Angkasa Yudha 2021, Lebih Realistis dan Uji Konsep Baru yang disebut Proses Pelaksanaan Operasi (P2O)

0

MYLESAT.COM – Total 1.579 prajurit dan 52 pesawat dari berbagai jenis, dilibatkan dalam Latihan Puncak TNI AU Angkasa Yudha 2021 di Air Weapon Range (AWR) Pandan Wangi, Lumajang, Jawa Timur. Angkasa Yudha yang digelar di tengah situasi yang belum sepenuhnya normal ini, mencoba menyempurnakan format latihan yang sudah digelar dalam latihan-latihan sebelumnya.

“Mengacu kepada latihan sebelumnya, menuntut kita untuk dapat melaksanakan Angkasa Yudha yang lebih mendekati kondisi riil, serta lebih fokus pada esensi utama latihan yaitu mengevaluasi kemampuan satuan,” ungkap KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo.

Menurut KSAU, latihan kali ini digunakan untuk menguji konsep baru yang disebut Proses Pelaksanaan Operasi (P2O). Foto: beny adrian/ mylesat.com

Model pendekatan ini dipaparkan Marsekal Fadjar saat menutup Latihan Angkasa Yudha 2021 di Gedung Binayudha, Lanud Abdulrahman Saleh, Malang, Rabu (24/11/2021). KSAU menutup latihan setelah menyaksikan secara langsung manuver lapangan puluhan pesawat dan berbagai jenis dan prajurit Korpaskhas TNI AU di AWR Pandan Wangi.

Kalau mengikuti petunjuk mata angin, AWR Pandan Wangi berada di arah tenggara Lanud Abdulrahman Saleh. Dibutuhkan waktu penerbangan sekitar 25 menit menggunakan helikopter dari Lanud Abdulrahman Saleh ke AWR Pandan Wangi.

Penerbangan ke AWR Pandan Wangi ditemani pemandangan alam yang begitu indah. Gunung Semeru berdiri kokoh memaku Bumi dengan puncaknya yang gersang.

Helikopter EC-120B Colibri yang membawa mylesat.com ke daerah latihan, terbang di atas celah-celah tebing purba yang di sana-sini terlihat air terjun begitu indah. Layak disebut negeri seribu air terjun.

Medan latihan penembakan TNI AU ini merupakan hamparan pasir yang berada di Pantai Parupa, persis di bibir pantai selatan.

Bom dumi 

Latihan puncak Angkasa Yudha 2021 diawali dengan serangan udara dari empat pesawat T-50i Golden Eagle. Belasan bom dumi Mk-82 dimuntahkan dari pesawat Skadron Udara 15 ini.

Pesawat EMB-314 Super Tucano melaksanakan bombing di AWR Pandan Wangi dalam latihan Angkasa Yudha 2021. Foto: Dispenau

Setelah itu disusul carpet bombing secara bergantian oleh pesawat Hawk-109/209, F-16 Fighting Falcon, EMB-314 Super Tucano, dan rocketing dari sepasang Su-27/30 Flanker. Semua bom jatuh di target yang telah ditentukan yang ditandai dengan bendera.

Khusus F-16, dalam bombing exercise kali ini memperlihatkan kemampuan high profile attack. Serangan dilakukan dari ketinggian di atas pesawat yang lainnya. Dengan manuver dari ketinggian seperti ini, pesawat mendapatkan momentum tukikan yang sangat cepat dan mematikan. Biasa disebut dive bombing.

Dive bombing dilakukan oleh pesawat tempur dengan cara menukik tajam langsung ke sasarannya untuk memberikan akurasi yang lebih besar terhadap bom yang dijatuhkan. Diving ke arah target akan menyederhanakan lintasan bom dan memungkinkan penerbang untuk menjaga kontak visual selama pemboman.

“Serangan model ini justru lebih mematikan dengan sudut serang yang tajam,” kata Asops KSAU Marsda TNI Khairil Lubis.

Tentu teknik pemboman seperti ini harus diperhitungkan secara matang. Mengingat saat ini teknologi persenjataan pertahanan udara sudah sangat maju. Kanon-kanon kaliber 20 – 35mm dengan velocity yang sangat tinggi diproduksi, menjadi ancaman nyata bagi pesawat tempur.

Satu poin menarik di sini adalah pengunaan bom dumi. Tidak seperti biasanya, Angkasa Yudha hampir selalu menggunakan amunisi tajam dalam pelaksanaannya. Sehingga jalannya latihan dipenuhi gelegar ledakan bom yang jatuh di target.

C-130 Hercules melakukan penerjunan CDS dan helly box dalam latihan Angkasa Yudha 2021. Foto: beny adrian/ mylesat.com

Tidak kali ini. Kecuali rocketing, semua bom yang dijatuhkan pesawat tempur adalah dumi. Bom dumi hanyalah selongsong semata tanpa bahan peledak. Sehingga ketika jatuh di target tidak akan menimbulkan ledakan. Hanya pasir yang beterbangan terkena efek hantaman.

Soal penggunaan bom dumi ini, digarisbawahi KSAU dengan mengatakan bahwa latihan kali ini memang tidak hanya untuk mendapatkan kondisi yang semakin realistis, namun juga semakin efektif dalam meningkatkan pemahaman dan kemampuan pelaku, sekaligus semakin efisien dalam aspek waktu dan anggaran.

“Dengan dialihkannya Fire Power Demo menjadi weapon delivery menggunakan amunisi dumi, menjadikan akurasi penembakan dan pemboman dapat diukur secara presisi,” ungkap KSAU.

Jika menggunakan live ammo, ledakan yang terjadi akan menghancurkan target beserta areal di sekitarnya. Alhasil tim penilai latihan tidak bisa melihat dengan cermat, dimana sesungguhnya impak bom terjadi.

Masih menurut KSAU, melalui latihan kali ini pihaknya dapat menjawab missing link antara strata taktis dan strata operasi, khususnya pada proses tingkat operasional teknis.

KSAU Marsekal Fadjar Prasetyo saat menyaksikan latihan bersama Direktur Latihan Marsdya Tatang Harlyansyah dan Asops KSAU Marsda Khairil Lubis. Turut hadir Bupati Lumajang H. Thoriqul Haq. Foto: beny adrian/ mylesat.com

Dengan demikian maka Mabesau memperkenalkan konsep terbaru yang disebut Proses Pelaksanaan Operasi (P2O). “Konsep ini menjadi jawaban atas evaluasi dari latihan tahun 2019,” kata KSAU.

Dengan P2O serta modifikasi materi lainnya, menjadikan penilaian latihan semakin akurat sehingga dapat mengetahui lebih dalam, apa yang masih menjadi kekurangan satuan serta langkah perbaikan apa yang harus dilakukan.

Secara umum, KSAU mengapresiasi atas profesionalisme yang telah ditunjukkan prajurit TNI AU dalam latihan Angkasa Yudha 2021.

Selain bombing dan rocketing, dalam Angkasa Yudha 2021 ini juga diperlihatkan kemampuan TNI AU dalam melaksanakan operasi penerjunan disusul serbuan kedudukan musuh menggunakan berbagai aset tempur yang dimiliki Korpaskhas.

Sehari sebelumnya, tim khusus dari Satuan Bravo 90 Korpaskhas juga sudah menunjukkan aksinya dengan melakukan operasi intelijen dan pembebasan tawanan.

Anggota Paskhas menerbangkan pesawat tanpa awak yang digunakan sebagai target drone. Foto: beny adrian/ mylesat.com

Dalam latihan ini diskenariokan sejumlah WNI (Warga Negara Indonesia) telah ditangkap dan ditawan musuh di penjara. Karena itu tim Satbravo 90 diterjunkan pada malam hari menggunakan teknik HAHO dari ketinggian 22.000 kaki.

Simulasi pembebasan sandera disaksikan KSAU secara virtual dari Gedung Binayudha. Sesuai harapan KSAU untuk mendapatkan tingkat kerealistisan latihan, serbuan Satbravo dilaksanakan di Lapas Kelas 1 Lowokwaru, Malang.

Dalam manuver lapangan di AWR Pandan Wangi, penerjunan prajurit Paskhas dilaksanakan menggunakan dua C-130 Hercules di Pantai Parupa, Lumajang. Dari titik kumpul ini, mereka kemudian mengatur serangan. Baik berupa serbuan langsung, tembakan mortir, sniper, dan menggunakan kendaraan taktis.

Dari kendaraan taktis, prajurti Paskhas mendemonstrasikan tembakan bantuan menggunakan senapan mesin berat Browning M2HB kaliber 12,7mm dan M-134 Gatling Gun.

Pesawat NC-212i-400 Skadron Udara 4 sesaat sebelum menjatuhkan helly box. Foto: beny adrian/ mylesat.com

Semua jalannya latihan ini ditayangkan secara real time di layar berukuran besar yang direlay dari pesawat Boeing B737-200 Surveillance Skadron Udara 5. Pesawat pengintai ini terbang di ketinggian 15.000 kaki. Blocking altitude sambil menghindari awan CB yang dalam beberapa hari ini mendominasi langit Malang dan sekitarnya.

Materi lain yang dilatihkan adalah kemampuan resuplly (bekal ulang) dari pesawat Hercules dan NC-212i-400. Penerjunan logistik dari Hercules dilakukan dengan teknik CDS (Cargo Delivery System). Sementara dari NC-212i-400 yang baru saja diterima Skadron Udara 4, menggunakan metode helly box.

Sehari sebelumnya, kemampuan CDS ini sudah dilaksanakan dengan penerjunan malam hari di runway Lanud Abdulrahman Saleh. Semua personel yang terlibat dalam latihan menggunakan NVG (Night Vision Google). NVG digunakan oleh tim Sarpur Paskhas yang mengamankan bekal ulang serta kru di pesawat Hercules.

Foto diambil dalam kondisi gelap gulita, saat Hercules mengevakuasi korban. Latihan untuk menguji kemampuan personel TNI AU beroperasi dalam kondisi minim pencahayaan sehingga harus menggunakan NVG. Foto: beny adrian/ mylesat.com

Setelah menerjunkan CDS, disimulasikan pesawat Hercules harus mendarat secara air landed untuk mengevakuasi korban dengan kondisi runway no light.

Skadron helikopter TNI AU juga menunjukkan kemampuan dalam mengevakuasi korban di medan pertempuran (CSAR). Di antaranya menggunakan teknik fast rope.

Dengan skenario mendekati situasi sesungguhnya yang digelar selama Latihan Angkasa Yudha 2021, menuntut profesionalisme prajurit TNI AU. Karena itu KSAU sebagai Pimpinan Umum Latihan, tidak menyembunyikan kekagumannya.

“Saya sangat mengapresiasi kemampuan para pelaku latihan yang saya saksikan sendiri, hasilnya luar biasa,” ucap KSAU spontan.

Evaluasi doktrin

Menurut KSAU, latihan puncak TNI AU Angkasa Yudha menjadi tolak ukur dari sejauh mana tingkat profesionalisme prajurit TNI AU itu sendiri.

Helikopter NAS-332 Super Puma dan AS365 Dauphin melaksanakan misi CSAR. Terlihat radar dari sistem senjata kanon supercepat Oerlikon Skyshield. Foto: beny adrian/ mylesat.com

Dalam sambutanya saat penutupan, KSAU menjelaskan bahwa Latihan Angkasa Yudha 2021 dilaksanakan dengan format sedikit berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Berbagai penyesuaian harus dilakukan karena dua hal, yaitu pertimbangan situasi pandemi dan mengacu hasil evaluasi latihan sebelumnya, yang menuntut TNI AU untuk dapat melaksanakan latihan Angkasa Yudha yang lebih mendekati kondisi riil, serta lebih fokus pada esensi utama latihan yaitu mengevaluasi kemampuan satuan.

Berangkat dari hal tersebut, latihan tahun ini diselenggarakan sebagai latihan perdana dalam situasi pandemi, dengan tetap memenuhi aspek realisme latihan sekaligus menjaga protokol kesehatan melalui pemanfaatan teknologi informasi secara komprehensif.

Panggung yang disimulasikan sebagai pos sniper Paskhas. Foto: beny adrian/ mylesat.com

Bersamaan dengan itu, skenario latihan juga disesuaikan dengan mengacu perkembangan lingkungan strategis dan geopolitik terkini. Konflik pertikaian antar negara saat ini tidak langsung ditindaklanjuti dalam bentuk kampanye militer perang terbuka. Namun dibuat lebih realistis dengan menimbang kaidah dan norma internasional.

Menyikapi hal tersebut, TNI AU dituntut memiliki kesiapan operasi yang tinggi. Termasuk merevisi dan evaluasi doktrin guna kesiapan alutsista maupun kesiapan Sumber Daya Manusia yang mengawakinya.  “Latihan Angkasa Yudha merupakan sarana terbaik dalam mengevaluasi Doktrin,” ucap KSAU.

Latihan Angkasa Yudha 2021 bertujuan untuk memelihara, meningkatkan dan menguji profesionalisme Kotamaops TNI AU dan satuan-satuan jajarannya, dalam menyusun rencana dan melaksanakan operasi udara gabungan pada rencana Kampanye Militer.

Satu hal lain yang menarik dan menjadi penekanan KSAU adalah soal dokumentasi. Kepada jajaran pelaksanan dan peserta latihan, KSAU mengingatkan untuk segera mendokumentasikan evaluasi latihan secara komprehensif.

KSAU juga meminta jajarannya untuk mengamankan seluruh dokumen latihan, khususnya yang bersifat rahasia, sesuai prosedur tertib administrasi.

KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo menjawab pertanyaan media usai memberikan keterangan. Foto: beny adrian/ mylesat.com

“Saya menekankan agar hasil latihan tahun ini dapat dijadikan referensi dan pedoman pada latihan-latihan berikutnya. Sehingga akan terus ada perbaikan berkelanjutan dalam latihan puncak TNI AU di masa mendatang,” tutur KSAU.

Sesaat sebelum mengetuk palu sebagai tanda berakhirnya latihan, KSAU kembali mengingatkan kepada seluruh peserta latihan termasuk yang mengikuti secara virtual, akan pentingnya aspek keselamatan.

“Tidak ada misi yang bisa dinyatakan berhasil, sebelum seluruh prajurit dapat kembali ke homebase dengan selamat dan dapat bertemu dengan keluarganya,” pesan KSAU di akhir sambutannya.

Share.

About Author

Being a journalist since 1996 specifically in the field of aviation and military

Leave A Reply