MYLESAT.COM – Pesawat N250 Gatotkaca berwarna putih-biru itu tampil setiap hari di angkasa Le Bourget dengan tenang dan penuh percaya diri, menunjukkan kebolehannya dalam berbagai manuver yang menarik pengunjung Paris Airshow ke-42 di Le Bourget di dekat Paris pada Juni 1997.
Sementara itu di arena pameran statik, pesawat CN235 Tetuko versi patroli maritim (MPA) yang berhidung hitam panjang untuk tempat radar khususnya dan sudah diberi logo TNI AU, berjajar gagah dengan pesawat-pesawat produksi negara maju lain.
Kehadiran kedua pesawat IPTN di pameran kedirgantaraan terbesar di dunia itu bukanlah sesuatu yang datang begitu saja. Mereka harus terbang dari rumahnya di Bandung. Keduanya menempuh perjalanan panjang, lebih dari 13.5000 km untuk sampai ke Paris.
Khusus N250 Gatotokaca yang merupakan prototip pertama (terbang perdana 10 Agustus 1995), merupakan pengalaman pertamanya melanglang buana dengan jarak tempuh yang tidak tanggungtanggung. Sekaligus menambah jam terbang yang saat itu sudah mencapai lebih dari 400 jam. Sedangkan kakaknya, CN235, sebelumnya sudah acap keliling dunia, ke Asia, Eropa, dan Australia.
Pesawat N250 bertolak dari Bandung pada Selasa, 10 Juni 1997, pukul 07.00 WIB. Pesawat dterbangkan dua tim pilot, masing-masing Chris Sukandoro, Letkol Pnb Sumarwoto, Adi Bud,i dan Capt John Bolton. Turut dibawa tiga flight engineers dan lima flight mechanics.
Pagi itu Gatotkaca langsung ke Batam, kemudian siangnya ke Bangkok untuk selanjutnya ke Kalkuta di India. “Tapi hari itu kami terpaksa menginap di Bangkok, karena flight clearance dari India terlambat terbitnya,” kata Sumarwoto yang bersama Adi Budi bertugas memperagakan penerbangan N250 pada hari pertama pameran Le Bourget, Sabtu 14 Juni.
Baru pada Rabu pagi, Gatotkaca terbang ke Kalkuta dan siangnya ke Mumbai (Bombay). Di kedua tempat itu para awak agak mengalami kesulitan karena ditanyai macam-macam oleh oknum kedua bandara. Namun hal itu dapat diatasi dan dari Mumbai pesawat menyeberangi lautan menuju Muscat, ibukota Kesultanan Oman dijazirah Arab. Di sini semuanya lancar dan Gatotkaca terbang malam menuju Riyadh dan bermalam.
Esoknya, Kamis 12 Juni, melanjutkan penerbangan ke Iskandariah (Alexandria) di Mesir, di tepi Laut Tengah. Selama penerbangan dari Bandung, di setiap persinggahan pesawat ditambah bahan bakarnya, dan lama penerbangan rata-rata dari satu tempat ke tempat lainnya sekitar empat jam, dengan kecepatan rata-rata 220 knot karena pada kecepatan ini pemakaian bahan bakarnya paling irit.
Tim pilot juga selalu bergantian sesudah setiap persinggahan. Dari Chris – Adi Budi ke Sumarwoto – Bolton dan sebaliknya.
Siang itu Gatotkaca menyeberangi Laut Tengah di Iskandariah, dan singgah di Brindisi di Italia. Dari awal penerbangan di Bandung, N250 tidak mengalami gangguan teknis apa pun, kecuali cuaca penuh awan menjelang Kalkuta, serta munculnya kumpulan es di sayap di atas India pada ketinggian 20.000 kaki. Dengan deicing maka es pun hilang.
Dengan ATC (pengawas lalu lintas udara) di setiap tempat juga tak ada persoalan, karena komunikasi dalam bahasa Inggris sudah menjadi standar.
Tahap terakhir ditempuh Gatotkaca sore itu, dengan bertolak dari Brindisi langsung ke bandara Le Bourget di luar Paris. Kamis malam pukul 21:00 ketika cuaca masih terang, dengan mulus mendaratlah N250 di Le Bourget.
Perjalanan CN235 MPA tidak berbeda banyak dengan N250 dalam penerbangan ferinya dari Bandung ke Paris. Semula kedua pesawat akan diberangkatkan bersamaan, namun CN235 terlambat dan baru bertolak dari Bandung pada Jumat 13 Juni karena dilakukan perbaikan pada radar.
Rute yang ditempuh serupa, namun jarak satu tempat ke tempat lain memerlukan 5 – 6 jam. Maka pesawat menginap di tempat (Kalkuta, Riyadh, Brindisi). Pesawat berwarna putih dan abu-abu ini tiba di Le Bourget hari Senin siang, 16 Juni.
Para pilot yang menerbangkan CN235 Tetuko adalah O.A. Supriadi, Anasias Zikir, Navrista Mavriando dan Esther Gayatri Saleh. Menurut Supriadi, tak ada pengalaman istimewa selama perjalanan karena kondisi pesawat prima.
Selama di pameran pesawat ini tidak terbang, namun siap terbang di luar pameran apabila ada yang memintanya untuk pengujian.
Baik N250 Gatotkaca maupun CN235 Tetuko, usai pameran Paris Airshow 97 langsung berkeliling di Eropa, Timur Tengah, dan Asia untuk misi promosi, sebelum kembali di Bandung pada 16 Juli 1997.
Momen membanggakan itu sekarang hanya tinggal kenangan.