Ada tiga poin yang selalu menjadi perhatian Ketua Umum Dharma Pertiwi Nanny Hadi Tjahjanto selaku istri Panglima TNI. Kepeduliaannya terhadap tiga poin ini tidak pernah pudar, dimanapun berada. Tiga poin dimaksud adalah pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan.
“Ketiganya saling berkaitan, jika pendidikannya bagus, kesehatan terjaga, dan kesejahteraannya tercukupi, insya allah anak-anak akan meraih masa depan lebih baik,” ujar Nanny sebelum bertolak ke Jakarta dari Surabaya, Jumat (1/6/2018).
Sejak Rabu, Nanny mendampingi Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto yang melakukan Safari Ramadhan bersama Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian ke Lombok dan dilanjutkan ke Surabaya. Kegiatannya meliputi buka puasa bersama, shalat magrib dilanjutkan shalat isya dan tarawih berjamaah.
Nah, saat Safari Ramadhan di Surabaya inilah Nanny bersua dengan Walikota Surabaya Tri Rismaharini yang akrab disapa dengan Risma. Keduanya ternyata memiliki kepedulian yang sama terhadap masalah pendidikan.
Ibu Risma pun menceritakan sejumlah program pendidikan yang dijalankannya di Surabaya. Salah satunya adalah dengan mengembangkan sifat-sifat kewirausahaan (entrepreneurship) di SMP Negeri 3 Surabaya.

Ibu Nanny ditemani Budi, meninjau kebun hidroponik di atap sekolah. Foto: Pratu Sofyan Hafandi
Upaya ini dikemas dalam program School Farming alias Bertani di Sekolah. Lewat program ini, sekolah tidak hanya mengajarkan teori kepada peserta didik, tetapi juga praktek membudidayakan hingga memasarkan tanaman hidroponik.
Panjang lebar Risma menceritakannya kepada Nanny.
Karena itulah, Nanny memutuskan untuk melihat langsung SMPN 3 pada Jumat pagi ini. Ia seperti ingin membuktikan penuturan Risma, sehebat apa sih sekolah yang diceritakan Walikota yang terkenal inovatif ini.
“Saya ingin melihat langsung, katanya banyak program menarik dan seolah itu juga menerapkan green building,” ujar Nanny.
Bersama ibu-ibu Dharma Pertiwi dan Bhayangkari, Nanny pun meluncur ke SMPN 3 yang beralamat di Jalan Praban No. 3 Genteng, Surabaya.
Menurut Budi Hartono selaku Kepala Sekolah SMPN 3, sekolah mereka sudah terbiasa menjamu tamu baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
“Namun karena yang datang Ibu Panglima, kami sempat bingung juga, informasinya dari mana ini he he he,” ujar Budi kepada mylesat.com.Â
Budi mengaku menerima informasi rencana kedatangan Nanny ke SMPN 3 malam harinya dari Kepala Dinas Pendidikan Surabaya.
“Saya tadi malam dibel kepala dinas bahwa ada kunjungan Ibu Panglima,” akunya. Malam itu juga ia menerima kedatangan Danrem dan Dandim untuk melakukan koordinasi.

Foto bersama Ibu Nanny bersama guru-guru SMPN 3 Surabaya. Foto: Pratu Sofyan Hafandi
Apa yang dituturkan Risma ternyata benar. Nanny melihat banyak inovasi kreatif yang out of the box diterapkan di sekolah ini.
Seperti bagian dari atap bangunan sekolah, disulap menjadi lahan hidroponik seluas 8×12 meter. Di sini ditanam berbagai jenis sayuran. Selain juga ada kebun lain di dekat kolam ikan.
Selain bertujuan untuk menanamkan karakter cinta lingkungan, kebun mini ini dimaksudkan untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan.
Sistem pertanian hidroponik terbukti lebih produktif ketimbang menanam di media tanah. Dengan hidroponik, masa panen sayuran hanya 45 hari saja, dibanding penanaman secara konvensional yang baru bisa dipanen setelah 80 hari.
Jenis sayuran yang ditanam di antaranya sawi daging, sawi hijau, sawi jepang dan sayuran organik lainnya.
Selain dijadikan bahan sayuran, sayuran organik yang sudah dipetik juga dijadikan bahan olahan makanan maupun minuman lain seperti jus sawi, roti lapis, risoles, mie dan keripik.
Kurikulum yang dikembangkan di sekolah ini telah mempersiapkan para siswanya agar dapat langsung mempraktikkan teori dan pengalamannya dalam dunia usaha mandiri maupun pasar kerja yang ada.
Nanny mengaku surprise melihat kreativitas program sekolah untuk membangkitkan jiwa kemandirian anak-anak. “Saya juga melihat ada english zone, dan permainan tradisional zaman dulu dilestarikan yang dikaitkan dengan mata pelajaran,” jelas Nanny.
Diakui oleh Budi, permainan tradisional diperkenalkan selain untuk mempertahankan warisan budaya juga diaplikasikan dengan pelajaran. “Seperti pemainan dakon, dikaitkan dengan pelajaran matematika,” katanya.
“Metodenya bagus sekali, soalnya anak-anak sekarang terlalu asyik dengan gadget sehingga mengurangi interaksi dan komunikasi langsung,” ucap Nanny.
Kepada Nanny juga disampaikan siswa-siswa berprestasi yang membuat SMPN 3 dilabeli sebagai Sekolah Ramah Anak dan Sekolah Rujukan.
Seperti ada siswa yang bisa membuat charger telepon selular. Rupanya sifat entrepreneurship ini memang sudah menjadi program sekolah.
Menurut Budi, salah satu cara yang diterapkan untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan adalah dengan memberikan beban kepada anak-anak untuk bisa menjual sayur. “Ini untuk berani dan tidak malu. Mereka bisa bikin jus sawi atau tas kresek dari ampas,” urai Budi.
Salah seorang siswa berprestasi yang diperkenalkan kepada Nanny adalah Vito. Menurut Budi, Vito yang multitalent ini adalah peserta didik yang dianugerahi gelar Tunas Muda Pemimpin Indonesia.
Menceritakan prestasi Vito, Budi mengatakan bahwa baru lalu Vito mengikuti pertemuan pelajar Asia di Korea Selatan. Dalam pertemuan itu, Vito terpilih memimpin delegasi Indonesia yang terdiri dari 13 anak.
“Vito terpilih memimpin anak sebayanya dari Indonesia. Dia juga terpilih sebagai ketua,” jelasnya.

Ibu Nanny bersama siswa didik dan guru SMPN 3 Surabaya. Foto: Pratu Sofyan Hafandi
Kagum dengan prestasi Vito, Nanny pun langsung menawari Vito untuk melanjutkan pendidikannya di sekolah unggulan SMA Pradita Dirgantara yang tengah dikembangkan Nanny di Solo.
“Ibu Nanny langsung menawarkan ke SMA Pradita Dirgantara, itu terserah Vito karena tentu ia harus tanya ibu bapaknya,” ujar Budi.
“Ibu Nanny terkesan dengan sekolah kami dan beliau janji akan datang kembali secara pribadi, karena tertarik dengan metoda pembelajaran yang variatif,” tambah Budi bangga.
Masih menurut Budi, SMPN 3 terus mengembangkan metode-metode spesifik dan unik. Tidak hanya untuk melahirkan anak didik yang cerdas dan pintar, tapi juga membentuk karakter siswa yang santun.
Teks: beny adrian