MYLESAT.COM – KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo meresmikan pengoperasian Unit Radar Pacitan yang berada di bawah Satuan Radar (Satrad 221). Unit Radar Pacitan ini resmi mengoperasikan radar RAT 31DL/M buatan Leonardo yang menggunakan antena AESA (Active Electronically Scanning Array).
Dengan bangga, KSAU Marsekal Fadjar Prasetyo mengatakan bahwa pembuatan radar RAT 31DL/M yang ditempatkan di Pacitan ini juga melibatkan industri dalam negeri yaitu BUMN Industri Pertahanan PT LEN. “Ini radar AESA pertama di Indonesia yang operasikan TNI,” ungkap KSAU bangga.
Dijelaskan KSAU, kebutuhan untuk memodernisasi alutsista khususnya bidang pertahanan udara, sudah menjadi suatu bagian penting dari sistem pertahanan nasional. Pengadaan medium range radar di Pacitan ini adalah bagian dari upaya modernisasi alutsista TNI AU.
“Bahwa ini adalah radar produksi bersama PT LEN dan Leonardo. Suatu kebanggaan karena ini produksi dalam negeri, ini kebanggaan kita,” ujar Fadjar.
Meski Satrad 221 yang mengoperasikan radar pertahanan udara AWS-2 buatan Plessey, Inggris berada di Ngliyep, Malang, namun unit radarnya ditempatkan di Pacitan. Tentu ini menjadi pertanyaan.
“Awalnya radar ini akan ditempatkan di Ngliyep, tapi setelah melalui kajian dari staf Mabesau, bahwa dibutuhkan selain untuk operasi pertahanan udara tapi juga bisa digunakan untuk latihan operasi udara. Setelah dikaji beberapa lokasi, dipastikan tempatnya di Pacitan,” tutur KSAU.
Seperti diketahui, ruang udara di selatan Pulau Jawa ini menjadi lokasi latihan pertempuran udara oleh skadron tempur TNI AU khususnya yang berpangkalan di Lanud Iswahjudi, Magetan.
Selain itu, ruang udara selatan ini juga menjadi incaran penerbangan sipil untuk menghindari padatnya trafik di wilayah utara. Kebetulan sekali TNI AU memiliki aset lahan strategis sekaligus indah yang menghadap ke pantai Selatan, sehingga penempatan radar ini diputuskan di Pacitan.
Dari penelusuran di sejumlah situs termasuk di Leonardo, diketahui bahwa RAT 31DL/M yang juga pilihan sejumlah negara NATO ini merupakan radar jarak jauh pertahanan udara yang beroperasi dalam frekuensi L-band. NATO mengenalnya sebagai Leonardo RAT 31DL/M long-range DADR (deployable air defence radar).
Antenanya memiliki bentangan 11 meter dengan kecepatan putar 10 detik. Radar canggih ini dirancang sesuai persyaratan air surveillance tingkat lanjut terhadap ancaman rudal balistik (ABT-TBM). Serta dilengkapi perangkat peperangan elektronika (ECM).
Selain itu, RAT-31 DL/M seberat 30 ton ini diketahui sudah menerapkan teknologi 3D yang mencakup Range, Azimuth, Height dengan kemampuan surveillance untuk jangkauan sasaran sejauh 400 km dan berada pada ketinggian 30.500 m.
RAT31 DL/M dirancang untuk melindungi sebagian besar wilayah berkat jangkauannya yang luas. Sensor ini merupakan bagian dari rangkaian sistem jarak jauh dengan kemampuan pengawasan, pertahanan udara, dan rudal, termasuk rudal balistik.
Pengadaan radar ini disepakati melalui kontrak yang ditandatangani oleh PT LEN dengan Leonardo saat berlangsungnya Defense & Security 2019. Saat itu disampaikan bahwa radar ini akan dipasang di Satrad 221 Ngliyep.
“Kedepannya akan lebih banyak lagi radar baru yang akan dipasang untuk memagari ruang udara Indonesia, selain juga dibutuhkan untuk menggantikan beberapa radar produksi tahun 60-an yang masih dioperasikan TNI AU,” kata KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo.