Wing 1, Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Pesawat pertama buatan Lockheed Martin yang mengudara diberi nomor ekor A-1339. Untuk menerbangkan varian tercanggih Hercules ini, TNI AU mengirimkan enam penerbang untuk berlatih di Amerika Srikat.

Mereka adalah Letkol (Pnb) Anjor Manik sebagai Komandan Skadron Udara 31, Letkol Pnb Alfonsus, Mayor Pnb Chandra, Mayor Pnb Ulung, Mayor Pnb Galuh, Mayor Pnb Aleg, serta seorang resident project officer Mayor Tek Fauzan.

Uji terbang C-130J-30 Super Hercules nomor ekor A-1339 TNI AU di Amerika Serikat. Foto: Jet Photos

Jika tidak halangan, Februari 2023 ini direncanakan pesawat pertama akan mendarat di Lanud Halim Perdanakusuma. “Selanjutnya akan bergantian dikirim ke tanah air sampai lengkap lima pesawat,” ungkap KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo kepada mylesat.com.

KSAU sendiri rencananya akan berangkat ke Amerika Serikat untuk mengikuti seremoni penyerahan pesawat dan selanjutnya diterbangkan ke tanah air.

Pengiriman C-130J ke tanah air akan dilaksanakan dalam penerbangan feri jarak jauh. Tentu ini akan menjadi pengalaman tersendiri dan berharga bagi penerbang Hercules TNI AU, seperti pernah dialami senior-senior mereka terdahulu.

Semasa tahun-tahun 1970-an hingga 1980-an, Hercules TNI AU masih sering mondar-mandir Indonesia-Amerika Serikat untuk keperluan pemeliharaan berat. Penerbangan jarak jauh itu dilaksanakan oleh personel TNI AU dengan menempuh jarak ribuan kilometer.

Di antara pengalaman itu tertulis di dalam buku “Sahabat Ku Bogowonto 69, 50 Tahun Dalam Kebersamaan” (2019). Di dalam buku ini diceritakan pengalaman dua navigator kawakan yang lahir dari alumni AAU 69 yaitu Marsda (Pur) Subagyo Saleh dan Marsda (Pur) Suwitno Adi. Sebagai navigator, mereka adalah pemandu jalan bagi para penerbang.

Terbang 13 Jam

Saat AURI (TNI AU) mengalami kekurangan navigator, dibukalah Sekolah Instruktur Navigator (SIN). Di antara yang dipanggil adalah Lettu (Nav) Soebagyo Saleh dan Lettu (Nav) Suwitno Adi. Subagyo selalu meraih tropi baik di Seknav maupun SIN.

Salah satu pengalaman yang sangat membekas bagi Subagyo Saleh adalah misi penerbang jarak jauh dari Atlanta ke Paris pada September 1979 dan kemudian ke Jakarta. Menurut catatan yang dikumpulkan Subagyo, penerbangan C-130 Hercules A-1314 itu merupakan rekor penerbangan terlama dengan menempuh waktu selama 13 jam 10 menit (air time).

Kisah ini berawal dari rencana kunjungan kerja KSAU Marsekal Ashadi Tjahyadi ke Amerika Serikat, Perancis, dan Abu Dhabi sekaligus mengecek kesiapan rencana penerbangan feri pesawat C-130L-100/30 A-1314 ke Indonesia. Rencana keberangkatan ini dibicarakan KSAU dengan Menhankam/Pangab Jenderal TNI M Jusuf pada Agustus 1979 di kokpit Hercules A-1305.

Jenderal Jusuf tidak hanya menyetujui tapi menunjuk langsung awak pesawat yang akan mengambil A-1314. Mereka adalah Kolonel (Pnb) Masulili, Letkol (Pnb) Yusman Tahar, dan Kapten (Nav) Subagyo Saleh.

“KSAU memerintahkan saya menyiapkan rute dari Atlanta-Paris-Abu Dhabi-Jakarta. KSAU juga memerintahkan kalau bisa terbang langsung dari Atlanta ke Paris,” kenang Subagyo. Dengan sedikit ragu ia menjawab kemungkinannya setelah mempelajari rute penerbangan dan buku performance pesawat. Mengingat keterbatasan enroute chart Atlanta-Paris di Skadron 31, ia pun nantinya melapor setibanya di Atlanta.

Minggu kedua September 1979, awak yang ditunjuk plus juru mesin udara Letda (Tek) Sukandar, berangkat ke Atlanta. “Mengingat terbatasnya waktu, saya hubungi mantan instruktur dan penerbang uji Lockheed Frederick, Eugene Whitton atau lebih akrab dipanggil Gene Whitton,” ujar Subagyo.

Whitton merupakan penerbang yang membawa A-1314 saat masih versi kargo ke Indonesia. A-1314 kemudian diterbangkan kembali ke Amerika dalam rangka modifikasi dari versi kargo menjadi VIP. Whitton mempunyai hubungan akrab dengan Marsekal Ashadi, sehingga keinginan KSAU untuk terbang langsung dari Atlanta ke Paris diupayakannya. Penerbangan jarak jauh memerlukan perhitungan lebih cermat.

Setibanya AS, Whitton mengajak Subagyo menemui Jerry, navigator Hercules kawakan di Lockheed saat itu. Jerry memberikan penyegaran tentang pressure pattern navigation (PPN). Penerbangan Atlanta ke Paris dengan Hercules menggunakan lintasan Great Circle atau mengambil jarak terpendek, tidak biasa ditempuh karena membutuhkan waktu penerbangan lebih lama.

PPN adalah penerbangan yang memanfaatkan perbedaan tekanan udara sehingga pesawat akan mendapat tail wind cukup besar. Dengan demikian meskipun jarak lintasan penerbangan lebih jauh, namun waktu penerbangan akan lebih singkat. Sistem navigasi ini hanya bisa dilaksanakan di daerah latitude (garis lintang) 40 derajat sampai 60 derajat.

Rencana lintasan penerbangan Atlanta ke Paris harus ditempuh melambung ke arah timur laut melalui New York-Boston-Halifax (wilayah Kanada)-Gander (pantai timur Kanada), kemudian ke arah timur melalui Lands End (pantai barat Inggris) dan Paris. Di samping belajar PPN, Whitton mengajarkannya trik menggunakan bahan bakar yang ekonomis.

Dari data kecepatan angin, suhu, dan berat pesawat, mereka proses dalam computer flight plan yang memberikan perkiraan waktu penerbangan kurang lebih 12 jam 55 menit. Sementara KSAU menginginkan tiba di Paris menjelang siang. Untuk itu pemberangkatan direncanakan pukul 16.00 waktu Atlanta.

Dalam penerbangan jarak jauh khususnya melintasi lautan, mutlak diperlukan flight planning lebih cermat dan membuat fuel graph, yang menggambarkan kebutuhan bahan bakar minimal dalam penerbangan.

Waktu penerbangan 12 jam 55 menit akan membutuhkan minimal bahan bakar 57.000 lbs dengan asumsi gross weight pesawat 162.000 lbs. Pesawat A-1314 dilengkapi external tank sehingga mampu membawa bahan bakar 62.000 lbs atau lama terbang 14,5 jam.

Pesawat bertolak tepat pukul 16.10 WS. Penerbangan menggunakan step climbs (naik secara bertahap). Hal ini dimaksudkan untuk mencapai konsumsi bahan bakar ekonomis.

Pada pemantauan pertama, sisa bahan bakar masih di bawah minimal bahan bakar yang tergambar pada fuel graph. Gene Whitton yang ikut, menenangkan kekhawatiran kru dengan mengatakan bahwa sebentar lagi sebelum Gander, pesawat akan mendapat tail wind besar.

Menjelang empat jam penerbangan, posisi mendekati Halifax, pesawat naik ke ketinggian 23.000 kaki. Walaupun banyak menjumpai pesawat pada ketinggian di atas 23.000 kaki, namun komunikasi agak sepi karena frekuensi sudah dibagi menurut ketinggian dan sektor.

Setelah Halifax, mulai jarang terlihat pemandangan kota karena semua daratan tertutup salju meskipun waktu itu belum musim dingin. Perkiraan Whitton benar, ground speed pesawat mencapai 370 knot atau mendapat tail wind 80 knot.

Di atas Lands End, grafik bahan bakar sudah berada di atas minimum kebutuhan bahan bakar, sehingga Subagyo semakin percaya pesawat mampu mencapai Paris. Pilot mendapat intruksi dari Shannon control untuk langsung ke Paris tanpa melalui rute yang ada, karena pesawat dilengkapi INS yang setiap waktu dapat melaporkan posisinya.

Kolonel Masulili dan Letkol Yusman Tahar merasa lega, karena tantangan berikutnya yang akan dihadapi tinggal mendaratkan pesawat dengan aman di Bandara Internasional Charles de Gaulle, Paris.

Penerbangan A-1314 masih mendapat sedikit tantangan dari cuaca di Charles de Gaulle yang berkabut dengan jarak pandang horizontal hanya 500 kaki, base cloud (dasar awan) 200 kaki, sedangkan angin calm. Berarti pesawat harus terbang instrument (terbang buta) dengan bantuan instrument landing system (ILS).

Penerbangan di wilayah Paris sangat padat dan komunikasinya ramai, sehingga penerbang harus berkonsentrasi saat melaksanakan terbang instrumen. Pendekatan menuju landasan cukup menegangkan karena sama sekali daratan tidak terlihat, walaupun sudah berada di ketinggian 4.000 kaki.

Pilot in command saat itu Kolonel Masulili, sedangkan Gene Whitton berfungsi sebagai supervisor karena A-1314 masih di bawah jaminan Lockheed Martin.

Tepat pada ketinggian 200 kaki AGL (above ground level) pada posisi decision height (DH), landasan baru terlihat dan dengan mulus Kolonel Masulili mendaratkan pesawat di Charles de Gaulle.

Pesawat mendarat tepat pukul 11.20 GMT setelah melaksanakan penerbangan selama 13 jam 10 menit. KSAU memberikan ucapan selamat kepada awak pesawat dan Gene Whitton, karena keinginan Marsekal Ashadi Tjahyadi terbang langsung dari Atlanta ke Paris menggunakan A-1314 dapat terwujud.

Prestasi ini langsung dilaporkan kepada Menhankam/Pangab untuk menunjukkan keandalan Hercules. Diharapkan Jenderal Jusuf dapat lebih yakin dalam melaksanakan inspeksinya ke seluruh pelosok tanah air maupun perjalanan internasional menggunakan Hercules. Lega sekali hati Marsda (Pur) Subagyo Saleh saat itu.

Lima tahun sebelumnya, Marsda (Pur) Suwitno Adi juga pernah menjalankan misi penerbangan menembus Vietnam yang masih dilanda perang, tepatnya 29 April 1974. Tugas mereka adalah menarik pulang Kontingen Garuda Indonesia dari Vietnam.

Di tahun yang sama, Suwitno juga membuat rekor dengan melaksanakan penerbangan jarak jauh melintasi Samudera Pasifik. Saat itu misinya membawa pulang C-130B Hercules T-1303 usai melaksanakan pemeliharaan berat.

Di era 1980-an, TNI AU menambah armada transpor dengan membeli sejumlah Hercules tipe H. Karena kekuatan yang didatangkan sejumlah satu skadron, diaktifkan kembali Skadron Udara 32 yang sebelumnya mengoperasikan pesawat Antonov An-12.

Disusunlah daftar personel dalam rangka ferry flight C-130H dari Amerika Serikat ke Indonesia. “Alhamdulillah dalam misi feri ini, saya mendapat dua kali penugasan sebagai navigator membawa A-1317 dan A-1314,” ucapnya bangga.

Penerbangan melintasi Samudera Pasifik kedua dan ketiga ini menjadi sangat mudah karena peralatan navigasi Hercules tipe H lebih modern, berupa INS (Inertial Navigation System), Omega, dan radar berwarna.

Mari kita tunggu kedatangan pesawat C-130J-30 Super Hercules Skadron Udara 31 TNI AU.

Share.

About Author

Being a journalist since 1996 specifically in the field of aviation and military

Leave A Reply