Aliansi Jepang-AS Akan Terpengaruh Jika Kecelakaan Mengarah kepada Penundaan Program F-35

0

Akankah kecelakaan yang menimpa pesawat tempur F-35A Lightning II JSF milik Jepang mempengaruhi rencana Jepang untuk meningkatkan sistem pertahanannya?

Tema ini sedikit mengguncang jagat sosial media dan jadi perdebatan. Pasalnya F-35 adalah pesawat tempur generasi kelima yang jadi andalan Amerika Serikat dan sekutunya saat ini.

Saat kecelakaan, Mayor Akinori Hosomi (41) menerbangkan pesawat tempur F-35A bersama tiga pesawat sejenis lainnya. Keempat pesawat tengah melaksanakan latihan misi di wilayah Samudera Pasifik.

Baca: Ibarat Pusaka nan Hilang, U-2 Pun Dikirim AS Cari F-35A Jepang yang Jatuh di Pasifik

Baca: Pesawat Tempur F-35 Jepang Jatuh, Pencarian Masih Diintensifkan

Keempat pesawat dibagi ke dalam dua grup untuk melaksanakan latihan offense-defense.

Mayor Hosomi yang sudah mengantongi 3.200 jam terbang, saat kejadian bertindak selaku komandan misi.

Juru bicara AU Jepang mengatakan, sesaat sebelum menghilang dari tangkapan radar, Hosomi sempat memberi tahu penerbang lainnya bahwa dia membatalkan misi.

Karena pesawat tempur lainnya terbang agak jauh dari posisi Hosomi, mereka tidak bisa melihat langsung apa sedang dan akan terjadi sesudahnya.

Dalam sebuah formasi berdekatan, penerbang di pesawat sebelahnya akan melakukan pemeriksaan visual cepat jika salah satu rekannya melaporkan mengalami masalah dengan pesawatnya.

Namun karena posisi berjauhan, tidak ada lapor kesaksian tentang kondisi pesawat terakhir kalinya.

F-35A dilengkapi sistem kursi lontar terbaik. Namun AU Jepang secara resmi mengatakan bahwa mereka tidak menerima tanda bahwa kursi itu telah diaktifkan.

Mereka mengatakan bahwa penerbang mungkin tidak punya waktu untuk mengikuti prosedur evakuasi.

Sementara dalam kecelakaan pertama yang menimpa F-35B milik Marinir AS pada Jumat, 28 September 2018 di dekat Beaufort, South Carolina, penerbang selamat karena berhasil melontarkan diri.

Para pejabat AU Jepang mengatakan bagian-bagian dari ekor pesawat ditemukan dari daerah itu. Pencarian pilot terus berlangsung.

Kementerian Pertahanan Jepang berencana mengakuisisi 105 pesawat tempur F-35A. Untuk jumlah besar ini, Jepang harus merogoh kocek sekitar 11,6 miliar dolar AS.

Pesawat naas ini ditempatkan di Pangkalan Udara Misawa. F-35 ini adalah pesawat tempur pertama yang dirakit di pabrik di Prefektur Aichi.

F-35A mulai dipangkalkan di Misawa sejak Januari 2018 dan sampai saat ini sudah 13 pesawat siap di sana. Karena kecelakaan ini, Kemhan Jepang memutuskan untuk menahan sementara seluruh aktivitas penerbangan ke-12 pesawat tersisa.

Anggota divisi keamanan Partai Demokrat Liberal yang berkuasa telah sepakat untuk meminta jaminan kepada pemerintah bahwa kecelakaan itu tidak mempengaruhi rencana meningkatkan peralatan pertahanan.

Pensiunan Letjen Toshimichi Nagaiwa yang merupakan mantan penerbang tempur mengatakan, seperti dikutip nhk.or.jp, kecelakaan ini bisa berimbas kepada aliansi Jepang-AS.

“Aliansi ini adalah yang terkuat ketika kedua negara menunjukkan kemampuan maksimal mereka,” ujar pemilik lebih 3.800 jam terbang ini.

“Kecelakaan itu akan mempengaruhi aliansi secara signifikan jika mengarah pada penundaan program F-35 Jepang,” ujar peneliti tamu di Asia Center, Universitas Harvard sejak Mei 2007 hingga Mei 2009 ini.

Sampai saat ini, AS masih megerahkan pesawat patroli dan kapal perang untuk membantu pencarian puing-puing pesawat dan penerbang.

Menurut Nagaiwa, militer AS berkepentingan terlibat untuk melindungi informasi tentang pesawatnya yang paling canggih

“Banyak negara mungkin tertarik dengan kecelakaan itu, dari sudut pandang intelijen,” ungkap mantan penerbang F-4EJ dan F-15J ini.

“F-35A akan menjadi pendorong besar bagi keamanan ruang udara Jepang. Karena itu sangat penting untuk mengidentifikasi penyebab kecelakaan untuk mencegah kasus serupa,” ucap mantan Komandan Komando Dukungan Udara AU Jepang ini.

Kita berharap tim SAR gabungan segera menemukan jasad penerbang F-35A Lightning II Mayor Akinori Hosomi, sehingga bisa mengobati rasa duka keluarga yang ditinggalkannya.

Teks: beny adrian

Share.

About Author

Being a journalist since 1996 specifically in the field of aviation and military

Leave A Reply