Mengenang Helikopter SA-330 Puma: Dari Ferry Flight Paris – Jakarta Hingga Jadi Gunship di Irian Jaya

0

MYLESAT – Helikopter SA-330 Puma Skadron Udara 8, Lanud Atang Sendjaja, Bogor, telah dihentikan operasionalnya oleh KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo pada Jumat (29/12/2023). Berikut sekelumit perjalanan singkat Puma yang berhasil dicatat mylesat.com selama prosesi penghentian operasional Sang Penguasa Rimba.

Baca Juga: 

Pengadaan total 18 helikopter SA-330 Puma merupakan hasil dari pembangunan TNI Angkatan Udara periode 1974-1978. Pembangunan TNI AU selama periode 1974-1978 pada umumnya telah mencapai sasaran yang telah ditentukan Renstra I Hankam, walaupun dengan keterbatasan dana.

KSAU dan Ibu Inong Fadjar Prasetyo melaksanakan foto bersama sepepuh SA-330 Puma didampingi pejabat TNI AU. Foto: beny adrian/ mylesat.com

Sesuai perkembangan keadaan, telah terjadi beberapa perubahan dari sasaran program. Hasil pengembangan kemampuan TNI AU dalam Renstra I tersebut meliputi Sub Sektor Kekuatan dan Sub Sektor Prasarana

Hasil Pembangunan Sub Sektor Kekuatan berupa berhasil memenuhi sasaran Renstra I Hankam yang telah direvisi. Hal ini terbukti dengan tetap dipertahankannya penggunaan sejumlah alat utama sistem senjata udara yang masih ada disamping hasil pengadaan baru.

Hasil pengadaan alutsista baru masih terbatas pada pesawat patroli maritim UF-2 Albatros, pesawat tempur taktis OV-10 Bronco, pesawat angkut Fokker F27 Troopship, helikopter SA-330 Puma dan helikopter Bell-47 G Sioux.

Pengembangan kekuatan strategis TNI AU pada Renstra I juga diarahkan pada upaya pencapaian kemampuan operasi udara dalam rangka keamanan dalam negeri dan keamanan pertahanan Asia Tenggara secara terbatas.

Tingkat kemampuan yang dicapai adalah satu skadron angkut berat dengan 11 pesawat C-130B Hercules, satu skadron pesawat patroli maritim dengan lima pesawat UF-1 dan UF-2, serta satu batalyon Kopasgat.

Pada level skadron angkut sedang juga cicapai kemampuan delapan pesawat C-47 Dakota dan delapan F27, satu skadron pesawat tempur berkekuatan 15 OV-10, dua skadron helikopter yang terdiri dari lima Bell-204 B, sembilan UH-34D/S58T, dan enam SA-330 Puma.

Silaturahmi KSAU Marsekal Fadjar Prasetyo bersama sesepuh Skadron 8. Foto: beny adrian/ mylesat.com

Khususnya SA-330 Puma, helikopter ini dibeli dari pabrik Aerospatiale di Perancis. Helikopter Puma ditenagai dua mesin Turbomeca Turmo IVC, dengan kekuatan 1.575 Shp, dan mampu mengangkut 20 penumpang.

Helikopter yang sangat ditunggu kedatangannya sejak pensiunnya Mi-6 Hook ini, tiba di Indonesia pertama kali pada 5 Juli 1978 di era KSAU Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi.

Selama proses pengadaan Puma ini, satu hal monumental adalah pengiriman batch berikutnya secara langsung dengan diterbangkan feri (ferry flight) dari Perancis ke Jakarta.

SA-330 Puma HT-3307 hingga HT-3311, iterbangkan dari Perancis dengan menempuh rute Paris, Abu Dhabi, Kolombo, Medan, dan Jakarta. “Saya kira itu baru kali pertamanya helikopter terbang jarak jauh dari negara pembuat ke negara pembeli,” ungkap Marsdya (Pur) Daryatmo dalam kesaksiannya.

Selanjutnya pada 1982, datang lagi lima unit dengan registrasi HT-3312 hingga HT-3316. Kemudian tahun 1985, dua unit (HT-3317 dan HT-3318) didatangkan dari pabrikan dalam negeri PT Nurtanio sebagai wujud kerja sama kedua negara.

Selama pengabdiannya, Puma telah melaksanakan berbagai penugasan militer, SAR, dan kemanusiaan. Untuk militer, seperti Operasi Malirja di Irian Jaya, Operasi Anggrek Biru, Operasi Wisnu di Kalimantan Barat, Operasi Halau mengusir pengungsi Vietnam di Natuna, Operasi Seroja di Timtim, Operasi Patok di Irian Jaya, dan Operasi Kikis di Timika.

KSAU Marsekal Fadjar Prasetyo bersama sesepuh Skadron 8 usai melaksanakan foto bersama dengan latar belakang helikopter SA-330 Puma. Foto: beny adrian/ mylesat.com

Selain itu, Puma juga memenuhi panggilan kemanusiaan dengan melaksanakan sejumlah operasi. Bencana alam banjir dan gempa yang kerap terjadi di tanah air, nyaris tanpa kehadiran Puma. Sebutlah bencana alam di Larantuka, bencana alam di Dieng, meletusnya Gunung Galunggung di Tasikmalaya, longsor di Irian Jaya, tsunami di Maumere, gempa bumi di Liwa Lampung Barat, tsunami di Banyuwangi, bencana alam Ternate dan Kerinci, bencana alam Bika, operasi kemanusaia di Pulau Galang, operasi gangguan sosial di Kalimantan Barat, kebakaran hutan di Lampung, tsunami Aceh, kelaparan di di Yahukimo Wamena, gempa bumi Yogyakarta, banjir di Aceh, banjir Morowali, gempa bumi di Padang dan Mentawai serta banjir bandang di Wasior Papua.

Disebut juga Operais SAR terhadap terbakarnya kapal Tampomas II di perairan Masalembao, operasi tugu Kujang dan minorer Bogor, operasi SAR jatuhny C-130MP di Sibayak Medan, misi sosial di Sintang, operasi penyelamatan di Mapnduma, operasi terhadap GAM, penyelamatan korban OPM di Papua, dan SAR jatuhnya pesawat Air Asia di Karimata.

Para kru SA-330 Puma juga menunjukkan kemampuannya yang tinggi saat mengikuti kompetisi ketangkasan awak udara. Prestasi yang diraih adalah dari lomba keterampilan terbang bertajuk ASEAN Helicopter Championship di Brunei pada 1997.

Dipersenjatai Roket

Menurut Komandan Lanud Atang Sendjaja Marsma TNI Taufik Arasj, SA-330 Puma dioperasikan untuk menggantikan helikopter Mi-6 Hook buatan Uni Soviet yang telah berjasa dalam banyak pengabdian.

Sejak awal kedatangannya hingga total 18 unit Puma yang dioperasikan Skadron 8, saat ini hanya tersisa sejumlah unit saja. Perjalanan waktu yang panjang selama 45 tahun telah menjadikan tingkat kesiapan Puma menurun karena berbagai sebab.

KSAU Marsekal Fadjar Prasetyo bersama sesepuh dan keluarga besar paguyuban Skadron 8. Foto: beny adrian/ mylesat.com

“Sampai saat ini tersisa tujuh pesawat, terdiri dari satu sudah round down tahun 2019 yaitu H-3308 dan enam heli lainnya yaitu satu unit serviceable yaitu H-3315 dan lainnya ada di Sathar 16,” jelas Marsma Taufik.

“Kami menyampaikan hormat bangga dan haru kami atas pengabdian 45 tahun SA-330 Puma Sang Penguasa Rimba,” akunya.

Menurut Taufik, pagi ini, Sabtu (30/12/2023) satu unit SA-330 Puma H-3315 melaksanakan honor flight atau terbang kehormatan ke Lanud Adisucipto. Helikopter yang diterbangkan Komandan Skadron Udara 8 Mayor Pnb Adam Hardiman Ali, itu selanjutnya akan menjadi koleksi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala.

Saat diminta untuk berbagi kenangan, Marsdya (Pur) Daryatmo menceritakan bahwa seiring kedatangan Puma maka dilakukan pengaktifkan kembali Skadron 8 yang selama 10 tahun tidak aktif karena kekuatan utamanya Mi-6 sudah tidak operasional.

“Sebagai komandan skadron adalah Letkol Pnb Suparman, beliau wafat tahun 2020. Kami semua tidak bisa melupakan jasa beliau, kami bisa terbang karena pembinaan beliau bersama Pak FX Suwarno. Beliau tokoh yang sangat luar biasa di Lanud Atang Sendjaja,” pungkas Daryatmo. 

Dengan datangnya Puma berikutnya dari PT Nurtanio, dilukiskan Daryatmo sebagai masa-masa keemasan Skadron 8 dengan tingkat kesiapan yang tinggi. “Ideal sekali karena Skadron memiliki 18 pesawat dan semua serviceable,” jelasnya.

Dalam melaksanakan berbagai operasi bersama Puma, tentu banyak sekali kisah yang bisa diceritakan Daryatmo. Di antaranya Operai Patok di perbatasan Indonesia dan Papua New Guinea.

“Kami memasang patok dari MM1 sampai MM70, Pak Tatang sebagai Danlanud Jayapura banyak membantu, kami memasang patok sepanjang perjalanan,” ucapnya. Misi tempur yang menyisakan kenangan battle proven adalah ketika Puma bersenjata dikerahkan ke daerah konflik di Irian Jaya dan Timtim.

“Tugas kami membantu pasukan darat dan melakukan tindakan taktis menggunakan persenjataan roket FFAR dan senapan mesin 12,7,” kata Daryatmo.

Saat ditugaskan melaksanakan Operasi Halau untuk membendung masuknya pengungsi Vietnam ke wilayah Indonesia di perairan Natuna, SA-330 Puma terkadang bersandingan dengan OV-10 Bronco.

“Ketika kita halau, di depan ada Bronco, mereka bukannya mau kembali atau takut, tapi malah terus masuk. Apakah saat itu kami berhasil atau tidak dalam melaksanakan operasi ini yang sangat komplek ini. Ratusan pengungsi akhirnya kita angkut ke Pulau Galang,” ucapnya.

Secara resmi, KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo menghentikan operasional helikopter SA-330 Puma. Foto: beny adrian/ mylesat.com

Karena jumlah helikopter banyak sekali dengan tingkat kesiapan tinggi, berbanding terbalik dengan jumlah personel yang mengawakinya. Akibatnya, tiada hari tanpa penugasan. “Tidak berlebihan kalau saya sampaikann bahwa jumlah kita di homebase dibanding di luar homebase, lebih banyak di luar homebase, karena rotasi tugas terus,” kenang Daryatmo.

Namun, meski sekarang tinggal kenangan, semua pengalaman yang melelahkan dan mengancam keselamatan jiwa itu itu baru bisa dipetik hikmahnya puluhan tahun kemudian.

“Justru itulah yang membuat kebanggaan sampai sekarang, bahwa pengabdian itu totalitas,” urainya. Ditambahkan Daryatmo, siapapun yang (pernah) menerbangkan SA-330 Puma pasti akan bangga. Karena kemampuan jelajah dan daya angkut serta manuver lincah yang dimilikinya, membuat helikopter ini sangat cocok beroperasi di wilayah seperti Indonesia.

“Helikopter Puma mendukung semua misi penerbang TNI AU, di mana ada pesawat tempur baik di homebase maupun di luar homebase, di situ pasti ada Puma,” aku Marsdya (Pur) Daryatmo bangga.

Share.

About Author

Being a journalist since 1996 specifically in the field of aviation and military

Leave A Reply