MYLESAT.COM – Kalau menyebut sepatu PDL kulit jeruk TNI, pasti deh pada senyum-senyum. Banyak kenangan anggota TNI bersama sepatu boot yang permukaannya totol-totol mirip kulit jeruk ini. Karena pada zamannya, sepatu kulit jeruk menjadi Kaporlap (Perlengkapan Perorangan Lapangan) standar ABRI.
Mayjen (Pur) Sang Nyoman Suwisma punya cerita saat masih bertugas di Kopassus. Suwisma berangkat ke daerah operasi di Timtim pada Mei 1976 bersama Nanggala X yang dipimpin Mayor Inf Yunus Yosfiah.
Kepada mylesat.com, alumni Akabri Darat 1971 ini pernah memberikan pengakuan yang luar biasa soal sepatu kulit jeruk yang dipakainya.
Mantan Danjen Kopassus ini mengatakan, tidak pernah mengganti sepatunya sama sekali sepanjang tugas operasi Timtim selama satu tahun lebih.
“Tidak pernah diganti, itu sepatunya kuat banget,” aku Suwisma. Pengakuan yang mencengangkan namun begitulah faktanya.

Beginilah tampilan Parabellum Grunt yang dikembangkan dari sepatu PDL kulit jeruk TNI. Foto: Parabellum
Sementara Mayor (Pur) Hermitoyo yang terjun di Dili bersama Satgas Nanggala V Kopassandha (sekarang Kopassus) dipimpin Letkol Inf Soegito, bercerita sebaliknya.
“Sepatu saya dasarnya terkelupas, mangap koyo mulut buaya,” tutur Hermitoyo. Sepatu ini kemudian dibuangnya ke laut di Dermaga Dili, dan sebagai gantinya ia ambil punya musuh yang tercecer.
Diceritakan Hermin, sepatu kulit jeruk semasa itu beda sekali dengan yang sekarang dipakai.
“Ada skrup disolnya, model lama. Dulu sepatu tentara ada pakunya, jadi kalau dipakai jalan bunyi prok prok prok, tanda ada sepatu kulit jeruk pakai skrup ha ha ha,” kenang Hermin tertawa.
Ketika mylesat.com perlihatkan foto sepatu PDL kulit jeruk, bekas anggota Paspampres yang mengawal Wakil Presiden Sudharmono, Try Sutrisno, dan BJ Habibie ini langsung menyela. “Bukan sepatu yang seperti itu, itu terlalu bagus,” ucapnya spontan.
Begitulah, sepatu PDL kulit jeruk punya banyak kenangan. Sepatu ini menjadi teman setia bagi setiap prajurit TNI sejak masa pendidikan hingga aktif berdinas. Kemanapun seorang prajurit pergi, sepatu PDL kulit jeruk selalu menyertai.
Tidak hanya prajurit ABRI saat itu, masyarakat sipil yang gemar berkegiatan off road pun memilih sepatu ini. Seperti naik gunung, pramuka, berburu atau pembalap trail.
Sepatu ini memiliki karakter keras dan sejatinya tidak nyaman dipakai jika masih baru. Solnya menggunakan karet mati, dan karena itu sangat keras sehingga muncul istilah bandel.
Bagian bawah solnya disukai prajurit. Kembangnya yang dalam dan renggang, membuat sepatu ini enak diajak naik turun gunung plus hujan-hujanan. Umumnya mengaku, jadi jarang terpeleset jika pakai sepatu itu.
Untuk itu, secara individual atau kelompok, prajurit punya tips and trick masing-masing dalam penggunaannya jika masih baru. Bagaimana membuat sepatu cepat lemas dan nyaman dipakai. Ada saja caranya.
Situasinya berbeda jauh dengan sekarang, dimana pilihan sepatu lapangan begitu banyak. Baik buatan dalam negeri maupun impor yang tentu dengan harga sedikit lebih mahal.
Namun dengan massif-nya penggunaan medial sosial termasuk di lingkungan militer, gears pun menjadi sebuah kebutuhan dan gaya hidup.
Tentara dari belahan dunia manapun jadi bisa sharing perlengkapan yang digunakannya. Biasanya disertai sedikit review. Alhasil, gears apapun dan merk apapun bisa dibeli baik melalui keagenan di dalam negeri maupun membelinya langsung secara online atau di marketplace.
Karena begitu melegendanya sepatu PDL kulit jeruk ini, Parabellum Tactical Gear melakukan desain ulang setelah menerima tantangan dari Gubernur Akademi Militer (Akmil) Mayjen TNI Candra Wijaya.
Saat itu, Gubernur Akmil hanya meminta untuk membuatkan sepatu yang layak dan nyaman untuk taruna Akmil. Tidak menunjuk langsung sepatu PDL kulit jeruk.
Karena permintaannya cukup cepat, tim design & development Parabellum segera melakukan riset. Pilihannya jatuh kepada sepatu PDL kulit jeruk yang legendaris itu.

Parabellum Grunt saat menjalani pengujian lapangan di TNI AD. Foto: Parabellum
Sepatu yang sudah langka inipun dibedahnya dan dipelajari setiap jengkalnya. Pengalaman dan kesukaannya terhadap dunia militer, menjadikan proses redesign ini lebih mudah. Ada passion di situ.
Desain sepatu PDL kulit jeruk digabungkannya dengan model panama jungle boots yang juga terkenal. Diakun Instagram @parabellum.id dituliskan bahwa proses kreatif ini merupakan sebuah pekerjaan yang menggabungkan elemen redefined, redesigned, reengineered, dan remastered.
Sesuai tantangan Akmil, prototipe pertama dikirimkan. Sepatu ini menggunakan kulit sebagai bahan dasar dan tetap mempertahankan corak kulit jeruk sebagai identitasnya.
Hanya satu varian yang disiapkan yaitu GRUNT Full Leather. Mengambil jargon ‘GRUNT’ sebagai sebutan pasukan infanteri garda terdepan dari pasukan Amerika yang dikenal sejak Perang Dunia II. Karena akan dipakai taruna latihan, sepatu dibuat water proof.
Sedikit terobosan ditanam di bagian tali. Parabellum GRUNT menggunakan lace stopper untuk mengencangkan tali sepatu. Selain itu juga diberi penguat untuk melindungi pergelangan kaki dan punggung kaki pemakai.
Patut kita acungkan jempol adalah, sepatu pesanan Akmil dan semua sepatu yang diproduksi Parabellum dibuat sepenuhnya di dalam negeri.
Rampung membuatkan pesanan Akmil, wajah baru (reborn) sepatu PDL kulit jeruk TNI inipun diberi sedikit sentuhan untuk dipasarkan secara retail.
“Ada permintaan, jadi kami buatkan namun beda dengan yang untuk Akmil,” ujar T-Bone, Chief Creative Officer dari Parabellum.
Menurutnya, varian retail ini tidak menggunakan material full kulit namun pada bagian upper digantikan dengan bahan lightweight nylon supaya lebih ringan dan hanya sebatas water resistant serta ditawarkan dengan dua pilihan warna yakni Panama Olive Black dan Panama Triple Black.
Secara resmi, Parabellum Grunt baru dirilis pada 1 Oktober 2021. “Permintaannya lumayan, banyak yang beli, unik sih dan ada nilai nostalgianya,” ungkapnya.
Sistem BOA
Sebagai sepatu boot infanteri, Parabellum Grunt dibuat sesuai dengan kemajuan material dan teknik produksi modern. Sehingga mampu menciptakan sebuah sepatu tempur yang nyaman dan enteng namun sekaligus bisa digunakan dalam keseharian (daily routine).
Parabellum merupakan brand lokal yang mulai dikenal luas setidaknya dua tahun terakhir. Beberapa varian utama sepatu boot produksi Parabellum menawarkan konsep unik yaitu menggunakan sistem pengikatan mekanik dari BOA Fit System sebagai pengganti tali.
Dengan demikian, Parabellum menjadi pemegang resmi penggunaan sistem BOA Fit System untuk sepatu kategori tactical di Indonesia.
Cara pakainya sangat mudah. Tekan tombolnya lalu putar searah jarum jam sampai sepatu terasa kencang. Anda sensasi suara putaran mekanik saat tombol diputar, yang menjadi identitas BOA Fit System.
BOA Fit System adalah produsen sistem penutupan (closure system) untuk industri olahraga dan juga medis. Perusahaan ini berkantor pusat di Denver, Colorado, Amerika Serikat.
BOA Fit System digagas oleh Gary Hammerslag untuk dipasangkan ke sepatu guna menjamin pemakainya tidak akan direpotkan oleh terlepasnya tali sepatu selama beraktivitas.
Pada 2001, sepatu boot pertama yang menampilkan tali BOA Fit System diproduksi oleh Vans dan divisi snowBOA Fit Systemrd K2.
Pada tahun 2011, BOA Fit System Technology mengubah nama sistem penutupan yang dipatenkan dari BOA Fit System Lacing System menjadi BOA Fit System Closure System.
Pengubahan nama ini sebagai reaksi atas penggunaan BOA Fit System Technology pada barang-barang non-alas kaki seperti helm, sarung tangan sepeda motor, paket hidrasi, kawat gigi medis, dan pakaian lainnya.
Pada 2012, teknologi BOA Fit System digunakan di sepertiga dari semua sepatu boot snowBOA Fit Systemrd yang diproduksi secara global. Hebatnya lagi, lebih dari 70 pengendara di Tour de France menggunakan BOA Fit System Closure System.

Parabellum Grunt juga dibuatkan untuk orang-orang yang menyukai sepatu militer. Foto: Parabellum
Jika boleh disebutkan, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto adalah pejabat TNI pertama yang menggunakan sepatu Parabellum dalam kesehariannya. Marsekal Hadi terlihat sudah menggunakan boot Parabellum sejak 2017 saat masih menjadi KSAU.
Hingga saat ini, sepatu boot produksi Parabellum sudah dipakai secara luas di lingkungan TNI dan Polri serta beberapa instansi pemerintah.
Sebelum memproduksi sepatu militer dalam berbagai varian sejak 2016, T-Bone yang seorang military enthusiast sejak usia dini ini lebih banyak mencurahkan kreasinya dalam membuat military gears seperti combat vest, backpacks dan sebagainya.
Dengan modal suka, ia lakukan semuanya seorang diri alias single fighter. Mulai dari desain, cari bahan, cari pabrik, produksi, pengemasan, pengiriman, dan pemasaran. “Seru kalo ingat masa-masa itu,” ucapnya.
Sekarang, anak muda yang pernah menempuh pendidikan bisnis di Inggris ini terus melakukan riset untuk menciptakan produk-produk militer nan inovatif.
“Dulu dilarang orang tua masuk TNI, nggak boleh jadi pilot, terus disuruh sekolah keluar, pulang-pulangnya tetap berurusan dengan militer sesuai passion saya,” aku T-Bone.