MYLESAT.COM – Dalam beberapa hari ini hingga Jumat, 16 Juli 2021, Lanud Rumpin di Kabupaten Bogor, Jawa Barat diserbu masyarakat yang berada di sekitar pangkalan TNI AU itu. Tentu bukan bermaksud demo, melainkan mengikuti gerakan serbuan vaksin Covid-19 yang digelar Satuan Bravo 90 Paskhas untuk masyarakat Rumpin sekitarnya.
Baca Juga:
- Rudal Maut AS-1 Kennel yang Jadi Saksi Bisu Kedigjayaan AURI Terlihat di Komplek LAPAN
- Monumen AS-1 Kennel di Lanud Sultan Hasanuddin, Simbol Kekuataan TNI AU Pada Tahun 1960-an
Program serbuan vaksin Covid-19 ini sendiri sudah ditinjau KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo pada hari pertama pelaksanaan, 12 Juli 2021.
Serbuan vaksin Sinovac yang dilaksanakan Sat Bravo 90 ini menargetkan 10.000 suntikan, sebagai bagian dari target 1 juta dosis per hari.
Seperti apa sih Lanud Rumpin ini, yuk kita telusuri sekilas profilnya.

Sebagai lapangan terbang, Lanud Rumpin dilengkapi sebuah tower untuk mengatur lalu lintas penerbangan. Foto: beny adrian/ mylesat.com
Lanud Rumpin berada di Desa Sukamulya, Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor. Kecamatan Rumpin sendiri membawahi 14 desa yang terdiri dari Desa Cibodas, Cipinang, Gobang, Kampung Sawah, Kertajaya, Leuwibatu, Mekar Jaya, Mekar Sari, Rabak, Rumpin, Sukamulya, Sukasari, Taman Sari, dan Cidokom.
Pada 2014, sempat beredar aspirasi bahwa tiga kecamatan di Kabupaten Bogor menginginkan memisahkan diri dan bergabung dengan Kabupaten Tangerang. Ketiganya adalah Kecamatan Rumpin, Kecamatan Parungpanjang, dan Kecamatan Tenjo.
Baik dihitung dari Jakarta atau Bogor, jarak Rumpin dari kedua kota ini relatif sama. Sekitar 30-an kilometer. Jika dilihat di peta, posisi Lanud Rumpin berada pada posisi barat daya dari Jakarta.
KSAU Marsekal TNI Imam Sufaat meresmikan Lapangan Terbang Rumpin sebagai Detasemen Angkatan Udara di bawah Komando Lanud Atang Sanjaya di Semplak, Bogor. Peresmian berlangsung pada Jumat, 14 Desember 2012.
Saat itu KSAU menjelaskan bahwa lapangan terbang Rumpin selain berfungsi sebagai air strip, juga menjadi alternate air base dan landasan udara cadangan (alternate field) bagi pesawat latih dan pesawat militer atau sipil yang membutuhkan landasan darurat.
Lapangan Terbang Rumpin memiliki nilai strategis sebagai lokasi gelar sistem pertahanan udara melalui Konsep Pertahanan Negara (KPN) yang ditujukan untuk kekuatan pertahanan ibu kota.
“Lanud Rumpin akan dikembangkan sebagai tempat latihan terkait tugas operasional TNI AU. Antara lain latihan awak pesawat, terjun payung, dan manuver darat Paskhas khususnya Detasemen Bravo serta tempat pembinaan potensi olahraga dirgantara,” ungkap Marsekal Imam Sufaat saat itu.
Disebutkan juga bahwa lapangan terbang Rumpin merupakan air strip peninggalan Jepang setelah Perang Dunia II.
Pembangunan lapangan terbang Rumpin kemungkinan dilakukan Jepang antara 1943-44. Dikutip media.neliti.com dari jurnal dengan judul “Panasnya Matahari Terbit: Derita Takyat Sukabumi Pada Masa Pendudukan Jepang 1942-1945”, disinggung bahwa pembangun lapangan terbang Rumpin tak lepas dari proyek Jepang untuk membangun Banten yang disebutkan paling tertinggal saat itu pembangunannya.

KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo menerima jajar kehormatan dari anggota Sat Bravo 90 Paskhas saat tiba di Lanud Rumpin. Foto: beny adrian/ mylesat.com
Salah satu daerah yang menjadi tujuan pengiriman romusha oleh Jepang adalah Banten dan Sukabumi.
Banten saat itu merupakan salah satu daerah yang terbelakang di Jawa, dan di sana Jepang menemukan kemungkinan besar bagi pengembangan ekonominya. Perhatian Jepang diberikan pada pembangunan wilayah selatan karesidenan ini. Beberapa proyek berskala besar dibangun, dan proyek tersebut membutuhkan banyak tenaga kerja.
Salah satu proyek pembangunan jalur kereta api antara Saketi dan Bayah sepanjang 150 kilometer, menghubungkan jalur kereta api yang sudah ada antara Labuhan dan Jakarta dengan wilayah pantai selatan keresidenan tersebut dimana terdapat deposit tambang.
Di samping membangun jalur kereta api Saketi dan Bayah, juga terdapat proyek pembangunan jalan raya selatan Banten antara Malimping dan Bayah serta pembangunan lapangan udara di Rumpin dimana tenaga kerjanya banyak berasal dari Sukabumi.
Menurut catatan Tan Malaka yang saat itu bekerja sebagai salah satu pengawas romusha, proyek di Banten diselesaikan sampai April 1944. Bisa jadi dalam rentang waktu itu pula, lapangan terbang Rumpin sudah selesai dibangun Jepang.
Belum ditemukan catatan penggunaan lapangan terbang Rumpin oleh Jepang selama masa pendudukan hingga 1945.
Dalam perkembangannya sejak Kemerdekaan Indonesia, lapangan terbang Rumpin mengalami beberapa kali perubahan fungsi dan penggunaan.
Baru pada 19 September 2002, TNI AU mengembalikan statusnya sebagai Pos TNI Angkatan Udara untuk mengamankan aset negara serta menegakkan daerah keselamatan penerbangan.
Sejak 11 September 2006, TNI AU memperpanjang run way aspal dari semula 1.000 meter menjadi 1.238 meter. Layaknya lapangan terbang, di Rumpin juga didirikan tower pengendali lalu lintas udara serta briefing office.
Saat ini Lanud Rumpin bisa melayani pesawat sekelas Casa NC-212. Secara bertahap akan diperpanjang dan diperlebar sehingga bisa digunakan pesawat sekelas CN-295 hingga C-130 Hercules.
Selain fasilitas penerbangan, TNI AU juga membangun fasilitas yang sudah lengkap bagi pasukan operasi khusus Satuan Bravo 90 Korpaskhas. Seluruh personelnya sudah diboyong dari Lanud Sulaeman Bandung ke Rumpin pada 2009.
Penempatan Sat Bravo di Rumpin tentu memiliki nilai strategis bagi TNI dan negara. Karena selain untuk mengamankan aset negara di Rumpin berupa lahan, bersebelahan dengan Bravo juga sudah lebih dulu berdiri Pusat Pengembangan dan Pengkajian Iptek (Puspiptek) BPPT dan fasilitas LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional).
LAPAN memanfaatkan fasilitas penelitian di Rumpin untuk pengembangan roket dan pesawat terbang. Sehingga pantas LAPAN menjadi aset nasional yang perlu diamankan.
Pada 17 Desember 2019, Lanud Atang Sendjaja kembali menegaskan aset lahan negara yang digunakan TNI AU di Rumpin dengan memasang patok aset tanah milik TNI AU di Desa Sukamulya, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor.
Tanah negara di kawasan ini seluas 450 Ha yang terletak di Desa Sukamulya, Kecamatan Rumpin. Pemasangan patok ini guna meminimalisir penyerobotan lahan yang banyak terjadi di sejumlah pangkalan dan daerah latihan TNI.

Selain untuk kepentingan militer dan LAPAN, Lanud Rumpin sangat layak diberdayakan FASI untuk general aviation bahkan menggelar airshow seperti Oshkosh yang terkenal di Amerika Serikat. Foto: beny adrian/ mylesat.com
Dengan posisinya yang tidak jauh dari Jakarta, mudah untuk mencapai Rumpin. Sekitar satu jam perjalanan darat melewat Tol Serpong, atau cukup 10 – 15 menit menggunakan pesawat ringan dari Halim Perdanakusuma. Akan semakin dekat jika lepas landas dari Bandara Pondok Cabe atau Lanud Atang Sendjaja.
Karena itu sangatlah ideal jika kelak TNI AU dalam hal ini FASI, memanfaatkan keberadaan Lanud Rumpin untuk menggalakkan olah raga kedirgantaraan atau mendukung tumbuhnya general aviation di tanah air.
General aviation adalah industri yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Bisnis ini tumbuh subur di Amerika Serikat dan Australia serta beberapa negara Eropa dan Kanada.
Selain membuat masyarakat semakin akrab dengan dunia penerbangan, secara ekonomi akan menumbuhkan lapangan pekerjaan baru.
Potensi tidur di Lanud Rumpin yang layak mendapat perhatian.