MYLESAT.COM – Panglima TNI Laksamana Yudo Margono beserta ibu didampingi KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo dan ibu, meresmikan monumen pesawat Hawk Mk-209 TT-0229 di Exit Tol Dumpil, Jalan Surabaya Madiun, Desa Bagi, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Madiun, Sabtu (11/11/2023).
Pesawat Hawk 209 TT-0229 berdiri gagah di simpang empat Dumpil atau Gerbang Tol Madiun. Peresmian ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Panglima TNI.
Sebelum meresmikan monumen pesawat Hawk Mk-209 TT-0229, disampaikan sejarah singkat pesawat yang datang ke Indonesia pada April 1999. Selanjutnya menjadi kekuatan Skadron Udara 1 Lanud Supadio, Pontianak.
Selama 24 tahun, TT-0229 melaksanakan pengabdiannya dalam melaksanakan tugas latihan dan operasi baik di dalam maupun di luar negeri. “Saat ini pesawat Hawk 200 tersebut sudah bertengger dengan gagah di perempatan Dumpil,” ungkap Komandan Lanud Iswahjudi, Marsma TNI Firman Dwi Cahyono.
Pesawat Hawk TT-0229 ini terakhir kali terbang pada Juni 2021.
Sebelum menjadi monumen di Madiun, pesawat ini tersimpan di Skadron 1 Pontianak. Kemudian dibawa ke Madiun menggunakan pesawat C-130 Hercules untuk dijadikan monumen.
Diharapkan monumen ini dapat menjadi kebanggaan warga Madiun dan warga TNI AU. Monumen ini membuktikan peran penting yang telah dimainkan alutsista TNI dalam sejarah bangsa. Pembangunan monumen ini menjadi bukti konkret TNI dalam menjaga kedirgantaraan Indonesia.
Panglima TNI mengatakan bahwa pembangunan monumen Hawk 209 TT-0229 ini merupakan bukti bahwa keamanan dan kedamaian yang dirasakan seluruh rakyat Indonesia, tidak terlepas dari peran prajurit TNI yang terus menerus menjaga wilayah NKRI di darat, laut, dan udara.
Panglima TNI menyebut monumen pesawat Hawk 200 TT-0029 ini akan menjadi kebanggaan masyarakat Madiun. “Tentunya menjadi satu kebanggaan bagi kita semuanya, khususnya masyarakat Kabupaten Madiun dengan ditambahnya monumen pesawat Hawk 200 TT-0029,” kata Panglima TNI.
Tidak jauh dari monumen Hawk, sudah berdiri monumen tank dan meriam.
“Pak Bupati ini supaya dirawat, dijaga sehingga bisa menjadi edukasi atau menjadi ikon Madiun, dan mungkin kalau anak-anak sekolah ingin melihat, diizinkan untuk bisa melihat, supaya anak-anak kita ke depan semakin memahami TNI, sehingga mereka juga punya wawasan ke depan untuk kemajuan bangsa dan negara ini,” tegas Yudo.
Panglima TNI mengatakan, alutsista TNI yang dijadikan monumen itu sudah berusia tua dan perlu dilakukan modernisasi. Pimpinan TNI kemudian memutuskan untuk disumbangkan menjadi monumen sebagai pengingat kepada kita semuanya, khususnya generasi penerus, bahwa alutsista inilah yang menjaga kedaulatan Indonesia selama ini.
“Kita semuanya jangan merasa bahwa negara ini langsung aman-aman saja, enggak otomatis, jadi keamanan, kedaulatan, keutuhan NKRI, dan keselamatan bangsa ini berkat adanya alutsista TNI tersebut,” kata Yudo saat memberikan sambutan.
Madiun adalah kampung halaman Panglma TNI Laksamana Yudo Margono, sehingga banyak sekali kenangannya yang tercecer di setiap sudut wilayah Madiun. Termasuk di wilayah Dumpil yang sekarang menjadi titik keluar dari akses jalan Tol Surabaya – Jakarta. “Dulu saya main sampai ke sini,” ungkapnya.
Kebetulan rumah orang tua Yudo tidak jauh dari Dumpil, yang juga termasuk wilayah yang sering dilintasi pesawat tempur TNI AU yang bermarkas di Lanud Iswahjudi.
“Setiap pesawat tempur lewat, kaca rumah saya bergetar, brrr……..,” kenang Laksamana Yudo tertawa. Yudo pun menceritakan sekilas masa lalunya.
Meski asli Madiun dan kemudian menjadi anggota TNI AL, Yudo mengaku tidak sekalipun pernah masuk ke dalam Lanud Iswahjudi. “Mungkin kalau saya tidak jadi Panglima, nggak akan pernah masuk,” aku Yudo disambut tawa hadirin.
Madiun dan Magetan memang sangat identik dengan TNI AU. Gemuruh pesawat tempur sudah dirasakan warga sekitar selama puluhan tahun, bahkan sejak zaman pendudukan Belanda. Karena itu, tidak berlebihan jika Panglima TNI mengusulkan Madiun menjadi kota kedirgantaraan di Indonesia, sebagaimana Surabaya dikenal sebagai kotanya Angkatan Laut.
“Sangat tepat jika Madiun disebut sebagai Kota Dirgantara, tolong dibuatkan formatnya,” ungkap Yudo mengusulkan sambil menunjuk ke arah Bupati Madiun yang hadir.