Joe Biden Batalkan Pilihan Warna Air Force Terbaru yang Sebelumnya Diputuskan Trump

0

MYLESAT.COM – Presiden Amerika Serikat Joe Biden, dilaporkan telah membatalkan rencana pendahulunya Donald Trump untuk mengecat pesawat kepresidenan Air Force One generasi berikutnya dengan warna yang lebih gelap dan lebih menyolok. Biden membatalkan karena dari penilaian menunjukkan bahwa keputusan itu bisa meningkatkan biaya.

Mengutip penjelasan singkat pejabat AS tentang masalah ini, NBC News melaporkan bahwa skema yang lebih gelap pada akhirnya akan menciptakan masalah pemanasan mesin pada jet kepresidenan.

Laporan lebih lanjut menunjukkan bahwa penggantian warna akan memaksa para insinyur untuk mengadaptasi beberapa komponen pesawat.

Rencana Trump melibatkan pengecatan pesawat dengan pola merah, putih dan biru yang lebih menyolok. Namun cat biru tua yang akan digunakan di bagian bawah pesawat dan mesin dapat menghasilkan peningkatan pemanasan dan menaikkan biaya pengoperasiannya.

Desain Trump menggunakan dasar warna bendera Amerika. Setengah bagian atas pesawat akan berwarna putih, sedangkan biru tua akan menutupi bagian bawahnya, termasuk perut pesawat. Garis merah tebal akan bergaris dari kokpit ke ekor melintasi bagian tengah, hampir identik dengan skema warna pada pesawat pribadi Trump.

Trump menjadikan fokusnya untuk memperbarui pesawat ikonik itu tak lama setelah menjabat pada 2017. Saat itu Trump membual tentang bagaimana ia berhasil menurunkan harga kontrak pesawat.

VC-25B

Angkatan Udara AS memberi Boeing kontrak senilai 3,9 miliar dolar AS untuk pesawat baru pada 2018.

Air Force One saat ini adalah Boeing 747-200B yang telah terbang selama sekitar seperempat abad. Air Force One yang baru dan lebih baik diperkirakan tidak akan mengudara setidaknya selama empat tahun ke depan.

Air Force One sekarang diberi kode VC-25A. Pesawat ini dinilai sudah harus diganti karena biaya pemeliharaannya semakin tinggi seiring penuaan sistem pada badan pesawat yang berusia 30 tahun. Mesin GE-CF6 dinilai sudah kurang efisien dan telah mulai melampaui biaya pembelian pesawat baru.

Pada 28 Januari 2015, Angkatan Udara mengumumkan bahwa Boeing 747-8 akan menjadi pesawat kepresidenan berikutnya.

Pada 6 Desember 2016, Presiden Donald Trump men-tweet penentangannya terhadap penggantian Air Force One karena biayanya yang tinggi, lebih dari 4 miliar dolar AS. Sementara Kantor Akuntabilitas Pemerintah AS memperkirakan total biaya sebesar 3,2 miliar dolar. Anggaran Angkatan Udara AS untuk program ini diproyeksikan hampir 4 miliar dolar.

Pada Desember 2016, Boeing memiliki kontrak untuk pengembangan awal senilai 170 juta dolar.

Pada 1 Agustus 2017, Defense One melaporkan bahwa dalam upaya membayar lebih sedikit untuk program penggantian, Angkatan Udara AS mengontrak untuk membeli dua pesawat B747-8 Intercontinental dari Boeing.

Pesawat ini sedianya akan diserahkan kepada maskapai Rusia, Transaero, sebelum dilanda kebangkrutan. Oleh Boeing, pesawat disimpan di gurun Mojave. Pesawat ini telah diuji terbang tetapi tidak pernah dikirim.

Untuk menjadi Air Force One, pesawat harus dipasangi peralatan telekomunikasi dan keamanan untuk membawa mereka ke tingkat keamanan yang dipersyaratkan dari pesawat kepresidenan AS. Disebutkan bahwa pesawat tanpa kemampuan pengisian bahan bakar di udara yang semula diminta, karena penguatan struktural yang diperlukan tidak dapat dipasang ke badan pesawat yang ada.

Pesawat baru Air Force One ini diperkirakan akan menggantikan VC-25A pada 2026, mundur beberapa tahun dari jadwal semula.

Pada September 2020, Angkatan Udara AS mengumumkan beberapa kontrak Presidential and Executive Airlift Directorate yang ditandatangani dengan produsen pesawat untuk memulai pengembangan pesawat supersonik yang dapat berfungsi sebagai Air Force One.

Kontrak telah ditandatangani dengan Exosonic, Hermeus, dan Boom.

Share.

About Author

Being a journalist since 1996 specifically in the field of aviation and military

Leave A Reply