MYLESAT.COM – Pada hari ini, Selasa, tanggal 22 Agustus 2023 pukul 10.08 WIB, Skadron Pendidikan 103 Wing Pendidikan 100/Terbang, saya nyatakan diaktifkan.
Pernyataan simbolis itu diucapkan KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo saat secara resmi memimpin upacara pengaktifan Skadron Pendidikan (Skadik) 103 Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) TNI AU di Lanud Wiriadinata, Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (22/08/2023).
Sesuai validasi organisasi TNI AU tahun lalu, Skadik 103 berada di bawah Wing Pendidikan 100/ Terbang, Lanud Adi Sutjipto, Yogyakarta. Wingdik 100 membawahi Skadik 101, 102, 103, dan 105.

KSAU Marsekal Fadjar Prasetyo menyaksikan demonstrasi UAV usai mersmikan pengaktifan Skadik 103. Foto: beny adrian/ mylesat.com
Di dunia militer, PTTA dinilai sebagai game changer dalam pertempuran modern. Kondisi aktual ini disampaikan KSAU merujuk perang terkini yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Meski militernya lebih lemah, namun Ukraina mampu membuat pasukan Sang Beruang berhati-hati dengan serangan pesawat drone.
“Perkembangan ieknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat, berdampak positif pada pengembangan alutsista militer, di antaranya Pesawat Terbang Tanpa Awak,” jelas Marsekal Fadjar.
“Kita dapat melihat betapa krusialnya peranan PTTA dalam perang modern. Mulai dari konflik Afghanistan, konflik Armenia-Azerbaijan hingga konflik Ukraina-Rusia yang masih berlangsung. Kemampuan dalam mengoptimalkan PTTA menjadi salah satu syarat penting guna mewujudkan TNI Angkatan Udara sebagai Angkatan Udara yang disegani di Kawasan,” tutur KSAU.
Hingga saat ini, Skadron PTTA di TNI AU telah mampu menunjukkan eksistensinya melalui berbagai operasi dan penugasan penting di berbagai penjuru nusantara.
Bersamaan dengan itu, dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia yang mengawaki PTTA, dalam beberapa tahun terakhir ini personel PTTA TNI AU dilatih di Sekolah Penerbang Lanud Adisutjipto. Sementara pendidikan penjurusan PTTA dititipkan di Skadron UdarA 51, Lanud Supadio, Pontianak.
Karena itu untuk mengoptimalkan operasional PTTA di dua skadron udara yang sudah dibentuk, TNI AU membutuhkan skadron pendidikan yang disiapkan secara khusus sebagai sekolah lanjutan bagi penerbang PTTA secara profesional.
Kita bersyukur dapat melaksanakan pengaktifan Skadik 103 untuk memenuhi tuntutan peningkatan profesionalisme personel PTTA tersebut,” ujar KSAU.
Sebagaimana tertuang dalam Keputusan Kasau Nomor Kep/159/IV/2023, Skadron Pendidikan 103 terhitung mulai hari ini, secara resmi dinyatakan diaktifkan kembali dan mulai beroperasi sebagai Skadron Pendidikan Penerbang PTTA.
Skadik 103 dilengkapi drone UAV-D, dan secara bertahap akan dilengkapi dengan berbagai platform dan sistem lainnya dalam mendukung pendidikan penerbang PTTA di masa mendatang. PTTA UAV-D ini disediakan oleh PT Indo Pacific Communication & Defense (IPCD).
Saya optimis, dengan kesiapan satuan, kesiapan alutsista, dan juga sarana-prasarana pendukung lainnya, Skadik 103 siap bergabung di jajaran operasional TNI AU untuk melaksanakan tugas yang telah menanti,” ungkap Fadjar.
Seiring pengaktifan Skadik 103 ini, KSAU juga memberikan tugas dan tanggung jabatan Komandan Skadron Pendidikan 103 kepada Mayor Pnb Yudisthira. Komandan pertama ini adalah alumni AAU 2006 dan merupakan penerbang peswat tempur T-50i Golden Eagle di Skadron Udara 15.
Saya yakin dan percaya, dengan latar belakang pengalaman serta kemampuan yang dimiliki, Komandan dapat memimpin satuan ini dan menjalankan fungsinya dengan baik, aman, dan lancar. Utamakan keselamatan dalam setiap pelaksanaan tugas, rawatlah sarana prasarana khususnya alutsista dengan penuh kehormatan dan rasa tanggung jawab,” tutur KSAU memberikan arahan.
IPCD merupakan sebuah perusahaan swasta dalam negeri yang melayani jasa desain, manufaktur, dan pemasaran drone atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) yang didirikan tahun 2011 serta berkantor pusat di Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Mengenai UAV-D, pesawat ini dibuat IPCD berdasarkan drone LH-D melalui lisensi LH Aviation, Prancis dengan mendapatkan transfer teknologi (ToT). Material yang digunakan untuk pesawat yakni karbon komposit, telah diproduksi di dalam negeri.

KSAU memercayakan Skadron Pendidikan 103 kepada Mayor Pnb Yudisthira. Foto: beny adrian/ mylesat.com
LH-10D didasarkan pada pesawat kit berpenumpang dua awak LH-10 Ellipse yang sukses terbang perdana tahun 2007 dan dipamerkan kepada publik di Farnborough Air Show 2008.
Sementara keberadaan UAV-D/LH-D di Tanah Air diketahui publik saat dipamerkan dalam gelaran Indo Defence bulan November 2016.
UAV-D yang digunakan sebagai drone latih ini memiliki bentang sayap 8 m, panjang 5,1 m, tinggi 2,5 m, dan mampu membawa muatan 250 kg. Drone ini memiliki berat lepas landas maksimum 540 kg. Sementara mesin yang dgunakan adalah Rotax 912 (98.6 hp) dan mampu terbang dengan kecepatan 370 km/jam.
Drone ini mampu terbang hingga ketinggian 5.500 m dan menjangkau jarak 4.000 km dengan lama terbang 20-22 jam. Untuk lepas landas, UAV-D hanya membutuhkan landasan sepanjang 750 m dan 650 m untuk mendarat.