MYLESAT.COM – “Saya optimis, PT Dirgantara Indonesia mampu meraih kejayaan seperti di masa lampau, apalagi dengan sudah adanya proyek N219, mari sama-sama kerja keras, ikhlas, demi suksesnya proyek ini dan PTDI secara keseluruhan.”
Baca Juga:
- Jadi Komut PTDI, KSAU Berjanji Akan Berikan Kinerja Terbaik di Tengah Situasi Sulit Ini
- 12 Perwira TNI AU Terima Wing Penerbang Kehormatan RTAF
Ungkapan itu disampaikan KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo dalam kapasitasnya sebagai Komisaris Utama (Komut) PTDI, saat meninjau hanggar produksi pesawat N219 Nurtanio pada Senin (26/7/2021).
Kedatangan Marsekal Fadjar ke PTDI ini hanya selang seminggu setelah dipercaya Menteri BUMN Erick Tohir menjadi Komisaris Utama PT Dirgantara Indonesia. Dalam kunjungannya, Fadjar membawa serta Wakil Komut PTDI Marsda TNI (Pur) Bonar Halomoan Hutagaol.

Pesawat N219 Nurtanio. Foto: beny adrian/ mylesat.com
Penetapan Marsekal TNI Fadjar Prasetyo sebagai Komut PTDI dikukuhkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PTDI dipimpin Wakil Menteri BUMN Pahala Nugraha Mansury pada Senin, 19 Juli 2021.
Wajar KSAU optimis saat memberikan sambutan. Saat meninjau sejumlah fasilitas produksi PTDI siang itu, banyak pekerjaan tengah berlangsung di sejumlah hanggar. Yuk, kita cek safari singkat KSAU kemarin siang di PTDI.
Dimulai dari hanggar N219. Pesawat produksi teranyar PTDI ini, sudah dalam kemajuan yang pesat secara produksi. Pada akhir 2020 disebutkan, PTDI sudah menerima type certificate dari Kementerian Perhubungan untuk N219. Proses sertifikasi pesawat ini memang sudah berlangsung sejak 2014.
Direktur Utama (Dirut) PTDI Elfien Goentoro yang mendampingi Marsekal Fadjar, mengatakan bahwa pihaknya akan ‘menagih’ keinginan yang pernah disampaikan sejumlah pihak untuk membeli N219.

Cukup lama KSAU duduk di kokpit pesawat N219 Nurtanio didampingi test pilot Letkol Pnb Sugiyanto. Ada harapan di N219. Foto: beny adrian/ mylesat.com
“Kemenhub ingin membeli N219 untuk keperluan kalibrasi,” ujar Elfien.
Mungkin menjadi keberanian PTDI dan LAPAN untuk mendesain dan memproduksi N219, didasarkan banyaknya komitmen (framework agreement) di awal.
Selain Kemenhub untuk kalibrasi fasilitas penerbangan dan memenuhi kebutuhan pesawat untuk menjangkau daerah 3TP (Tertinggal, Terpencil, Terluar dan Perbatasan), keinginan serupa pernah disampaikan PT Pelita Air Service, Kabupaten Puncak Jaya Papua, PT Trigana Air Service, Avitra Aerospace Technologies, dan Pemprov Kalimantan Utara.
Namun secara khusus disampaikan kepada KSAU bahwa pihak PTDI sedang berkoordinasi dengan Pemda Aceh yang berminat membeli. “Kami koordinasi untuk proses pengadaan empat unit N219, berharap juga bisa digunakan sebagai troop transport bagi TNI, Pak,” ujar pejabat yang mendampingi KSAU.
Pesawat N219 Nurtanio adalah karya anak bangsa. N219 merupakan pesawat penumpang dengan kapasitas 19 penumpang dengan dua mesin turboprop yang mengacu kepada regulasi CASR Part 23.
Pesawat N219 pada dasarnya dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan transportasi udara nasional di wilayah perintis. N219 Nurtanio dapat digunakan untuk berbagai macam kebutuhan, seperti angkutan penumpang, angkutan barang maupun ambulan udara.

KSAU diapit test pilot N219 Letkol Pnb Ferrel Rigonald dan Letkol Pnb Muhammad Sugiyanto serta Dirut PTDI Elfien Goentoro. Foto: beny adrian/ mylesat.com
PTDI juga mengemukakan rencana untuk mengembangkannya menjadi pesawat amfibi pada tahun depan, setelah sertifikasi lanjutan diberikan sebagai N219-100.
“Bapak Presiden turut memberikan perhatian dalam bidang pertahanan, termasuk inisiasi Kemenhan dalam perencanaan pengadaan. Ini merupakan peluang besar bagi PTDI,” ungkap KSAU lagi.
Di hanggar ini, Komut PTDI disuguhi video pengembangan N219 sejak awal hingga pengujian terakhir yang dilakukan.
Rombongan bergerak ke hanggar produksi CN235. Rasa optimis semakin tebal di sini. Banyak pekerjaan sedang dilakukan di hanggar ini. Tiga pesawat CN235-200 milik Angkatan Udara Malaysia (TUDM), tengah menjalani proses modifikasi.
Pesawat dimodifikasi dari semulai versi transpor menjadi MSA (maritime surveillance aircraft). “Ini pekerjaan besar, kita diberi kepercayaan, mudah-mudahan selesai Agustus nanti,” ungkap test pilot PTDI Capt. Esther Gayatri Saleh kepada mylesat.com.

CN235 milik TUDM tengah menjalani proses modifikasi dari model angkut menjadi MSA. Foto: beny adrian/ mylesat.com
Dijelaskan Esther, PTDI saat ini bisa dikatakan sebagai pemain tunggal dalam produksi pesawat CN235. Airbus sudah tidak lagi memproduksi pesawat ini. Sehingga semua bentuk pesanan, service, after sales service, dan suku cadang dan sebagainya seharusnya mengalir ke PTDI.
Selain CN235 TUDM, satu unit CN235 juga sedang tahap finishing. Generasi terbaru CN235-220 ini sudah menggunakan wingtips dan full glass cockpit. Disebutkan bahwa pesawat ini untuk TNI AL.
Di seberang deretan CN235 ini, sedang dikerjakan penyelesaian pesawat NC212i-400 untuk TNI AU dan Ministry of Agriculture and Cooperatives (MOAC) Thailand.
“Pesawat ini sepenuhnya dikerjakan oleh PTDI, semuanya dari awal karena semua jig sudah diserahkan Airbus kepada kami,” ujar salah seorang petinggi PTDI kepada KSAU.
Sebelum menuju hanggar terakhir, satu unit NC212i-400 dipajang di depan hanggar Delivery Centre. Pesawat dengan registrasi AX-2127 sudah dengan marking TNI AU, sehingga siap kirim ke Skadron Udara 4 di Lanud Abdulrahman Saleh, Malang.

NC212i-400 siap kirim kepada Skadron Udara 4 TNI AU. Foto: beny adrian/ mylesat.com
Pesawat NC212i-400 akan diserahkan kepada TNI AU sebanyak sembilan unit secara bertahap.
Di hanggar terakhir, Marsekal Fadjar Prasetyo melihat langsung satu-satunya flying test bed (FTB) CN235 registrasi AX-2301 yang dimiliki PTDI. Karena menggunakan livery merah putih, sekilas terlihat seperti pesawat kepresidenan.
Sempat beredar kabar, flying test bed ini digunakan untuk mendukung rencana PTDI mengembangkan CN235-220 Gunship.
Namun yang jelas, sesuai jati dirinya, flying test bed digunakan sebagai sarana pengujian untuk setiap pengembangan variannya. Pada saat dikunjungi KSAU, disebutkan bahwa pesawat ini tengah diuji coba untuk keperluan transpor sipil.
Dua test pilot TNI AU yang saat ini diperbantukan dalam pengujian pesawat N219, juga dihadirkan pada saat kunjungan KSAU. Mereka adalah Letkol Pnb Muhammad Sugiyanto dan Letkol Pnb Ferrel Rigonald.
Keduanya membantu dalam pelaksanaan pengujian N219 untuk berbagai misi.
Hanya saja keberadaan test pilot di PTDI sangatlah terbatas. Seandainya proyek pengembangan pesawat tempur KFX/IFX dengan Korea Selatan kembali bergulir, otomatis kedua penerbang TNI AU ini akan dikirim ke Korea.
Marsekal Fadjar menyampaikan bahwa penunjukkan dirinya sebagai Komisaris Utama PTDI adalah sebuah kebanggaan. “Kebanggaan saya pribadi dan sebagai angkatan udara dengan menjadi bagian keluarga PTDI,” jelas KSAU.

Saat ini PTDI kembali memiliki pesawat uji yang disebut flying test bed CN235 AX-2301. Foto: beny adrian/ mylesat.com
Fadjar berharap kehadirannya di PTDI bisa memberikan andil dan kontribusi dalam membangun industri pertahanan kebanggaan Indonesia ini.
“Saya paham, sudah mendapatkan laporan kondisi saat ini. Cukup memprihatinkan, tapi saya optimis kita bisa memajukan PTDI dan menjadi kelahiran kembali PTDI,” ungkap Fadjar.
Marsekal Fadjar sempat menyinggung rencana Kementerian Pertahanan melalui inisiasi Menhan dalam pengadaan alutsista, sehingga peluang PTDI sangatlah besar.
“Kita nanti menyiapkan diri, apa yang bisa kita kerjakan. Dengan adanya pekerjaan pasti akan ada cash flow,” tamnbah KSAU. Di tengah pandemi ini negara harus mengalihkan anggarannya, namun Presiden Jokowi tetap memberikan perhatian kepada pertahanan. Sehingga dari pengadaan itu paling tidak PTDI dapat dilibatkan.
“Semoga kita bisa bekerja sama membesarkan kembali PTDI,” imbuh Marsekal Fadjar Prasetyo menutup sambutannya.