MYLESAT.COM – Upacara HUT TNI AU ke-77 tahun ini akan diperingati secara meriah dan dipenuhi atraksi kemampuan yang menunjukkan profesionalisme prajurit TNI AU. Upacara akan digelar di Taxiway Echo Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta pada 9 April 2023. Total 89 pesawat dari berbagai jenis akan dilibatkan dalam demonstrasi ini plus 3.300 prajurit.
Tentu tidak mudah mengatur pergerakan 89 pesawat pada saat bersamaan di satu wilayah udara. Karena kita tahu, ruang udara digunakan untuk berbagai kepentingan baik oleh penerbangan sipil maupun militer. Pengaturan penerbangan selama demo tidak hanya dilakukan oleh Air Traffic Control (ATC) Bandara Halim Perdanakusuma tapi juga oleh TNI AU sendiri.
Tidak banyak yang tahu, dan kalaupun melihat, hanya memerhatikan selintas sebuah menara portabel menjulang delapan meter di belakang tenda undangan. Ya, itulah MATC 8100 yang merupakan ATC Mobile dan berada di bawah kendali Koopsud I. ATC Mobile ini untuk pertama kali terlihat saat parade HUT TNI ke-69 di Dermaga Ujung, Surabaya, Jawa Timur.
Super Nova
Demi alasan keselamatan penerbangan selama masa persiapan dan puncak HUT TNI AU ke-77, jauh-jauh hari sebelumnya sudah dilakukan sosialisasi kepada pengguna ruang udara di Jakarta umumnya dengan dikeluarkannya Notam oleh Airnav Indonesia.
Notam (notice to airman) adalah pemberitahuan yang diajukan kepada otoritas penerbangan untuk memperingatkan pilot akan potensi bahaya di sepanjang rute penerbangan atau di lokasi yang dapat memengaruhi penerbangan. Notam dikeluarkan oleh Airnav sebagai otoritas tunggal di Indonesia berdasarkan permintaan dari TNI AU.
Dengan Notam ini, pengguna ruang udara di Halim Perdanakusuma bisa mengatur-ulang jadwal penerbangannya. Utamanya penerbangan sipil. Karena selama masa latihan yang dilaksanakan sejak Senin, 3 April 2023 hingga Kamis, Bandara Halim Perdanakusuma dinyatakan tertutup untuk penerbangan sipil.
Penutupan hanya dilakukan Airnav selama berlangsungnya manuver udara. Baik selama masa laithan dan pada puncak acara pada Minggu, 9 April 2023.
Tentu tidak mudah mengatur pergerakan 89 pesawat TNI AU yang dilibatkan dalam misi ini. Demi alasan keamanan pula, tidak semua pesawat dilepaslandaskan dari Lanud Halim Perdanakusuma.
Selain pesawat tempur F-16 Fighting Falcon, Su-27/30 Flanker, T-50i Golden Eagle, EMB 314 Super Tucano, KT-1B Wong Bee, EC-120B Colibri, SA-330 Puma dan EC725 Caracal yang diberangkatkan dari Lanud Halim, semua pesawat angkut diberangkatkan dari Lanud Husein Sastranegara di Bandung.
Terdiri dari C-130 Hercules, B737, Falcon 7X dan 8X, C295, dan C212 Aviocar. Pun dua helikopter yang membawa bendera raksasa, diterbangkan dari Lanud Atang Sendjaya di Bogor.
Dari pelaksanaan gladi bersih di Lanud Halim Perdanakusuma pada 6 April 2023, pesawat Hercules terlihat melaksanakan dua misi. Grup pertama untuk penerjunan free fall dan grup kedua sebanyak enam pesawat untuk flypast. Satu pesawat C295 juga terlihat digunakan untuk penerjunan.
Semua kendali manuver udara inilah yang menjadi otoritas ATC Mobile TNI AU, berkoordinasi dengan ATC Bandara Halim Perdanakusuma.
ATC Mobile ini berada di bawah kendali Mission Director, yang untuk perhelatan TNI AU ini dipercayakan kepada Komandan Wing Lanud Iswahjudi, Kolonel Pnb Gusti Made Yoga “Barong” Ambara.
“ATC Mobile kita digunakan untuk kontrol sebagai mission director guna memperlancar dan mengatur sekuen demo udara. Kita mengatur dan menginformasikan apakah ada waktu maju, mundur, emerjensi, dan sebagainya,” ujar Kolonel Yoga.
Selama kegiatan, mission director menggunakan callsign “Super Nova”.
Lalu bagaiman pembagian peran antara ATC Bandara Halim Perdanakusuma dengan ATC Mobile TNI AU?
Menurut Yoga yang penerbang F-16 Fighting Falcon, semua manuver udara dikendalikan dari ATC Mobile. Sedangkan ATC Bandara bertanggung jawab hanya pada saat take off dan landing.
“Setelah pesawat lepas landas, tanggung jawab diserahkan kepada kami, begitupun saat akan mendarat kami serahkan kepada ATC Bandara,” kata Yoga. “Kita mandiri khusus untuk demo,” tambahnya.
Dengan demikian terlihat bahwa pengaturan demonstrasi udara 89 pesawat ini dilaksanakan sepenuhnya oleh personel TNI AU di menara MATC 8100.
Jika bisa dideskripsikan dengan bahasa sederhana, tugas ATC Mobile adalah mengendalikan semua pesawat setelah lepas landas hingga sebelum mendarat. Artinya adalah, prosesi selama pesawat di udara baik saat mengambil posisi di holding point hingga persiapan untuk terbang lintas di atas tenda utama pada ketinggian 1.000 kaki, sepenuhnya menjadi tanggung jawab ATC Mobile.
Khusus untuk pesawat tempur dan beberapa pesawat lainnya, juga melakukan manuver di atas daerah upacara.
Untuk pesawat tempur melaksanakan manuver dog fight yang melibatkan pesawat F-16 dan T-50. Disimulasikan juga jet-jet tempur ini melakukan serangan udara air to ground untuk menghancurkan kedudukan musuh. Beberapa kali jet-jet tempur ini terbang rendah dengan kecepatan tinggi di atas lokasi upacara, cukup untuk memacu adrenalin para tamu dan undangan.
Misi air to ground juga dilakukan Super Tucano dengan melontarkan roket dan memuntahkan timah panas.
Sementara Jupiter Aerobatic Team (JAT) tampil duet dengan EC-120B Colibri “Pegasus” yang berjoget mengikuti penyanyi di depan tenda utama. Dalam aksi hebat ini, JAT bertindak sebagai background dengan menari-nari indah di ketinggian yang diatur di belakang Pegasus.
Manuver udara berikutnya dan terakhir adalah aksi pembebasan sandera yang dilakukan tim Combat SAR Kopasgat dengan dukungan dua helikopter.
Helikopter Puma bertugas menurunkan tim penyelamat tempur dengan cara rappelling, sementara Caracal berputar-putar di atasnya sebagai payung udara.
Puncak operasi ini adalah dengan berhasilnya diselamatkan pilot yang jatuh di daerah musuh dan membawanya ke daerah aman menggunakan helikopter. Semua aksi ini disertai dentuman peledak TNT yang silih berganti, menyimulasikan situasi di daerah pertempuran.
“Tugas kami sebagai mission director adalah mengoordinasikan semua kegiatan demo udara ini bisa dilaksanakan dan berjalan dengan aman dan lancar,” tutur Yoga. Total demo udara ini berlangsung selama 55 menit.
ATC Mobile
Hingga saat ini, TNI AU sudah memiliki tiga ATC Mobile yang tersebar di tiga Komando Operasi Udara (Koopsud). ATC Mobile ini sudah proven dengan melakukan pergeseran untuk kebutuhan operasi ke Ranai di Natuna dan pengamanan KTT G20 di Bali beberapa waktu lalu.
MATC 8100 adalah sebuah inovasi untuk mengatasi kendala dalam pengendalian penerbangan yang dibuat BSS Defence and Security Solutions, Belanda.
“ATC Mobile ini mulai memperkuat TNI AU sejak tahun 2013,” jelas Lettu Lek Deni Setyo Prabowo, alumni AAU 2015. Kebetulan sekali, Lettu Deni menjadi perwira tertua dari Satkomlek Koopsud I yang mengoperasikan ATC Mobile ini.
Menurutnya, ATC Mobile ini memiliki fungsi standar layaknya tower bandara dengan jangkauan 100 Nm.
Untuk itu, di dalam kabinnya yang sejuk sudah tersedia radio VHF, UHV, dual band V/UHF, HF transceiver, base station untuk ground to ground, GPS, dan sistem perekaman hingga 100.000 jam baik secara manual maupun digital.
Selain itu, MATC 8100 juga dilengkapi AWOS (Automatic Weather Observing System) yang menampilkan data arah angin, kecepatan, tekanan, suhu, kelembaban, dan titik embun.
Dalam setiap event pelibatannya, ATC Mobile dioperasikan oleh perwira tertua yang ditunjuk sebagai mission director. Terdapat tiga layar komputer yang terintegrasi dengan keempat sistem radio yang digunakan. Semuanya juga terintegrasi.
Dalam demo udara ini, ketiga layar monitor digunakan untuk menangani setiap kelompok pesawat yang akan melakukan flypast atau demonstrasi. Dua layar monitor digunakan untuk handle penerbangan dan satu monitor untuk ATC Bandara Halim Perdanakusuma.
Menegaskan penjelasan Kolonel Yoga, Lettu Deni mengatakan bahwa ATC Mobile berfungsi sebagai pengatur pada saat flypast demo HUT TNI AU ke-77. “Keberadaan ATC Mobile ini sangat membantu tower bandara yang mengatur seluruh penerbangan pada saat bandara dinyatakan close untuk sementara selama kegiatan,” jelas Deni.
Saat digelar ke Ranai beberapa waktu lalu, ATC Mobile dibawa menggunakan pesawat C-130 Hercules. ATC Mobile juga bisa digotong menggunakan sling helikopter CH-47 Chinook. Jika menggunakan jalur laut, disyaratkan kapal dengan ukuran deck cargo 40 kaki.
Untuk mengakomodir ruang yang terbatas di pesawat, ATC Mobile telah didesain menjadi sangat ringkas. Setelah diturunkan dan tangga jangkungnya dilipat secara hidrolis, ATC Mobile menjadi ringkas tak ubahnya sebuah truk yang membawa kontainer.
Saat sudah diturunkan, kaca 360 derajat di kontainer utama controller dilindungi plat besi untuk menghindari kecelakaan yang bisa mengakibatkannya pecah. “Kalau sudah dilipat seperti kontainer dan sangat pendek,” ucap Deni.
Setiap sistem yang dibuat negara-negara NATO sudah pasti memikirkan kemudahan akomodasi saat mobilisasi melalui jalur udara.
Begitu juga ATC Mobile, sudah sangat pas di kabin Hercules dengan hanya menyisakan sedikit space di kiri dan kanannya. Sekitar dua jengkal tangan orang dewasa atau 50 sentimeter. Masih muat untuk loadmaster jika harus wara-wiri memeriksa. Begitu juga ke arah depan masih tersisa ruang untuk pengikatan dan jarak aman ke belakang ke arah rampdoor.
Sesuai spesifikasinya, MATC 8100 memiliki panjang 10,4 meter, lebar 2,5 meter, tinggi 2,5 meter, dan berat 12,5 ton. Ketinggian menara maksimal bisa dinaikkan hingga 8,75 meter.
Untuk pengoperasiannya, digunakan genset 50 Kva untuk menyuplai listrik ke sistem radio, cooler, dan hidrolik.
Jika genset mati maka otomatis digunakan genset cadangan (secondary). Andaikata kedua genset ini pun bermasalah, dalam kondisi emerjensi seperti ini maka catu daya akan dialihkan ke baterai UPS yang mampu bertahan selama satu jam. “Back up system-nya sangat baik,” jelas Deni.
Dalam demo udara HUT TNI AU ke-77 ini, ATC Mobile masih didukung rantis Comob (communication mobile) sebagai backup. Rantis Comob memang bukan bagian dari sistem ATC Mobile, namun sering disertakan sebagai cadangan dalam kondisi emerjensi.
Minimal dibutuhkan tujuh personel untuk mengaktifkan ATC Mobile hingga siap operasi. Setiap personel memiliki tanggung jawab masing-masing. Ada yang di ruang controll, sisi tengah, genset, dan hidrolik.
Saat KTT G20 di Bali, sempat dilatihkan posisi scramble untuk mengukur kecepatan reaksi dan kesiapan operasi personel.
Menurut Lettu Lek Deni Setyo Prabowo, dibutuhkan waktu sekitar 25 menit hingga siap operasi dengan catatan ATC Mobile sudah ada di lokasi yang ditentukan. Sesuai skedul, ATC Mobile Koopsud I ini akan menjalani tahap pemeliharaan rutin pada tahun ini.
“Ini adalah salah satu kemampuan TNI AU yang jarang diketahui publik, dengan ATC Mobile ini maka personel TNI AU bisa mengendalikan operasi udara dimanapun dan kapanpun sesuai perintah Panglima TNI,” ungkap KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo.
Selamat bertugas seluruh personel ATC Mobile Satkomlek Koopsud I. Mereka memang bukan bintang lapangan, tapi merekalah para dalang.