Pakai Burqa, 20 Operator SAS Inggris Berhasil Kecoh Taliban dan Keluar dari Afghanistan

0

MYLESAT.COM – Menjadi pasukan khusus adalah sebuah tantangan tersendiri. Pasukan khusus sejatinya beroperasi di belakang garis pertahanan lawan. Tugas ini sangatlah berbahaya dan berisiko tinggi, seperti yang dilakoni operator Special Air Service (SAS) Inggris di Afghanistan. Baru-baru ini, seperti dibeberkan kontributor mylesat.com, Dwiputra, SAS mengungkapkan salah satu misi pengintaian di negara yang kini telah dikuasai oleh Taliban itu.

Sekitar 20 operator SAS harus menempuh jalan berpuluh-puluh kilometer yang penuh bahaya, demi sampai di Kabul, Afghanistan agar dapat dievakuasi.

Mereka melakoni cara berbahaya ini karena tertinggal ketika Afghanistan tengah mendapat serangan hebat dari Taliban.

Beberapa waktu lalu, Taliban melakukan serangan ofensif di seantero Afghanistan. Di saat bersamaan, 20 operator SAS ini tengah melaksanakan misi pengintaian. Sebuah perintah, meminta mereka untuk membatalkan misi dan mengharuskan pasukan berbaret pasir ini segera exfiltrate ke Kabul.

Dalam situasi seperti ini, sangat terasa betapa pentingnya pelatihan. SAS terbiasa melakukan operasi penyamaran seperti ini. Foto: pagoda22sas

Sayang, dukungan exfil menggunakan helikopter tidak tersedia saat itu, karena seluruh aset helikopter tengah beroperasi melakukan evakuasi yang kacau di Kabul.

Dilatih untuk tetap tenang di bawah tekanan, 20 operator ini menggunakan cara yang sangat unik demi sampai ke Kabul.

Para operator menggunakan burqa, yaitu penutup wajah lengkap dengan pakaian yang biasa dipakai wanita Afghanistan. Dengan modal burqa, wajah dan bentuk tubuh dapat tersamar dengan baik.

Mereka tidak membawa berbagai macam peralatan, hanya bermodalkan senjata genggam dan peluru untuk mempertahankan diri.

Untuk mencapai Kabul, operator SAS menggunakan lima taksi. Pasukan Commando Afghanistan ikut membantu agar operator dapat sampai Kabul tepat waktu.

Setelah persiapan semua selesai, dari safe house mereka berkendara menuju Kabul. Tidak lupa, sebuah bendera Taliban ikut dikibarkan untuk menunjukan bahwa mereka adalah pendukung Taliban.

Ketika berkendara, mereka menemui check point yang dijaga. Sekali lagi, pelatihan penyamaran menunjukkan hasilnya. Para wanita “palsu” ini mengaku mereka harus melewati check point untuk menuju Kabul.

Wanita-wanita ini ingin menyambut Taliban di Kabul. Sesuai hukum syariah, sangat diharamkan untuk memeriksa wanita yang menggunakan burqa. Ajaib, cara ini pun berhasil membawa “wanita” SAS ini ke Kabul dengan selamat.

Begitu sampai di Kabul, mereka berkendara sedekat mungkin menuju Hamid Karzai International Airport (HKIA). Sesampainya di perimeter bandara, mereka mencari penjagaan yang dijaga personel militer Amerika.

Seorang perwira SAS mendekati personil penjaga dan mengatakan setengah berbisik. “Pasukan Inggris dalam Operasi.” Seketika itu juga, personel itu menyadari jika mereka adalah salah satu kawan yang tertinggal.

Cara ini ditempuh agar tidak menarik perhatian para pengungsi. Apalagi keadaan saat itu sangat kacau, akibat para pengungsi berebut masuk. Begitu diantar ke sebuah ruangan, operator SAS yang menyamar segera membuka burqa. Misi pun berhasil dan selesai.

Pakaian sipil

Operasi penyamaran SAS menggunakan pakaian sipil, bukanlah kali pertama dilakukan. Bahkan SAS termasuk sering menggunakan pakaian sipil ketika beroperasi di wilayah yang membutuhkan penyamaran tingkat tinggi.

Beruntung mylesat.com pernah berkesempatan berbincang dengan salah satu personel United Kingdom Special Forces (UKSF), yang pernah beroperasi dengan SAS E Squadron di Afrika.

Dua operator SAS tertangkap saat menyamar jadi orang Arab. Foto: pagoda22sas

“SAS sering menggunakan pakaian sipil, safe house mereka juga begitu tersamar, bahkan sesama SAS juga tidak tahu, di mana safe house SAS E Squadron,” ujar sumber yang pernah mendapatkan penghargaan karena operasi rahasia di Afrika. Walaupun dalam operasi penyamaran, risiko tetap ada.

Pada 19 September 2005, dua orang pasukan SAS yang sedang menyamar tertangkap ketika sedang melakukan pengintaian di Basra, Irak. Banyak sumber yang mengatakan, jika kedua orang operator itu kemungkinan berasal dari Special Reconnaissance Regiment (SRR).

SRR dan SAS memang sering beroperasi bersama, terlebih kedua entitas ini dikategorikan sebagai Tier I.

Kedua operator ini menyamar sebagai orang Arab. Saat tertangkap polisi, di dalam mobil kedapatan senjata dan peralatan komunikasi. Carbine C8, mini Para, LAW rocket Launcher dan peralatan medis ikut disita dari dalam mobil.

Menurut penyelidikan, mereka tengah melakukan misi sabotase atau profiling target. Kedua operator malang ini dibawa menuju pos polisi Jamait. Sebelum tertangkap, operator SAS sempat melawan, setidaknya satu orang polisi Irak terluka.

Kedua operator ini berusaha mencapai Emergency Rendezvous Point, sebuah standar operasi dalam operasi penyamaran. Namun sayang, di titik ini kedua operator menyerah karena tidak menemui cara lain untuk escape.

Begitu sesampai di pos polisi, mereka menerima perlakuan interogasi yang kejam. Sudah menjadi risiko, seorang operator yang tertangkap sangat menyadari betul bagaimana seramnya jika berhadapan dengan interogasi.

Kini, operasi pengintaian berubah menjadi operasi penyelamatan.

Rekan-rekan sesama SAS mendengar berita penangkapan ini, dengan segera merancang operasi penyelamatan yang berani. Nantikan kisah penyelamatan operator SAS di Irak.

Share.

About Author

Being a journalist since 1996 specifically in the field of aviation and military

Leave A Reply