MYLESAT.COM – TNI Angkatan Udara berencana mengembangkan Lanud Yohanis Kapiyau di Timika, Papua Tengah sebagai forward operating base (FOB) yang aman digunakan untuk melakukan operasi lanjutan dan bertindak sebagai pusat taktis operasi TNI.
Lanud Yohanis Kapiyau yang berbagi lahan dengan Bandara Mozes Kilangin, memiliki panjang landas pacu 2.340 meter. Timika sendiri merupakan kawasan yang berorientasi pada bidang pertambangan, industri dan jasa, sebab di wilayah ini terdapat perusahaan tambang PT Freeport Indonesia.
Dari Lanud inilah berbagai operasi militer TNI dimulai. Kita masih ingat Operasi Mapnduma yang merupakan operasi militer untuk membebaskan 26 peneliti yang tergabung dalam Ekspedisi Lorentz 95. Mereka disandera Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinan Kelly Kwalik di Desa Mapnduma, Kecamatan Tiom, Jayawijaya, Papua.
Operasi pembebasan sandera ini memakan waktu selama 129 hari dengan menjadikan Timika sebagai FOB.

Prajurit Yonko 468 Sarotama mengamankan pesawat C-130J Super Hercules TNI AU yang membawa rombongan KSAU di Wamena. Foto: beny adrian/ mylesat.com
Pasca disanderanya pilot maskapai Susi Air, Philip Mark Mehrtens oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua di Lapangan Terbang Paro, Nduga, Papua Pegunungan sejak 7 Februari 2023, Lanud Yohanis Kapiyau kembali digunakan untuk mengejar KKB yang bersembunyi di Papua Pegunungan.
Mengapa Lanud Yohanis Kapiyau begitu penting?
Dilihat dari sisi geografis, Timika relatif berada pada posisi tengah dari setidaknya tiga wilayah utama di Papua. Yaitu Biak, Jayapura, dan Merauke. Dari ketiga kota ini sebagai pangkatan utama bisa digerakkan kekuatan tempur ke Timika sebagai FOB. Selama ini, konflik bersenjata memang lebih banyak terjadi di wilayah pegunungan tengah yang memang relatif lebih dekat dari Timika.
Karena padatnya operasi penerbangan TNI sementara Lanud Yohanis Kapiyau memiliki keterbatasan fasilitas, berdampak langsung kepada kemampuan, kesiapan, dan kecepatan Lanud Yohanis Kapiyau dalam mendukung operasi.
Apalagi selain mendukung operasi TNI, Lanud Yohanis Kapiyau juga melaksanakan operasi mandiri terkait pengawasan dan pengamanan aktivitas penerbangan. Baik terjadwal maupun tidak terjadwal.
Khususnya penerbangan yang tidak terjadwal, Lanud Yohanis Kapiyau telah berhasil mengawasi setidaknya 2.131 penerbangan. Penerbangan yang diawasi seperti di Ilaga, Bilorai, Mulia, Kenyam, Wamena, Sinak, Beoga, Tsinga, Jila, Karubaga, Sugapa, dan Enarotali.
Hingga saat ini, Lanud Yohanis Kapiyau yang diharapkan menjadi FOB, kenyataannya belum memiliki apron militer, base operation, shelter pesawat dan heli, hanggar dan perkantoran, stasiun pengisian bahan bakar militer, selain terbatasnya mess untuk mendukung akomodasi kru yang standby operasi di Lanud Yohanis Kapiyau.
Dengan mempertimbangkan tuntutan tugas serta rencana penempatan skadron udara dan peningkatan status Lanud menjadi Tipe B, dibutuhkan lahan untuk menambah perkantoran dan perumahan.
Terkait rencana pengembangan itu, pada tahun ini Lanud Yohanis Kapiyau akan menerima hibah berupa pembangunan apron dan taxiway dari Dinas Perhubungan Kabupaten Mimika.
KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo meminta untuk mempertimbangkan secara cermat rencana pengembangan Lanud Yohanis Kapiyau, agar betul-betul aman untuk mendukung operasi penerbangan.
Menyangkut dukungan operasional, KSAU juga meminta untuk segera merenovasi mess kru sehingga lebih layak untuk ditempati. Sementara untuk dukungan penerbangan, KSAU memberikan perhatian untuk segera membangun shelter, hanggar, dan pusat pemeliharaan pesawat.
FOB
Forward Operating Base atau lazim diterjemahkan sebagai Pangkalan Aju, adalah sebuah pangkalan garis depan yang terjamin keamanannya dan digunakan untuk mendukung tujuan strategis dan tujuan taktis.
FOB dapat terdiri dari pangkalan udara, rumah sakit, pusat pemeliharaan, dan fasilitas logistik lainnya sehingga dapat digunakan untuk jangka waktu yang lama. FOB didukung oleh pangkalan operasi utama yang diperlukan untuk memberikan bekal ulang kepada pasukan di garis depan.
Keberadaan FOB akan meningkatkan waktu reaksi pasukan ke area lokal dibanding menempatkan semua pasukan di pangkalan operasi utama.
Menurut terminologi militer yang paling sederhana, FOB dicirikan dengan lingkungan steril yang dilindungi secara alami maupun buatan. Militer biasanya memasang kawat berduri dan mendirikan pos pengawasan untuk melindungi aset dan personel yang ada di dalamnya.