MYLESAT.COM – Korea Selatan baru-baru ini telah memulai produksi Wahana Udara Tak Berawak Ketinggian Menengah (Medium-Altitude Unmanned Aerial Vehicle – MUAV). Produksi ini menandai langkah signifikan dalam meningkatkan kemampuan pengintaian kritis militer Korea Selatan.
Menurut Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (Defense Acquisition Program Administration – DAPA), MUAV diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pengawasan dan pengintaian, yang secara bersamaan berkontribusi pada ekspor pertahanan negara itu di masa depan.
Kim Tae-gon, kepala Divisi Teknologi Canggih DAPA, menyatakan optimismenya tentang dampak potensial proyek ini terhadap kemampuan pertahanan dan peluang ekspor.
Kolaborasi strategis antara Korean Air, maskapai penerbangan terbesar di Korea Selatan dan perusahaan pertahanan LIG Nex1 dan Hanwha Systems, menghasilkan kontrak substansial senilai 471,7 miliar won ($352,8 juta) dengan DAPA pada Desember.
Perjanjian ini menetapkan tahap untuk pengembangan pesawat mata-mata canggih, yang disebut sebagai ‘Korean Reaper’ atau Sistem Tanpa Awak Korea (KUS-FS), yang dijadwalkan untuk digunakan pada 2028. MUAV dengan panjang 13 meter, tinggi 3 meter, dan lebar sayap 25 meter, menandakan kemajuan penting dalam teknologi pengawasan udara tak berawak.
Pesawat pengintai tak berawak canggih ini dilengkapi beragam muatan yang dirancang untuk misi intelijen, pengawasan, dan pengintaian (ISR).
KUS-FS yang dirancang untuk operasi di ketinggian menengah, dapat mencapai ketinggian terbang mulai dari 10 hingga 12 kilometer di atas permukaan tanah dan mengambil gambar beresolusi tinggi dari jarak hingga 100 kilometer.
Produksi MUAV secara resmi diluncurkan dalam pertemuan yang diadakan di Korea Aerospace Research Institute (KARI) di Busan pada 24-25 Januari 2024. Acara ini dihadiri perwakilan dari DAPA, Badan Pengembangan Pertahanan (ADD), Angkatan Udara Korea Selatan (RoKAF), dan Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS).
DAPA menguraikan rencananya untuk mengirimkan MUAV secara berurutan ke RoKAF, menyoroti kontrak yang ditandatangani oleh ADD dengan Divisi Kedirgantaraan Udara Korea (Korean Air Aerospace Division – KAL-ASD), LIG Nex1, dan Hanwha Systems pada Desember 2023 untuk memulai produksi.
Ketiga perusahaan secara aktif terlibat dalam penelitian dan pengembangan MUAV, dengan KAL-ASD berperan sebagai kontraktor utama sejak 2008.
Meskipun rincian spesifik mengenai rencana produksi masih dirahasiakan, DAPA mengungkapkan bahwa total biaya proyek diperkirakan mencapai $352,4 juta.
Tonggak sejarah produksi ini menggarisbawahi komitmen Korea Selatan untuk memajukan kemampuan pertahanannya dan memposisikan diri sebagai pemain penting di pasar drone atau wahana udara tak berawak global.