Kilasan Sejarah Kedatangan A-4 Skyhawk di Skadron Udara 12 Pekanbaru: Berawal dari Cross Country

0

MYLESAT.COM – Jika dihitung dari hari terakhir penerbangannya di langit Indonesia, 17 tahun sudah pesawat tempur A-4 Skyhawk TNI AU ditarik dari garis depan. Tepatnya 5 Agustus 2004, menjadi hari terakhir penerbangan Skyhawk. Tiga A-4 Skyhawk dengan nomor seri TT-0431, TT-0440, dan TL-0416 diterbangkan dari Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar ke Lanud Iswahjudi di Madiun dan Lanud Adisutjipto di Yogyakarta.

Kehadiran A-4 Skyhawk boleh hilang dari indra kita. Namun kenangan akan pesawat ini sungguh abadi di batin keseluruhan personel yang pernah mengoperasikannya. Baik di Skadron Udara 11 di Makassar maupun Skadrpn Udara 12 di Pekanbaru.

Marsda (Pur) Dento Priyono yang alumni AAU 1986, melukiskan suka dukanya sebagai perwira teknik Skadron 12 di buku “Perwira Teknik dengan Sejuta Inovasi, 2 Bintang di Pundak Anak Pedagang Kerupuk Boyolali” (Gramedia, 2020).

Buku yang dijadikan referensi, “Marsda TNI Dento Priyono, Perwira Teknik dengan Sejuta Inovasi, 2 Bintang di Pundak Anak Pedagang Kerupuk Boyolali”. Foto: dok. mylesat.com

Banyak cerita menarik berceceran kalau sudah ngomongin Skyhawk TNI AU. KSAU Marsekal TNI Fadjar “Bobcat” Prasetyo selalu tersenyum penuh makna setiap kali melihat Skyhawk yang dipajang sebagai monumen.

“Banyak kenangan dengan pesawat ini, pesawatnya bandel tapi juga trouble terus ha ha ha,” aku Fadjar.

Di biografi Marsda (Pur) Dento Priyono, kita bisa menemukan awal mula kedatangan Skyhawk di Pekanbaru. “Itulah pertama kali skadron tempur ditempatkan di luar Jawa,” ujar Marsda (Pur) Robert Soter Marut, perwira teknik alumni AAU 1982 yang menjadi Komandan Koharmatau (2015-2016).

Penempatan A-4 Skyhawk di Pulau Sumatera berawal dari ide Panglima ABRI, yang menginginkan skadron tempur di luar Pulau Jawa. Pekanbaru dipilih bukan faktor kebetulan. TNI AU yang membeli 34 pesawat A-4 Skyhawk dari Israel, butuh dua skadron untuk mengoperasikannya.

“Waktu di Madiun saya sudah lihat ada dua jenis cat pesawat, loreng biru laut dan hijau loreng. Sekaligus datang namun warna beda, saya pikir pasti ada maksudnya. Kan satu skadron cuma 16 pesawat,” ulas Robert.

Kenang Robert, saat baru diaktifkan di Madiun, Skadron 12 seperti “orang numpang”. Kok bisa? Skadron hanya punya kantor kecil di ujung landasan untuk sekadar tempat singgah.

KSAU Marsekal TNI Fadjar “Bobcat” Prasetyo dengan latar belakang pesawat TA-4H Skyhawk TL-0416 di depan Gedung Handrawina di AAU. Foto: beny adrian/ mylesat.com

Tak lama setelah pengaktifan kembali Skadron 12, mulai disusun rencana pembangunan dan peninjauan lokasi. Persiapan boyong skadron ke Sumatera dilakukan dalam beberapa tahap.

Pertama sekali, dilaksanakan cross country empat pesawat A-4 Skyhawk dari Madiun ke Pekanbaru pada Februari 1983. Pesawat diterbangkan Mayor Pnb Hanafie Asnan, Kapten Pnb Cokro, Kapten Pnb Suprianto W Saputro, dan Kapten Pnb Ganjar Wiranegara. Turut serta Letda Tek Robert sebagai perwira teknik.

Selama dua minggu di Pekanbaru, tim kecil ini melaksanakan survei lokasi dan orientasi wilayah.

Sejumlah informasi mereka peroleh. Saat itu hanya ada empat shelter, sebuah kantor kecil, baseops masih bangunan lama serta tidak ada hangar dan kantor lanud.

Pembangunan berlangsung besar-besaran terutama perumahan dinas. Dalam ingatan Robert, pemindahan pertama berlangsung pada 7 September 1983 dengan terlebih dahulu mengangkut anggota yang terdiri dari 27 kepala keluarga menggunakan empat pesawat C-130 Hercules. Robert ikut memimpin gelombang pertama ini.

Pergeseran personel yang dimulai 7 September itu menandai mulai berpindahnya Skadron Udara 12 yang saat itu dipimpin Letkol Pnb Irawan Saleh. Ia dibantu Kadisops Mayor Pnb Hanafie Asnan yang baru saja menyelesaikan pendidikan instruktur penerbang A-4 di New Zealand.

Sebagian besar calon personel Skadron 12 berasal dari Skadron 11, dan untuk melengkapi diambilkan dari Skatek 042 dan dari Mawing 300.

Marsda (Pur) Dento Priyono di depan TT-0438 yang dijadikan monumen di Museum Satria Mandala, Jakarta. Foto: dok. mylesat.com

Hanya saja kedatangan kloter pertama anggota Skadron 12 tidak segera disusul pengiriman pesawat. Untunglah Komandan Lanud Pekanbaru Letkol Pnb Pandu Mardanus banyak membantu anggota Skadron yang seperti anak ayam kehilangan induk.

Hampir dua tahun Skyhawk tak kunjung dikirim ke Pekanbaru. Bisa dibayangkan, skadron udara tanpa pesawat.

Bagi anggota teknik, kondisi ini tentu tidak kondusif karena sangat mempengaruhi kompetensi mereka sebagai perawat pesawat. Situasi ini mengganggu pikiran Robert sebagai perwira teknik tertua.

Robert menemukan caranya. Ia mengajukan permintaan kepada komandan Skadron untuk kembali melakukan cross country ke Medan dan pulangnya singgah di Pekanbaru. Tidak lupa ia menyertakan permintaan tambahan dengan alasan yang sulit ditolak: satu pesawat tinggalkan di Pekanbaru untuk dijadikan alat praktik kerja anggota teknik!

Benar saja, sejak kedatangan satu Skyhawk ini, gairah kembali timbul di Skadron. Setiap hari yang mereka lakukan adalah membongkar pesawat, apa saja, sesuai keahlian masing-masing.

Ada yang urusan avionik, hidrolik, elektronik, kelistrikan, persenjataan, dan mesin. Semua tekun mengasah kemampuannya.

Pesawat A-4E Skyhawk menjadi tulang punggung TNI AU sejak kedatangannya dari Israel. Foto: Dispenau

“Setiap hari kerja kami hanya bongkar pasang pesawat sampai run up, besok ulangi lagi, begitu terus hampir dua tahun,” kata Robert yang masih harus bolak-balik Pekanbaru-Madiun. “Tail number kalau tidak salah TT-0446.”

Kesemua 16 pesawat A-4E Skyhawk yang ditempatkan di Skadron 12, diberikan nomor ekor TT-0431 sampai TT-0446.

Share.

About Author

Being a journalist since 1996 specifically in the field of aviation and military

Leave A Reply