MYLESAT.COM – Ada spesial dan menantang dalam Latihan Gabungan Bersama (Latgabma) Super Garuda Shield (SGS) 2023. Sebanyak 125 prajurit TNI akan melaksanakan Long Distance Airborne Operation dari Jepang ke Jawa Timur.
Tentu bagi prajurit TNI dengan kemampuan lintas udara yang terpilih mengikuti latihan ini, menjadi sebuah pengalaman khusus yang tak ternilai.
Mereka terdiri 50 prajurit Batalyon Komando (Yonko) 464/Nanggala Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) TNI AU. Ke-50 prajurit Kopasgat ini dipimpin olehg Pasiops Yonko 464 Kopasgat Kapten Pas Nur Syahbani R.
Selanjutnya 21 prajurit Yonif Para Raider 501/Bajra Yudha, 25 prajurit Yonif Para Raider 502/Ujwala Yudha, dan 29 prajurit Brigif Para Raider 18 dipimpin langsung oleh Komandan Brigif 18 Letkol Inf Danang Prasetyo Wibowo.
Rencananya, pesawat C-17 Globemaster III Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) yang membawa pasukan gabungan, berangkat pada hari ini dari Pangkalan Militer Atsugi di Jepang.
Operasi lintas udara jarak jauh ini berlangsung selama delapan jam, dari Atsugi menuju dropping zone di Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) Grati, Pasuruan, Jawa Timur. Jarak tempuh penerbangan mencapai 5.589 kilometer dengan melintasi Samudera Pasifik.
Satu hal yang baru bagi prajurit TNI dalam operasi linud ini adalah, mereka akan menggunakan parasut baru standar militer AS yaitu payung T-11.
Dalam sejumlah literatur disebutkan, Sistem Parasut Personel Non-Maneuverable Canopy T-11 adalah parasut personel terbaru yang diadopsi angkatan bersenjata Amerika Serikat sejak 2011 dan kemudian Angkatan Darat Kanada. T-11 menggantikan parasut T-10 yang sudah digunakan sejak akhir 1950. Dalam tahap pengujian, payung ini diuji untuk pertama dalam mass tactical jump oleh 82nd Airborne Division.
T-11 mencakup parasut utama model balok dan cadangan yang didesain ulang sepenuhnya serta rakitan harness terintegrasi yang cocok untuk berbagai macam bobot prajurit daripada sistem sebelumnya.
Menurut data resmi yang dikeluarkan AS, payung T-11 mampu mengangkut peterjun dengan total berat 400 lb atas sekitar 181 kg.
Prajurit TNI yang akan menggunakan payung ini melaksakan familiarisasi di Narashino, Jepang. Prajurit TNI mengikuti Ground Training Familiarisasi T-11, Ground Training Airborne Operation, gladi peta dan model, latihan multilateral drill teknis dan taktis serta olahraga airborne multilateral. Latihan diikuti juga oleh prajurit dari Jepang, Amerika Serikat, dan Inggris.
Dengan demikian, misi Long Distance Airborne Operation ini memang sangat khusus dan menantang. Pertama, dilaksanakan dari jarak yang sangat jauh dengan penerbangan selama delapan jam dan menggunakan parasut baru.
Untuk itu, demi alasan keamanan, dikeluarkan enam ketentuan yang harus diindahkan oleh seluruh prajurit peserta latihan Long Distance Airborne Operation SGS 2023.
1. Harus adanya koordinasi awal terkait apabila terjadi situasi emergency seperti cuaca buruk yang mengharuskan pesawat mendarat di landasan alternatif.
2. Untuk pasukan harus dibekali inflight meal yang ringan akan tetapi memiliki kalori tinggi, mengingat perjalanan cukup lama yaitu kurang lebih 8 jam.
3. Dalam penggunaan dan pengecekan parasut oleh JM (jumping master) dilaksanakan J-2 sebelum pelaksanaan penerjunan. Ini bertujuan apabila terjadi prematur pada parasut, JM bisa segera mengganti atau mengantisipasi hal tersebut serta tidak terlalu tergesa-gesa dalam melaksanakan persiapan.
4. Parasut dibagikan di dalam pesawat setelah take off, bertujuan untuk mempercepat mobilitas operasi long distance airborne.
5. Parasut dilipat oleh para reager (pelipat) agar peterjun dapat fokus dalam melaksanakan penerjunan dan misi selanjutnya.
6. Peterjun diharapkan menggunakan jaket taktikal untuk menjaga suhu tubuh selama di dalam pesawat dalam waktu yang lama.