MYLESAT.COM – KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo meresmikan sekaligus dua bangunan pendukung operasional penerbangan di Lanud Iswahjudi, Magetan, Jawa Timur, Selasa (19/3/24). Masing-masing untuk operasional pesawat tanpa awak dan satu lagi untuk pesawat tempur.
Kedua fasilitas yang diresmikan adalah hanggar Satuan Pemeliharaan (Sathar) 24 Depo Pemeliharaan 20 khusus untuk pemeliharaan pesawat tanpa awak (UAV atau PTTA), dan Gedung Fighter Controller.
Keberadaan hanggar ini tentu sudah menjadi keniscayaan bagi TNI AU. Saat ini TNI AU sudah mengoperasikan pesawat tanpa awak di dua skadron udara, serta di Skadron Pendidikan 103 Wing Pendidikan 100/Terbang. Skadik 103 diaktifkan KSAU pada 22 Agustus 2023.
Sathar 24 merupakan satuan pemeliharaan dan perbaikan peralatan wahana udara (air vehicle) pesawat tanpa awak untuk kategori tingkat sedang dan berat. Dalam kunjungannya ke Sathar 24 pada 6 Mei 2021, kepada Marsekal Fadjar diperlihatkan kemampuan Sathar 24 dalam memelihara dan memperbaiki mesin drone Aerostar yang dioperasikan Skadron Judara 51. Di antarar inovasi Sathar 24 adalah membuat engine test cell untuk mesin Aerostar.
Sesuai dengan ukuran wahana yang dipelihara di Sathar 24, melihat hanggar ini kita langsung menyadari bahwa ukurannya memang tidak terlalu besar. Sepertinya mampu menerima sekaligus empat drone CH-4B Rainbow yang dioperasikan TNI AU. Hanggar Sathar 24 memiliki ukuran 60,6 x 22,5 meter dengan tinggi 12,24 meter.
Peresmian hanggar Sathar 24 ini menjadi tonggak awal pembangunan fasilitas baru bagi pemeliharaan PTTA TNI AU. Peresmian hanggar ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemeliharaan Sathar 24 dalam rangka mendukung kesiapan operasional PTTA.
Sementara Gedung Fighter Controller adalah fasilitas pendukung operasional pesawat tempur yang tengah melaksanakan latihan di Iswahjudi area. Bangunan ini berada persis di belakang gedung ACMI (Air Combat Manoeuvring Instrumentation) “Kapten Pnb Anumerta Surindro Supjarso” yang diresmikan Marsekal Fadjar pada 16 Juni 2022.
Fighter Controller adalah salah satu fungsi kendali penerbangan yang dilaksanakan di darat oleh personel TNI AU. Sebelumnya, fungsi Fighter Controller disatukan dengan stasiun radar GCI (Ground Controlled Interception) Lanud Iswahjudi. Dari ruang kendali ini jalannya latihan dikendalikan oleh operator GCI.
Proses penyergapan sasaran di udara tidak dilaksanakan sendiri oleh pesawat tempur atau penyergap. Disinilah dibutuhkan penuntunan radar intersepsi di darat yang dilaksanakan di gedung Fighter Controller.
GCI adalah taktik pertahanan udara di mana satu atau lebih stasiun radar atau stasiun pengamatan lainnya dihubungkan ke pusat komunikasi komando yang memandu pesawat interseptor ke target udara.
Seiring perkembangan teknologi elektronika dan aviasi, GCI tidak lagi sepenuhnya digelar di darat. Dunia mulai mengenal komando perang terbang dengan diperkenalkannya pesawat Airborne Early Warning and Control (AEW&C atau AWACS)..
AEW&C cenderung lebih unggul karena mengudara dan dapat melihat ke bawah dalam spektrum yang luas. Sebaliknya GCI sering kali terkendala alam seperti pegunungan yang mengganggu pancaran sinyalnya yang ditembakkan secara LoS (Line of Sight).
Fungsi GCI adalah untuk memastikan sasaran di udara yang membutuhkan deteksi visual dari pesawat pencegat. Dalam kasus pelanggaran wilayah udara, misalnya, interceptor bertugas melaksanakan penggiringan, pengusiran, pemaksaan mendarat (force down) atau penghancuran.
Kemampuan deteksi ini pernah mylesat.com saksikan saat latihan LFE (Large Force Employment) di Console GCI yang diawaki Fighter Controller dan operator GCI pada 26 Oktober 2020. Saat iitu, total 35 pesawat dari berbagai jenis mengikuti sesi latihan. Ada pesawat tempur Su-27/30 Flanker, F-16 Fighting Falcon, T-50i Golden Eagle, Hawk 109/209, EMB-314 Super Tucano, C-130 Hercules, dan helikopter NAS-332 Super Puma.
Melihat Fighter Controller mengendalikan manuver 35 pesawat pada saat bersamaan, bukanlah kompetensi yang sederhana. Dibutuhkan tahapan pendidikan dan kursus yang lama untuk menjadikan mereka piawai sebagai operator.
Menurut KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, skill penerbang menjadi perhatian utama selama masa kepemimpinannya. Seorang penerbang tempur harus menguasai sejumlah materi pertempuran udara.