MYLESAT.COM – Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto mengunjungi, menyaksikan, dan memeriksa kesiapan pasukan khusus Satuan Bravo 90 Kopasgat (Komando Pasukan Gerak Cepat) TNI AU di Rumpin, Bogor, Jawa Barat (12/01/2024). Dentuman TNT dan suara tembakan tiada henti selama kunjungan Panglima TNI.
Kedatangan Panglima TNI yang didampingi KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo di Mako Satbravo 90, langsung disambut demonstrasi pengoperasian drone/ antidrone oleh prajurit Satbravo 90. Setelah melewati gerbang utama Satbravo 90, demonstrasi kemampuan khusus Satbravo 90 diperlihatkan secara estafet.
Baca Juga:
- Praka Mohammad Sugeng, Prajurit Terbaik Satbravo 90 yang Namanya Disematkan di Lapangan Tembak Kopasgat
- Menhan Prabowo Warga Kehormatan Kopasgat, “Saya Terkesan dengan Keterampilan Kalian”
- Daftar Nama Lengkap Anggota TNI AU dalam Misi Kemanusiaan Indonesia ke Turki
Dipandu langsung oleh Komandan Satbravo Kolonel Pas Asep Dicky Lukman, demonstrasi diawali dengan kemampuan rappelling dari menara setinggi 15 meter.
Kemampuan ini disebut FRIES (Fast Rope Insertion Extraction System). FRIES adalah sistem mekanis menggunakan tali tebal untuk memungkinkan unit kecil menyusup (infil) dan keluar dari area terbatas dengan cepat menggunakan helikopter. Sistem ini dikembangkan oleh Marlow Ropes bersama operasi khusus Inggris dan pertama kali digunakan dalam Perang Falklands.
Menggunakan kendaraan taktis SSE P6 ATAV 9 (All Terrain Assault Vehicle) saat berkeliling, kepada Panglima TNI dan KSAU diperlihatkan kemampuan tim CBRN (Chemical Biological Radiological Nuclear) dilanjutkan kemampuan tim EOD (Explosive Ordnance Disposal) menjinakkan bahan peledak menggunakan robot.
Di sampingnya, sudah siap enam prajurit yang bergegas menaikki tangga dari mobil tangga MIT ARES dan kemudian meluncur menggunakan tali dilanjutkan beladiri taktis. Enam prajurit secara bergantian memperlihatkan skills mereka dalam melakukan perkelahian jarak dekat. Baik tangan kosong maupun menggunakan sebilah pisau.
Baca Juga:
Menggunakan lapangan tembak pistol 25 meter, kali ini adalah peragaan kemampuan marksmanship transition yaitu kemampuan menembak secara cepat, tepat, efektif, dan efisien dengan berbagai jarak.
Berpindah ke area sebelahnya yang merupakan lapangan tembak 600 meter, satu tim Aksi Khusus dan Bantuan Khusus Satbravo 90 memperagakan kemampuan sniper fast yaitu kemampuan menembak cepat jarak jauh.
Tembakan terarah jarak jauh ini disusul serbuan tim Aksus, yang secara ofensif melakukan penembakan menggunakan senapan mesin rantai M134 Gatling Gun. Senjata maut dan mematikan ini memiliki jarak tembak efektif satu kilometer dengan kecepatan tembak mencapai 2.000 – 6.000 peluru per menit.
Dillon Aero sebagai salah satu pabrikan M134, pernah menyebut bahwa daya tembak satu unit M134D bisa setara sembilan pucuk senapan mesin FN Minimi. Gatling Gun saat ini sudah umum digunakan di lingkungan pasukan khusus TNI.
Berbagai kemampuan khusus ini dilakukan oleh prajurit Satbravo 90 dari Detasemen 901 Intelijen, Detasemen 902 Aksi Khusus, dan Detasemen 903 Bantuan Khusus.
Setelah menyaksikan demonstrasi ketangkasan prajurit Satbravo 90 Kopasgat, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto dan KSAU Marsekal Fadjar Prasetyo menyaksikan static show berbagai persenjataan dan peralatan yang dimilikinya Satbravo 90.
Panglima TNI memberikan apresiasi kepada profesionalisme Satbravo 90. Jenderal Agus berpesan agar prajurit Satbravo 90 tumbuh menjadi ksatria Baret Jingga yang prima, setia kepada NKRI, terampil dalam pertempuran khusus, dan selalu berhasil dalam setiap pelaksanaan tugas.
Riwayat Satbravo 90
Embrio Satuan Bravo 90 sudah disiapkan jauh-jauh hari sejak tahun 1980-an dimasa kepemimpinan Marsma Sugiantoro. Namun karena eksistensinya lebih dikenal sejak 1990, namanya pun diembel-embeli angka 90. Di antara pasukan khusus TNI, Satbravo 90 terbilang anak bungsu karena pengukuhan dan penyerahan tunggul baru dilaksanakan pada 16 September 1999 oleh KSAU Marsekal TNI Hanafie Asnan.
Kelahiran Bravo tak lepas dari kekhawatiran munculnya aksi teror di lingkungan penerbangan sipil. Pada era 1970-an marak aksi pembajakan pesawat dan teror di bandara seperti pembajakan pesawat Airbus A300B4-203 Air France Flight 139 di Bandara Entebbe, Uganda pada 4 Juli 1976.
Keinginan untuk membentuk Satbravo 90 sebagai unit khusus di lingkungan Kopasgat baru terealisasi di era Dankopasgat dijabat Marsma Eko Budiono pada 1990. Marsma Eko memerintahkan untuk menyiapkan tim pembentukan pasukan khusus TNI AU yang diambilkan dari Paskhas (sekarang Kopasgat). Unit khusus yang diberi nama Tim Bravo itu lahir pada 1990.
Lewat seleksi dipimpin Lettu Suhardi, terpilihlah 31 prajurit Paskhas. Tim ini dititipkan di Depodiklat Paskhas. Sekitar 1995, pembinaannya dialihkan dibawah Wing Pendidikan Paskhas di bawah Satuan Demonstrasi dan Latihan Depodiklat Paskhas (Satdemolat).
Ketika KSAU Marsekal Hanafie Asnan mengukuhkan Detasemen Bravo pada 16 September 1999 di Mako Korpaskhasau, tim elite baru ini dipercayakan kepada Kapten Pas Yudi Bustami. Yudi menerima Tunggul Bravo langsung dari KSAU. Saat diresmikan personel Bravo baru berjumlah 77 orang.
Sebelummnya Yudi berdinas di Skadron 461 dan pindah Depodiklat pada 1996 dan ditempatkan di Satdemolat.
Di Satdemolat ini Yudi dipercaya membina dan memimpin Tim Bravo yang hampir semua anggotanya dikenalnya. Tak lama setelah pengukuhan, Denbravo menerima tiga perwira terbaik dari masukan Perwira Prajurit Karier (PK), masing-masing Letda Pas Sujatmiko, Letda Pas Shloleh, dan Letda Pas Agung Subagyo.
Tak lama berselang bergabung lima perwira lulusan AAU, yaitu Letda Psk Sumarsono, Letda Psk Nana Setiawan, Letda Psk Asep Dicky Lukman, Letda Psk Dodi Irawan, dan Letda Psk Joko Tri Cahyono.
Tunggul Bravo dipesan dan dibuat khusus di Yogyakarta yang merupakan kayra dalang Ki Timbul Hadiprayitno alias Mas Rio Cermo Menggolo. Sang dalang memberikan simbol berupa senjata Guawijaya yang merupakan panah sakti milik Prabu Rama dalam kisah pewayangan.
Dari delapan perwira yang dimiliki, Kasi 1 dipercayakan kepada Lettu Agung, Kasi 2 Lettu Sujatmiko, Kasi 3 Lettu Sholeh, dan Kasikomlek Lettu Dodi. Empat perwira lainnya diberi jabatan komandan tim.
Untuk brevet, Kapten Yudi memercayakan kepada anggotanya Pratu Ardi Setiawan untuk membuatnya. Sedangkan perintah pembuatan motto atau semboyan satuan Catya Wihikan Awacya Makaphala (Setia Terampil Berhasil), diserahkan kepada Lettu Sujatmiko.
“Kamu pergi ke perpustakaan di Cikapundung, cari kamus sanskerta, ini mottonya (Setia Terampil Berhasil) dan cari bahasa sanskertanya,” perintah Marsda TNI Yudi Bustami mengenang, yang saat ini dipercaya menjadi Komandan Kopasgat.
Salah satu kemajuan penting yang bisa dicatat pada era Yudi adalah ditetapkannya secara terbatas spesialisasi Bravo sebagai pasukan antiteror bajak udara disingkat Atbara.
Merujuk kepada milestone pengabdian Satuan Bravo 90 Kopasgat hingga saat ini, pasukan elite TNI AU sudah terlibat dalam sejumlah operasi sejak 1993. Baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Mulai dari Operasi Timor Timur, Rajawali Timtim, Rencong, ITFET, Yongab Ambon, Aceh, operasi recovery pesawat Dakota Australia di Papua, penjemputan WNI dari Yama, Afghanistan, Sudan, dan Ukraina, dan sejumlah operasi lainnya.
Usai mendengarkan paparan satuan dari Dansatbravo 90 Kolonel Pas Dicky Lukman, Panglima TNI mendapat banyak masukan dari Dansat maupun KSAU untuk rencana pengembangan Satbravo 90 ke depannya.
Seperti memperpanjang landasan agar bisa didarati pesawat C-130 Hercules. Saat ini landasan di Rumpin memiliki panjang 1.200 meter. “Kita perlu memperpanjang landasan ini untuk mempercepat penjemputan pasukan dalam menghadapi kontijensi,” ujar Marsekal Fadjar memberikan masukkan. Seperti kita ketahui, kondisi lalu lintas dari daerah Rumpin menuju Jakarta berpotensi macet.
Kesejahteraan prajurit serta perumahan, termasuk yang menjadi perhatian Panglima TNI. Dalam diskusi terbatas itupun turut disinggung pengembangan Komando Operasi Khusus TNI. “Nanti kita bentuk Pokja untuk membahas ini,” kata Panglima TNI.