MYLESAT.COM – Hari-hari ini, jagat perfilman dunia khususnya Indonesia sedang dihibur oleh aksi memukau Kapten Pete “Maverick” Mitchell (Tom Cruise) dalam film Top Gun: Maverick. Jet tempur F/A-18 Super Hornet ditekuknya sampai limitasi kemampuan pesawat. Kita yang menonton serasa memegang center stick dan ketegangan pun hadir di depan mata.
Semua memuji aksi Tom Cruise dalam Top Gun: Maverick, meski ada juga yang enggan memberikan jempol. Namun harus diakui, penonton seakan merasakan sensasi mendebarkan dan bahkan seperti menonton film 3D tanpa harus memakai kacamata khusus.
Aksi dogfight di Top Gun: Maverick terasa nyaris nyata. Bagian ini sepertinya menjadi salah satu yang terbaik yang disiapkan sutradara. Gambar dari berbagai sisi yang bisa kita nikmati sambil meringis-ringis ini tentu dikarenakan penempatan begitu banyak kamera dan practical effect.
Pengamat film memuji peletakan angle kamera yang begitu pas, dan jumlah kamera sangat banyak yang ditanam di sekujur badan Hornet. Menjadikan angle sangat beragam dan membuat penonton ikut merasakan ketegangan Maverick dan unit elitenya.
Namun begitu lama fans Maverick untuk menunggu sekuelnya. Jika dihitung dari tayang pertamanya tahun 1986, artinya mereka harus menunggu selama 36 tahun untuk melihat aksi Tom Cruise di salah jet tempur terbaik yang pernah dioperasikan US Navy (Angkatan Laut Amerika Serikat) yaitu Super Hornet dan F-14 Tomcat.

Foto bersama KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo dan Ibu Inong Fadjar Prasetyo beserta pejabat Mabesau usai menonton film Top Gun: Maverick. Foto: Dispenau
Tomcat adalah jet tempur terhebat yang dibuat Grumman untuk US Navy. Karena istimewanya teknologi dan desain variable-sweep wing fighter aircraft ini, tidak satupun negara diizinkan membelinya. Kecuali Iran, yang melalui kesepakatan tingkat tinggi diizinkan memberikan dukungan saat pengembangan F-14 melalui Shah Iran terakhir yaitu Mohammad Reza Pahlevi.
Iran saat itu membutuhkan advanced fighter khususnya untuk mengintersep MiG-25 Foxbat. Pada Januari 1974, Iran memesan 30 F-14 dan 424 rudal AIM-54 Phoenix senilai 300 juta dolar AS. Tak lama kemudian, pesanan meningkat jadi 80 Tomcat dan 714 Phoenix.
Dalam briefing operasi yang disampaikan kepada tim Top Gun yang kemudian dipimpin Maverick ini, terlihat bahwa Tomcat masih menjadi aset udara musuh yang akan diserang.
Guna menghibur kerinduan penonton terhadap Tomcat, Cruise sampai menerbangkan pesawat ini dengan mencurinya dari shelter musuh yang landasannya sudah porak poranda dihantam rudal Tomahawk. Pada bagian awal film juga terlihat selintas jet tempur F-35B Lightning II JSF yang saat ini dioperasikan US Navy.
Jet lawas ini akhirnya terlibat dogfight dengan dua jet tempur stealth Sukhoi Su-57 Felon. Sebuah plot yang tentunya tidak diinginkan Rusia. Karena diperlihatkan bahwa Felon tidak mampu meladeni combat maneuvre yang diberikan Maverick dari kokpit F-14 Tomcat yang sudah uzur.
Meski sedari awal mengakui kalah secara teknologi, Maverick dalam setiap kali kesempatan selalu menekankan hal yang sama kepada timnya. “Ini bukan tentang pesawatnya tapi pilotnya,” katanya memberikan semangat dan keyakinan kepada pilot-pilot muda itu.
Di film ini memang kita bisa melihat beberapa jenis pesawat yang dioperasikan Amerika Serikat. Seperti radar terbang E-2 Hawkeye yang mengendalikan serangan empat Super Hornet ke pangkalan musuh. Pun pesawat eksperimen yang diterbangkan Maverick di awal film hingga menembus kecepatan Mach 10, menyerupai SR-71 Blackbird.
Pesawat intai buatan Lockheed Martin ini juga dicap sebagai pesawat terkencang yang mampu menembus kecepatan Mach 3. Tidak ketinggalan pesawat tempur terbaik di zamannya P-51 Mustang, yang dalam sejarah TNI AU dikenal sebagai si Cocor Merah.
Pembuatan Top Gun: Maverick tidak semulus yang kita bayangkan. Setidaknya terungkap dari pengakuan produser film, Jerry Bruckheimer, yang mengaku kesulitan mengajak Tom Cruise kembali ke layar lebar bersama Top Gun.
Menurut Bruckheimer, Cruise awalnya tidak yakin proyek film ini akan berhasil. Berbagai cara dilakukan untuk membujuk aktor laga yang selalu memerankan sendiri aksi ekstrem-nya seperti halnya Jackie Chan. Salah satu trik yang diambil adalah dengan mengajak Cruise ke Naval Air Facility di El Centro (California).
Tom Cruise yang juga mengantongi PPL ini diajak joy flight dengan salah jet tempur hingga akhirnya bersedia kembali tampil di sekuel Top Gun. Kepada Bruckheimer, Cruise meminta untuk mewajibkan kepada semua pemain melakukan pelatihan sebelum menjalani syuting.
Mungkin diluar dugaan Tom Cruise, Top Gun: Maverick langsung menyodok dan menguasai box office Amerika Utara. Top Gun: Maverick meraup 124 juta dollar AS (sekitar Rp 1,8 triliun) pada penayangan perdana di akhir pekan.
Dengan daya tarik film Hollywood yang demikian luar biasa itulah, KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo dan para pejabat Mabesau pun menyempatkan untuk nonton bareng film Top Gun: Maverick.
Jika melihat prekuel film yang tayang tahun 1986, Marsekal Fadjar saat itu masih berstatus taruna Akademi Angkatan Udara (AAU). Fadjar adalah alumni AAU 1988.
Fadjar “Bobcat” Prasetyo sendiri kemudian menjadi penerbang tempur A-4 Skyhawk di Skadron Udara 11. Pesawat yang diterbangkannya ini juga tak kalah battle proven dengan F-14 Tomcat yang diterbangkan Maverick dalam film ini.
“Film ini tontonan yang bagus, apa yang ditampilkan Tom Cruise saat terbang mendekati realistic, jalan ceritanya ringan dan romance-nya juga tidak terlalu dibuat-buat,” aku Fadjar.
Tanpa melebih-lebihkan film Top Gun: Maverick, Marsekal Fadjar Prasetyo mengatakan bahwa film ini sangat layak ditonton oleh generasi muda TNI AU.
“Bagus untuk generasi muda angkatan udara,” aku Bobcat mantap.