Makin Lengkap dan Istimewa, Panglima TNI Resmikan 5 Koleksi Terbaru Muspusdirla Yogyakarta

0

Inilah dampak positif sosial media yang dialami Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. Berawal dari cuitan seseorang di twitter dan di-mention ke akunnya, Marsekal Hadi pun jadi tersadar bahwa ada jejak sejarah yang dulu pernah dilihatnya, sekarang menjadi rongsokkan di Lanud Manuhua Biak, Papua Barat.

Kira-kira kicauan akun twitter itu begini: “TNI AU pernah memiliki pesawat Hawker Hunter, sayang, pesawat itu sekarang menjadi rongsokan dan dibangun kembali oleh komandan Lanud Manuhua.”

Saat membaca kicauan ini, Hadi langsung teringat pesawat yang dulu pernah dilihatnya itu. Dengan saat itu sudah menjadi KSAU, Hadi pun tersadar bahwa sesungguhnya banyak yang bisa dilakukannya untuk TNI AU khususnya dalam melestarikan peninggalan sejarah sebagai bukti otentik bagi generasi penerus.

Hadi pun segera meminta Kadisaero TNI AU Marsma TNI Dento Priyono untuk memeriksa dan menyiapkan rencana restorasi Hawker Hunter F. Mk.4 milik Belanda tersebut.

Belanda menempatkan pesawat Hawker Hunter sebagai persiapan perang dengan Indonesia pada tahun 1962 di Irian Jaya, yang dikenal sebagai Operasi Trikora untuk membebaskan Irian Barat.

Baca: Tidak Sampai Setahun, Hampir 20 Pesawat Menjadi Koleksi Terbaru Muspusdirla

Menurut Hadi, Hawker Hunter ini terpaksa ditinggal Belanda di Biak pasca cease fire karena kondisinya yang rusak. “Pelurunya meledak sendiri sebelum terbang hingga akhirnya ditinggal di hangar di Biak,” urai Marsekal Hadi.

Setelah melalui pekerjaan panjang dan melelahkan yang melibatkan puluhan prajurit dari skadron teknik TNI AU, akhirnya Hawker Hunter itu menjadi salah satu koleksi terbaru Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala (Muspusdirla) Lanud Adisucipto, Yogyakarta.

Karena nilai sejarahnya yang kuat meski bukan bagian dari kekuatan udara Indonesia saat itu, peresmian penempatan Hawker Hunter ini dilakukan sendiri oleh Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto di Muspusdirla, Selasa (24/4/2018).

Tidak hanya penempur Belanda ini, pada saat bersamaan Panglima TNI juga meresmikan koleksi lainnya yang menjadi salah satu legenda dunia penerbangan yaitu pesawat angkut Lockheed Martin C-130B Hercules T-1301. Dua pesawat lainnya yang diresmikan adalah Fokker F-27 Troopship dan Ilyushin Il-14/Av-14.

Masih di lingkungan Muspusdirla dan berada persis di depan koleksi pesawat tempur A-4 Skyhawk, Hawk Mk-53 dan F-5E/F Tiger II, juga diresmikan bangunan yang dijadikan Museum Engine R. Ahmad Imanullah.

Jadi inilah lima koleksi terbaru Muspusdirla yang terdiri dari empat monumen pesawat dan satu museum.

Bagi anda yang pernah berkunjung ke Muspusdirla tentu bisa membayangkan posisinya. Sebelumnya bangunan ini digunakan sebagai warehouse kecil yang kemudian disulap menjadi Museum Engine.

Peresmian koleksi terbaru Muspusdirla beserta Museum Engine R. Ahmad Imanullah, dihadiri juga oleh KSAU Marsekal TNI Yuyu Sutisna, Marsekal (Pur) Sukardi, Marsekal (Pur) Chappy Hakim, dan puluhan purnawirawan TNI AU yang pernah menerbangkan ketiga pesawat ini.

Alhasil, acara peresmian yang dimeriahkan teatrikal Operasi Trikora ini sekaligus menjadi ajang silaturahim bagi para purnawirawan. Dua orang purnawirawan yaitu Marsda (Pur) Bachrudian dan Marsma (Pur) Darmadji, didaulat memberikan kesan dan pesannya.

Jejak sejarah

Dalam sambutannya, Panglima TNI mengutip dialog ringan Presiden Sukarno dengan pematung Edhi Sunarso di sisi belakang Istana Merdeka.

Di sore hari itu, Bung Karno menyampaikan niatnya kepada Edhi untuk membuat patung berukuran besar sebagai bentuk penghargaannya kepada prajurit-prajurit udara yang telah sukses melaksanakan Operasi Trikora dan Dwikora.

Kepada Edhi, Bung Karno menginginkan agar patung ini mirip Gatot Kaca dan posisinya menunjuk ke utara ke arah Bandara Kemayoran. Maka jadilah patung perunggu yang diinginkan Bung Karno itu dengan berat 11 ton. Sementara tingginya 11 meter.

Patung ini berdiri di perempatan Pancoran, Jakarta Selatan dan dikenal sebagai Patung Dirgantara atau Patung Pancoran. Itulah cara Bung Karno menghormati para prajuritnya.

Terinspirasi oleh itu, maka Hadi pun ingin memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada kepada seluruh seniornya yang telah rela mengorbankan dirinya untuk bergabung di TNI AU demi menegakkan kedaulatan Bangsa.

“Nilai-nilai itulah yang kita angkat dan persembahkan kepada senior yaitu dengan mengabadikan alutsista yang pernah digunakan untuk mempertahankan NKRI. Di antaranya Hercules, Fokker, Il-14, dan satu lagi yang bukan milik kita yaitu Hawker Hunter,” tutur Hadi.

Karena pesawat-pesawat ini tersebar di sejumlah lokasi yang berjauhan, awalnya Hadi berpikir apakah mungkin membawanya ke Muspusdirla.

Hercules berada di Wing 2 Pusdiklat Paskhas di Lanud Margahayu, Bandung. Pesawat ini digunakan sebagai simulator terjun payung prajurit Paskhas. Sementara Hawker Hunter di Biak, Il-14 di Malang, dan F-27 di Bandung.

“Saya pikir waktu itu susah dikerjakan terutama menggeser Hercules ke Yogya. Saya bilang ke Marsekal Dento bahwa ini tantangan. Bagaimana caranya menggeser A-1301 dari Margahayu ke Yogya termasuk semua anggota teknik yang mendukung kegisatan ini,” kata Panglima TNI.

Guna lebih mengukuhkan peran setiap pesawat dalam masa operasinya, penataan pesawat di ruang terbuka itu pun ditata-ulang.

Atas masukan Hadi semasa menjabat KSAU, pesawat Hercules ditampilkan berhadap-hadapan dengan Tu-16 Badger. “Kedua pesawat berperan besar menembus blokade Belanda di Irian Barat, Hercules yang menerjunkan pasukan payung dan Tu-16 yang menimbulkan efek penggentar,” ucap Hadi lagi.

“Biar reunian di Muspusdirla ini karena dulu sama-sama beroperasi di Trikora,” kata Hadi.

Baik Hercules maupun Tu-16, adalah pesawat terbaru dan paling hebat pada zamannya. Indonesia merupakan negara pertama di luar Amerika Serikat yang mengoperasikan C-130B. Australia sebenarnya sudah menerima juga namun dari tipe A.

Dari sejumlah literatur dijelaskan, seperti juga dikutip Panglima TNI, Indonesia bisa memperoleh Hercules berkat lobi tingkat tinggi Bung Karno kepada Presiden Kennedy.

Saat itu Bung Karno memegang kartu truf dengan ditangkapnya anggota CIA, Allan Lawrence Pope, yang mendukung gerakan Permesta. Pesawat B-26 Invader yang diterbangkannya usai membom Ambon, berhasil dirontokkan oleh Kapten Pnb Ign Dewanto yang menerbangkan P-51 Mustang.

Hercules hanya satu dari sekian barter politik yang dilakukan Kennedy kepada Indonesia, untuk membawa pulang Pope.

Dengan cerdas, Bung Karno menyatakan bahwa pemulangan Pope tidaklah gratis. Kennedy mesti membarternya dengan Hercules dan pembangunan jalan bypass dari Cawang ke Tanjung Priok.

Sumber lain juga menyebutkan bahwa helikopter kepresidenan Bell-47 J2A Roger termasuk dari “hadiah” Kennedy untuk Bung Karno. Brimob yang mendapatkan pelatihan di basis militer AS di Filipina serta senapan AR-15, disebut-sebut masih bagian dari barter ini.

Reunian juga diberikan kepada pesawat Hawker Hunter dengan MiG-21 Fishbed TNI AU. Keduanya juga dipajang berhadap-hadapan, karena dulu sama-sama disiapkan untuk saling menjatuhkan di Irian Barat.

“Ini dulu calon musuh kita namun tidak pernah bertemu di udara, makanya saya pertemukan di daratan dan berhadap-hadapan dengan MiG-21,” ungap Hadi.

Hanya satu yang diinginkan Hadi, yaitu agar generasi penerus bangsa tahu sejarah. Untuk bisa mengetahui sejarah bangsanya dengan baik, generasi muda harus diberikan informasi yang memadai.

Hadi juga mengharapkan kedepannya, Museum bisa menyajikan informasi secara digital sehingga informasi yang tersedia memang sesuai dengan keinginan zaman now.

Tak kalah menariknya adalah Museum Engine R. Ahmad Imanullah. Di dalam museum ini terdapat 35 mesin pesawat yang pernah dan masih digunakan pesawat TNI AU. Inilah museum mesin pesawat terbesar di Indonesia, mungkin Asia Tenggara.

Nama R. Ahmad Imanullah diambil dari Mayor Pnb R. Ahmad Imanullah yang gugur pada 20 Februari 1998 saat menerbangkan pesawat. Almarhum merupakan alumni Akademi TNI AU 1986.

Menurut mylesat.com, Museum Engine R. Ahmad Imanullah sangat ideal dijadikan destinasi wisata edukasi bagi pelajar atau mahasiswa yang ingin mendalami mesin pesawat.

“Museum ini adalah visualisasi untuk edukasi, aspirasi dan inspirasi bagi generasi penerus. Supaya mereka menghargai sejarah, dan supaya mereka tahu maka kita harus menghadirkan sejarah itu. Makanya saat menjadi KSAU, yang pertama kali saya sentuh adalah sejarah. Sejarah tidak bisa kita hapus sebaliknya harus kita abadikan,” beber Panglima TNI.

Kepada seluruh prajurit TNI AU yang sudah bekerja keras selama hampir setengah tahun lebih untuk melengkapi koleksi Muspusdirla, Marsekal Hadi memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya.

Dengan koleksi yang sedemikian lengkap dan istimewa, tentu menjadi tanggung jawab pengelola museum untuk bisa menjaga dan memelihara.

“Saya harapkan bisa menjaga museum ini, saya titip,” ujar Hadi.

 

Teks: beny adrian

Share.

About Author

Being a journalist since 1996 specifically in the field of aviation and military

Leave A Reply