Kisah Kopasgat Edan Sertu Michael Suman Juswaljati Menghukum Gubernur AAU Komodor Rusman

0

MYLESAT.COM –Singo edan artinya singa buas juga konsisten, kalau tidak daging tidak dimakan. Edan jelas tidak waras seperti kamu, Komando. Tidak waras karena Gubernur AAU juga dihukum,” kata KSAU Marsekal Rusmin Nurjadin dengan nada marah.

Peristiwa puluhan tahun silam itu menjadi kisah penuh kebanggaan dari ayahanda Prof. Josaphat Tetuko Sri Sumantyo. Semasa masih hidup, Lettu (Pur) Michael Suman Juswaljati sering menceritakan kepada anak-anaknya. Sang ayah menjadi menjadi teladan yang tiada tandingan bagi Josaphat dan saudaranya.

“Saya selalu ingat pesan ayah,” ungkap Prof. Josaphat Tetuko Sri Sumantyo. Pesan dimaksud berbunyi, “walau kita pandai setinggi apapun, kita harus tetap merendahkan diri dan membantu banyak orang tanpa diskriminasi, dan orang lain tidak perlu tahu agama kita dan asal keluarga besar kita”.

Ucapan itulah yang terus tepatri di sanubari Prof. Josaphat, yang tidak pernah habis rasa kagumnya kepada ayahnya almarhum Lettu (Pur) Michael Suman Juswaljati.

Prof Josaphat diapit orang tuanya Michael Suman dan Florentina Srindadi. Foto: dok. Prof. Josaphat

Sang ayah adalah purnawirawan prajurit Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) TNI AU yang dikenal gigih, keras, disiplin, taat aturan, dan tidak pilih kasih dalam menegakkan aturan. Karena itu pula Michael Suman terpilih sebagai Instruktur Para Komando terbaik di masanya.

Berikut sepenggal kisah unik dan mungkin tidak ada duanya dari Michael Suman Juswaljati. Beruntung mylesat.com mendapat izin dari Prof. Josaphat untuk mengangkat kisah ayahanda Michael yang oleh KSAU Marsekal Rusmin Nurjadin dijuluki Bimo Kunting alias Singo Edan.

Gubernur AAU dihukum 

Suatu hari sekitar September 1968, dilaksanakan pendidikan Introduction Latihan Komando (Inlatko) kepada taruna AAU Angkatan 69. Inlatko adalah latihan pengenalan Komando selama satu bulan yang dilaksanakan di Margahayu, Bandung. Pendidikan diakhiri dengan long march ke Pantai Pameungpeuk di Garut Selatan.

Latihan komando kali ini menarik dan berbeda. Pesertanya tidak hanya Karbol tapi juga Gubernur AAU Komodor Rusman dan Komandan Resimen Taruna Letkol (Pnb) Jahman. Keduanya adalah penerbang MiG-21 Fishbed.

Meski petinggi AAU, keduanya mengikuti semua materi yang diberikan pelatih. Tidur di tenda, jalan kaki, dan antri makan, semua dilakoni kedua pejabat ini bersama Karbol. Sungguh contoh yang baik bagi pejabat TNI.

Saat di pantai Pameungpeuk diadakan latihan sea survival di kawasan Pulau Sentolo. Mungkin karena jabatannya Gubernur AAU, sebuah helikopter datang membawa makanan untuk Komodor Rusman.

Saat itu Sertu Michael Suman Juswaljati bertindak selaku pengawas latihan dengan sandi Ciptoning.

Bagi Michael ini adalah sebuah pelanggaran di tengah pendidikan komando. Ia tidak melihat lagi latar belakang siswanya, selain hanya sekumpulan orang yang siap dimaki dan dikasari. Karena pelanggaran ini, Michael memberikan hukuman kepada Komodor Rusman dan Karbol atas nama Kusbeni yang merupakan alumni AAU 69.

Keduanya disuruh mengambil bahan makanan yang didrop heli secara merayap di bawah tembakan doper yang dilakukannya sendiri. Sungguh luar biasa.

Usai menjalani hukuman ini, Komodor Rusman langsung berdiri dan memeluk Michael.

“Saya salut kepadamu Komando, pupuk dan teruskan yang tumbuh dalam hatimu yang utuh, viva Komando. Aku bangga dengan tangan dan pistolmu Shadow Life (nama pistol Michael). Sampai jumpa pada penutupan dan tunggu di sini, Komando,” ujar Rusman berlalu.

Usai penutupan latihan, biasanya pelatih dan siswa bubar dan pasti dimasukkan ke laut. Namun tidak siang itu.

Michael mendapat perintah tetap di tempat. Sampai KSAU Marsekal Rusmin Nurjadin dan Komodor Leo Wattimena menghampirinya. Marsekal Rusmin tak lain dari kakak kandung Komodor Rusman.

“Komando, namamu siapa,” tanya Marsekal Rusmin.

Michael Suman mendapat ucapan selamat dari KSAU Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi setelah mendarat. Foto: dok. Prof. Josaphat

“Siap, Michael Suman Juswaljati,” jawabnya tegas dengan sikap sempurna.

“Terlalu baik namamu, perasaan apa dalam hatimu sampai Komando memberikan ekstra pelajaran melebihi Karbol kepada Komodor Rusman. Andai salah aturan, Komando siap menerima sanksi,” tanya Rusmin.

“Apapun sanksi itu, saya prajurit dan prajurit itu ksatria, siap menerima dengan legawa dan syukur, Komando,” jawabnya lagi.

Marsekal Rusmin kembali meningkahi. “Andai Komando saya pecat.”

“Siap menerima, risiko instruktur, Komando,” balasnya.

Marsekal Rusmin mengayunkan tangannya menempeleng pipi kanan dan kiri Michael tiga kali, lalu memukul perutnya. Melihat kejadian yang cukup menegangkan itu, Komodor Rusman tiba-tiba memeluk Michael dengan mata berkaca-kaca sambil berkata, “Pasti orang tuamu pejuang.”

“Siap, betul, Komando!”

Marsekal Rusmin menepuk pundak kiri Michael sambil memberi perintah. “Coba lepas peluru pistolmu ke sasaran di belakangmu.”

Sambil balik kanan, Michael mencabut pistol dibarengi melepas picu pengaman dan langsung melepaskan tiga peluru tepat mengenai tiga balon sasaran.

Bagi Michael yang punya banyak prestasi menembak pistol dan laras panjang, bukanlah hal sulit melakukan tembak jitu. Prestasi-prestasi inilah yang membawanya menjadi pelatih terbaik di Pasukan Gerak Tjepat (PGT, kemudian Kopasgat) saat itu.

Marsekal Rusmin belum selesai. “Kamu Komando silahkan berdoa, kepadamu akan kuberi sanksi.”
“Siap, Komando.”

Kata Rusmin, mulai hari itu September 1968 pukul 11.15 waktu Pameungpeuk, Komando Michael Suman Juswaljati kuganti namanya dengan Bimo Kunting dan Singo Edan.

“Kamu Komando Bimo Kunting sangat konsisten dengan aturan, kok masih ada prajurit yang seperti kamu, turunkan kepada anak cucumu,” perintah Rusmin.

Singo edan artinya singa buas juga konsisten, kalau tidak daging tidak dimakan. Edan jelas tidak waras seperti kamu, Komando. Tidak waras karena Gubernur AAU juga dihukum,” kata Rusmin lagi.

“Kamu akan diberi sanksi, bilang apa,” bentak Rusmin.

“Siap, komando,” jawab Michael berkali-kali.

“Kamu benar-benar tidak waras, ancaman diberi sanksi KSAU, jawabmu Siap Komando, tak terpancar rasa sedih sedikitpun. Berarti kamu Komando kalau marah juga konsisten dengan kata hatimu. Aku tunggu di Mess Antariksa,” timpal KSAU.

Di mess instruktur komando yaitu Mess Antariksa, semua instruktur khawatir Michael akan diturunkan pangkatnya.

“Dalam hidup kami sekeluarga, ada beberapa kali kami khawatir bapak turun pangkat dengan berbagai macam peristiwa. Seperti kecelakaan siswa terjun, hilangnya siswa saat penyeberangan basah dan kering, hilangnya siswa saat pendaratan di pantai Laut Selatan, pemberondongan gedung atasan karena kemarahan bapak dan sebagainya,” kenang Josaphat.

Diakui Josaphat, banyak hal yang dipelajarinya dari sang ayah dalam memegang teguh kebenaran untuk kebaikan, walau berakibat hilangnya karier PNS-nya di Indonesia tahun 1999.

Michael Suman (pakai baret). Foto diambil saat Michael menjadi pelatih Pendidikan Dasar di Lanud Adisumarmo, Solo pada tahun 1974. Foto: dok. Prof. Josaphat

Di Mess Antariksa, Michael menghadap KSAU dan diterima Komodor Leo Wattimena yang sangat terkenal dengan bogem mentah dan pistolnya.

“Kamu Michael, ya? Kamu tahu aku siapa,” tanya Leo dengan wajah sangar.

“Siap, Komando, Komodor Leo Wattimena,” jawabnya lantang.

Good, good, champion (ucapan khas Leo). Leo itu adalah singa dan kamu orang, singo edan, well, well, dominus vobis cum (tuhan bersama kamu),” ujar Leo.

Leo Wattimena dikenal sebagai penerbang tempur legendaris namun bersifat temperamental. Baginya memukul orang perkara mudah. Karena itu Leo dikenal angker dan menakutkan.

“Ketemu satu marga, ya,” celetuk KSAU yang membuat semua pejabat AURI tertawa.

Leo kembali berkata dengan nada tinggi. “And kamu Komando boleh adu tembak dengan beta, itu sasarannya dua botol hullahop, ok. And beta tembak duluan,” tantang Leo.

Belum sempat Leo menembak, Michael dengan cepat mencabut pistol Colt Cobra dari holster setinggi lutut dan melepaskan tembakan tepat mengenai salah satu botol. Seluruh hadirin satu ruangan riuh bertepuk tangan.

“Kamu Komando betul-betul edan. Salut, seperti laporan. Siap-siap tambahkan botolnya.” Komodor Rusman menaruh amplop cap Swabhuana Paksa berisi uang di dalam botol dan mengatakan, “Bila ready, please.”

Kata Rusman, bila kena botol maka uang ikut hancur, untuk itu perlu teknik menembak agar uang tetap utuh.

Dalam sekejap empat butir timah panas melesat dari pistol Michael. Empat tutup botol hullahop terpisah dari badan botol dan Michael menghampiri botol untuk mengambil amplopnya.

Saat mengacungkan amplopnya, semua hadirin berteriak Komando… Komando…. Lalu mulai terdengar lagu Ambon Manise.

Lagu ini sering dinyanyikan bersama oleh pasukan untuk mengenang perang di Ambon. Sehingga di kalangan tentara dikenal ‘Tembak Ambon’ sebagai teknik tersendiri untuk bertempur di tanah Ambon.

Komodor Leo lalu menghampiri Michael sambil dijaga pengawalnya John Mewal. Leo terlihat melepas akar bahar hitam di tangannya, lalu ia pasangkan di tangan kanan Michael.

Prajurit Komando PGT sering menggunakan akar bahar yang diambil di laut dan dipasang sendiri sebagai tanda di tangan. Kebiasaan ini turun temurun hingga sekarang di lingkungan Kopasgat.

Sejak hari itu, akar bahar dari Komodor Leo terus melingkar di tangan kanan Michael.

“Pakai dan teruskan, jangan takut, percayalah generasimu pasti top of the top. Puji Tuhan aku dan kamu Komando edan, bisa ketemu lagi. Siapa yang duluan, tunggu di pintu rumah Bapa, ok,” pesan Komodor Leo di akhir perjumpaan.

Michael terpaku, hanya air mata tanda hati dan perasaan haru yang terungkap. Ia hanya menjawab ‘Siap’ dan berteriak Komando sambil melepaskan tembakan sampai menghabiskan seluruh peluru yang tersisa di pistolnya.

Sebagai pasukan komando, Michael Suman Juswaljati selalu menekankan kepada prajurit untuk memahami kata komando. Tugas pasukan Para Komando adalah berperang, dan pilihan dalam perang hanya hidup atau mati.

Michael Suman Juswaljati sebagai pelatih Komando Kopasgat. Foto: dok. Prof. Josaphat

Karena itu Michael mempunyai motto “Lusa Aku Mati”. Motto ini ia tuliskan di hampir seluruh peralatan tempurnya. Baik pistol, senapan, seragam dan sebagainya.

Arti dari motto ini bagi Michael adalah melaksanakan doktrin Komando dengan baik yang berarti berperilaku baik. Suatu ketika bila mati di medan tugas maka akan diperlakukan dengan baik oleh kesatuan dan tuhan.

Prajurit komando harus bisa berjiwa setan dan malaikat, harus bisa menjadi kere dan pimpinan juga. Karena memiliki brevet Para Komando tak semudah yang diceritakan orang.

Lettu Pas Michael Suman Juswaljati yang lahir pada 29 Januari 1945, mengawali karier sebagai prajurit Kopasgat karena prestasinya.

Menurut sang istri Florentina Srindadi seperti diceritakan Josaphat, ayahnya yang doyan lari ini memilih menjadi atlet marathon sejak masih siswa SGO (Sekolah Guru Olahraga) di Klaten.

Di antara prestasinya adalah mengikuti pesta olahraga Ganefo (Games of the New Emerging Forces) di Jakarta pada 10-22 November 1963.,Rupanya bakat alam Michael ini dilihat oleh KSAU Laksamana Madya Omar Dhani yang ikut menonton.

“Ayah ditarik oleh KSAU untuk ikut Sekolah Pelatih PGT berkat prestasi sebagai pelari marathon di Ganefo,” ungkap Josaphat.

Selepas pensiun dari TNI AU, Michael berkarier di politik dan terpilih menjadi anggota DPRD Wonogiri dari F-ABRI periode 1999-2002.

Lettu (Pur) Michael Suman Juswaljati menghembuskan nafas terakhir pada 13 Januari 2018. “Akar bahar sepertinya ikut dalam pemakaman ayah,” kata Josaphat.

Sebagai bentuk penghargaan atas jasa-jasa dan pengabdian alhamrhum di TNI AU, namanya diabadikan sebagai nama ruang instruktur di Skadron Pendidikan 404 Lanud Adi Soemarmo, Solo pada 2 Juli 2020. Peresmian dilakukan oleh Komandan Skadik 404 Letkol Nav Endra Prasetiawan.

Ruang instruktur Skadik 404 itu diberi nama Michael Juman Juswaljati “Bimo Kunting”.

Peresmian ruang instruktur Michael Suman Juswaljati “Bimo Kunting” di Skadik 404. Foto: Skadik 404

Prof. Josaphat Tetuko Sri Sumantyo saat ini menjadi profesor penuh di Center for Environmental Remote Sensing, Chiba University di Jepang. Ia dipercaya sebagai Kepala Jurusan Environmental Remote Sensing dan Kepala Divisi yang membawahi tiga Departemen di Graduate School of Science and Engineering, Chiba University.

“Pengalaman ini berdasarkan catatan dari ingatan bapak saat bersama saya selama ini sebagai anak dan bapak,” ungkap Prof. Josaphat Tetuko Sri Sumantyo.

Komando.

Share.

About Author

Being a journalist since 1996 specifically in the field of aviation and military

Leave A Reply