MYLESAT – Suasana haru bercampur bangga mengiringi penghentian operasional helikopter SA-330 Puma dari Skadron Udara 8, Lanud Atang Sendjaja oleh KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo pada Jumat (29/12/2023). “Terima kasih SA-330 Puma,” ungkap Marsekal Fadjar singkat.
Memang tiada kata yang layak diucapkan untuk menghormati pengabdian panjang selama 45 tahun helikopter Puma di TNI Angkatan Udara. Terima kasih pun sejatinya tidaklah cukup. Namun itulah ungkapan singkat dan mengandung sejuta makna yang bisa diucapkan, mengingat besarnya peran helikopter SA-330 Puma selama mengabdi untuk bangsa dan negara sejak tahun 1978.

“Luar biasa,” ungkap KSAU saat melihat lencana pengabdian SA-330 Puma. Foto: beny adrian/ mylesat.com
Penghentian operasional SA-330 Puma dari jajaran TNI AU dipimpin langsung oleh KSAU. Prosesi penghentian dimulai dari jajar kehormatan sebuah SA-330 Puma H-3315 dari shelter menuju hangar Skadron 8.
Heli ini ditarik baggage towing tractor diiringi dua tokoh pewayangan, dan di kedua sisi berbaris tegap anggota Skadron 8 memberikan penghormatan. Di ujung, persisnya di bibir hanggar Skadron 8, KSAU dan para pejabat TNI AU menunggu kedatangan helikopter yang oleh para operatornya dijuluki “Sang Penguasa Rimba”.
“Helikopter SA-330 Puma telah mengukir tinta emas selama pengabdiannya di TNI AU. Hari ini kita hadir dalam rangka penghentian operasional helikopter Puma, dengan penuh rasa bangga dan ucapan terima kasih setinggi-tingginya atas peran yang sangat besar SA-330 Puma dalam menjaga wilayah kedaulatan dan segenap bangsa Indonesia,” ungkap KSAU memberikan atensi.
Penghentian operasional SA-330 Puma dihadiri oleh seluruh anggota Skadron 8 dan sejumlah purnawirawan yang dulu menerbangkan dan merawat helikopter ini. Hadir di antaranya Marsdya (Pur) Wardjoko, Marsdya (Pur) Daryatmo, Marsdya (Pur) Sunaryo, Marsdya (Pur) Wieko Sofyan, dan Marsdya (Pur) Trisno Hendradi.
Menurut Fadjar, tentunya tidak mudah menggantikan peran Puma yang telah menjadi salah satu kekuatan utama TNI AU selama hampir setengah abad. Namun di sini lain, jelas Fadjar, TNI AU dituntut untuk beradaptasi dan melaksanakan modernisasi guna menghadapi lingkungan strategis dan kompleksitas tantangan di masa depan.

KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo dan Marsdya (Pur) Wardjoko, penerbang Puma yang mencapai puncak karier sebagai Wakil KSAU ke-15. Foto: beny adrian/ mylesat.com
“Kita sadari bahwa setiap teknologi mempunyai masanya, dan Puma telah menunaikan pengabdian terbaiknya untuk Indonesia,” kata Marsekal Fadjar.
Dalam konteks ini, peran Puma di Skadron 8 selanjutnya akan digantikan oleh helikoter H225M Caracal yang lebih canggih. Namun, aku Fadjar, “Helikopter Puma dan kru yang mengawakinya adalah kebanggaan bagi bangsa Indonesia.”
“Oleh karena itu, hari ini adalah waktu yang tepat untuk secara remsi mengakhiri operasional helikopter SA-330 Puma di TNI AU,” ucap KSAU. Sebagai wujud terima kasih atas dedikasi helikopter Puma, KSAU memerintah untuk mengabadikan helikopter ini di Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala (Muspusdirla) di Lanud Adisucipto, Yogyakarta.
Pengiriman helikopter ke Muspusdirla dilaksanakan dengan menerbangkan langsung H-3315 oleh Komandan Skadron 8 pada hari ini, Sabtu. H-3315 adalah satu-satunya SA-330 Puma yang masih dalam kondisi serviceable dari total 18 unit yang didatangkan sejak 1978.
KSAU juga menyetujui permintaan Komandan Lanud Atang Sendjaja Marsma TNI Taufik Arasj, yang akan menjadikan salah satu helikopter sebagai tugu peringatan dan menghibahkan satu unit lainnya ke SMK Penerbang Bogor.
“Permintaan komandan Lanud tentunya tidak bisa kita tolak, apabila helikopter ini masih bisa mengabdi untuk kepentingan lainnya di jalur pendidikan,” jelas Fadjar. KSAU mempersilahkan pihak Lanud Atang Sendjaja mencari heli terbaik untuk dijadikan tugu dan menyerahkannya ke SMK Penerbang.
“Melalui monumen ini, dharma bakti SA-330 Puma akan terus dikenang dan menjadi lesson learned bagi generasi muda bangsa sampai kapanpun,” ungkap KSAU.

Proses penghentian operasional helikopter SA-330 Puma. Foto: beny adrian/ mylesat.com
Dalam acara penghentian operasional SA-330 Puma, turut berbagi kenangan Marsdya (Pur) Daryatmo yang merupakan salah satu sesepuh penerbang Skadron 8. Alumni AAU 1978 ini bergabung dengan Skadron 8 setelah menyelesaikan Sekbang tahun 1980.
“Hari ini helikopter Puma sudah tidak segesit Puma lagi dan tidak lagi sekuat gajah lagi, karena faktor usia sehingga harus pensiun. Tapi kita tidak boleh berkecil hati karena Skadron 8 diberikan pesawat yang lebih canggih dari Puma dan lebih menjanjikan suksesnya tugas yang dibebankan kepada Skadron 8,” ungkap Marsdya Daryatmo yang pernah menjadi Kepala Basarnas.
“Tiada sejengkal tanah pun di Negara Kesatuan Republik Indonesia tanpa jangkauan helikopter Puma. Segesit Puma sekuat gajah,” tambah Marsma Taufik.
Terima kasih SA-330 Puma.