Perwira Kopasgat Ungkap Drone Black Hornet Marinir AS, Panglima TNI Langsung Jawab, Tunggu Tanggal Mainnya

0

MYLESAT.COM – Guna memastikan keamanan lapangan terbang yang sudah lama tidak dioperasikan, prajurit Satuan Bravo 90 Kopasgat dan Amphibious Reconnaissance Platoon (ARP) Marinir Amerika Serikat melakukan patroli dan pemeriksaan gedung. Tidak hanya pengamatan visual, anggota ARP pun menerbangkan sebuah drone mungil.

Night Austere Airfield Operation atau OP3UD, adalah salah satu bentuk operasi khusus untuk mengaktifkan sebuah lapangan terbang yang lama tidak digunakan. Selain memastikan kesiapan alat bantu penerbangan, juga keamanan daerah sekitar.

Panglima TNI didampingi KSAU menyaksikan jalannya latihan Austere Airfield Operation. Foto: beny adrian/ mylesat.com

Anggota Satbravo 90 sempat memperhatikan drone kecil yang diterbangkan anggota ARP. Situasi inilah yang disampaikan Kolonel Pas Dicky Lukman sebagai mission commander dalam Night Austere Airfield Operation kepada Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa.

Laporan ini disampaikan Kolonel Dicky disela-sela paparan latihan gabungan bersama (Latgabma) Super Garuda Shield (SGS) 2022 di Lanud Sri Mulyono herlambang, Palembang (9/8/2022). Panglima TNI didampingi KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo.

Paparan latihan disampaikan Kolonel Dicky di sebuah tenda yang didirikan di depan VIP Room bandara.

“Saat pembersihan dan patroli yang disimulasikan harus clear, ARP membawa drone Hornet yang mereka gunakan, ini akan menjadi masukan bagi kami di Kopasgat,” kata Dicky.

Panglima TNI yang menyimak penjelasan ini, langsung menyela. “Drone, drone yang kecil ya, Black Hornet,” sergap Jenderal Andika.

Mendengar atensi Panglima TNI yang langsung merespon, Dicky mengungkap harapannya agar Kopasgat dilengkapi drone sejenis dan didukung oleh Mabes TNI.

“Harus lah,” pungkas Andika.

“Siap Bapak Panglima, semoga kami bisa tampil the same level dengan mereka,” jawab Dicky yang disambut tepuk tangan.

“Tunggu tanggal mainnya,” kata Panglima TNI lagi singkat.

Menurut Panglima TNI, drone Black Hornet sudah masuk ke dalam rencana Mabes TNI untuk melengkapi satuan operasional seperti Kopasgat. “Sedang dalam pemilihan, karena Mabes TNI dapat anggaran optimalisasi cukup besar tahun depan dan itu bagian dari pembelian saya, Mas,” tutur Andika.

Kolonel Pas Dicky Lukman saat menyampaikan rencana latihan. Foto: beny adrian/ mylesat.com

Black Hornet

Black Hornet PRS (Personal Reconnaissance System) adalah drone mungil yang sudah digunakan militer dunia secara luas. Diketahui drone ini sudah digunakan oleh militer AS, Inggris, Perancis, Belanda, Turki, Australia, Jerman, India, Polandia dan lainnya.

Dikutip special-ops.org, wahana tak berawak mikro ini dapat memberikan pasukan darat dengan kesadaran situasional yang lebih baik. Menurut media ini, Black Hornet awalnya dibanderol di harga sekitar 60.000 dolar AS. Namun saat ini ditaksir hargaya sekitar 40.000 dolar per unit.

Black Hornet Nano dikembangkan Prox Dynamics AS dari Norwegia. Drone kecil ini menawarkan dukungan intelijen, pengawasan, dan pengintaian kepada angkatan bersenjata dalam misi kritis.

Prox Dynamics memulai pengembangan Black Hornet di Norwegia pada April 2008. Drone ini melalui beberapa tahap uji terbang dan segala macam pengujian sebelum memasuki tahap produksi serial pada awal 2012.

Ukurannya yang kecil memungkinkan drone ini melakukan pengintaian dalam penyamaran yang baik. Dimensinya sekitar 16 x 2,5 cm dengan berat 18 gram sudah termasuk baterai. Kira-kira seukuran wafer Beng-Beng 

Pada 25 Oktober 2013, Angkatan Darat Inggris memiliki 324 drone Hornet. Selain itu, pada Juli 2014, AD AS tengah menyeleksi PD-100 Black Hornet PRS setelah menemukannya di pasar sipil. AD AS merasa bahwa drone kecil ini bisa dijadikan alat bantu pengumpulan data di medan operasi.

AD AS menguji Black Hornet ada Maret 2015. Prox Dynamics lalu mengirimkan PD-100 yang sudah diupgrade untuk memenuhi kebutuhan pengujian oleh Army Special Forces testing pada Juni 2015.

Di tahun yang sama, Black Hornet diadopsi oleh US Marine Corps untuk operasi khusus.

Operator hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk mengoperasikannya. Wahana intai ini memiliki tiga kamera. Satu untuk melihat ke depan, satu melihat ke bawah, dan satu lagi mengarah ke bawah pada sudut 45 derajat.

Drone Black Hornet PRS telah digunakan banyak negara termasuk Marinir AS.

Paket Black Hornet berisi dua helikopter Dengan baterai terisi 90%, drone mampu terbang selama 20-25 menit. Di saat yang sama, kembarannya akan diisi ulang dan siap diterbangan dengan kecepatan tertinggi 21 km per jam.

Pada Oktober 2014, Prox Dynamics mengungkapkan PD-100 Black Hornet dengan penambahan kemampuan lihat malam (night vision capabilities). Video yang direkam bisa dikirimkan melalui digital data-link pada jarak 1,6 km.

Lebih 3.000 Black Hornet telah dikirim ke pengguna di seluruh dunia. Brigade Intai Inggris di Camp Bastion menggunakan drone ini di Afghanistan dalam Operation Herrick.

Share.

About Author

Being a journalist since 1996 specifically in the field of aviation and military

Leave A Reply