MYLESAT.COM – Ditemui di kantornya di gedung Garuda Indonesia (Persero) Tbk di kawasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (23/07/2024), Marsekal (Pur) Fadjar Prasetyo terlihat lebih santai sebagai seorang profesional. Fadjar menerima amanah sebagai Komisaris Utama (Komut) Garuda Indonesia sejak 22 Mei 2024.
Penetapan Fadjar Prasetyo sebagai Komut Garuda Indonesia dilakukan pada saat perombakan susunan komisaris dan direksi perusahaan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2023 pada Rabu, 22 Mei 2024.
Dalam RUPST itu seperti diungkap Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra saat konferensi pers, pengajuan nama Fadjar adalah atas usulan pemegang saham Seri A untuk susunan pengurus baru Garuda Indonesia. Fadjar menggantikan Timur Sukirno yang kini menjabat sebagai Komisaris Independen. Selain itu juga ditetapkan Chairal Tanjung sebagai Komisaris.
“Saya sedang bertransformasi dari dunia militer beralih ke dunia korporasi,” ungkap Marsekal (Pur) Fadjar Prasetyo membuka obrolan siang itu. Diakui Fadjar, jabatan Komisaris Utama Garuda Indonesia sangat menantangnya untuk lebih memahami sejatinya dunia korporasi.
“Di militer (TNI) kita kan bicara perintah yang harus dilaksanakan dengan loyalitas tinggi, sedangkan di dunia bisnis semua peluang dikejar dan inovasi dibutuhkan untuk memperluas market dan memperbesar entitas bisnis kita, dalam proses tersebut dibutuhkan perdebatan dan masukan,” ujar Fadjar menjelaskan.
Dipahami bahwa perusahaan merupakan entitas bisnis yang menjalankan usahanya dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Laba menjadi tolok ukur yang penting atas efektivitas dan efisiensi perusahaan.
Posisi Komut memberikan otoritas kepada Fadjar untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja Garuda Indonesia beserta semua unit usahanya. Sesuai aturan, Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus sesuai anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi.
Menurut Fadjar, persoalan umum yang tengah menggelayuti Garuda Indonesia saat ini dan sudah diketahui publik adalah masalah keuangan. Meski dalam pemberitaan diungkapkan bahwa sepanjang 2023 Garuda Indonesia secara konsolidasi mencetak pertumbuhan pendapatan 40% menjadi US$ 2,94 miliar dari tahun sebelumnya US$ 2,1 miliar, menurut Fadjar tetap masih membutuhkan treatment untuk meraih pertumbuhan yang lebih tinggi.
Namun demikian, diakui Fadjar bahwa laporan ini menjadi salah satu indikator bahwa langkah penyehatan kinerja usaha Garuda berjalan baik (on track).
Selain akan bekerja maksimal untuk secara bersama-sama meningkatkan pertumbuhan Garuda Indonesia beserta seluruh anak usahanya, juga tersimpan keinginan ambisius untuk menjadikan Garuda sebagai flag carrier terbaik di dunia.
“Dibutuhkan banyak inovasi untuk meningkatkan penetrasi pasar, evaluasi ke dalam dan juga peluang untuk menambah armada,” ungkap Fadjar. Poin terakhir menjadi salah satu fokus manajemen Garuda. Disebutkan Fadjar bahwa Garuda butuh tambahan pesawat baik dari kelas narrow body maupun wide body. “Ada beberapa penawaran baru, kita akan coba lihat dalam waktu dekat,” katanya tanpa menjelaskan lebih rinci.
Sebelumnya diungkap Direktur Niaga Garuda, Ade R. Susardi, ditargetkan hingga akhir tahun ini perusahaan dapat mengoperasikan sekitar 80 pesawat. Saat ini Garuda Indonesia mengoperasikan 60 hingga 67 pesawat.
“Saya masih baru sekali di sini (Garuda), jadi saya harus banyak belajar, melihat, dan mendengarkan,” kata Fadjar. Untuk membantunya dalam memahami manajemen dan bisnis khususnya di sektor penerbangan, Fadjar dibantu sejumlah pihak yang umumnya kaum profesional. Fadjar juga tidak segan-segan untuk bertanya dan belajar di setiap kesempatan. Bahkan kepada adiknya sendiri yang berprofesi di bidang perbankan.
“Saya akan mengambil beberapa peluang belajar (course) baik di dalam negeri maupun di luar negeri dengan niat untuk membantu Garuda. Nggak perlu malu lah, belajar kan biar semakin melek agar bisa memahami akar permasalahan,” tutur Fadjar Prasetyo.
Penunjukkan Marsekal (Pur) Fadjar Prasetyo sebagai Komisaris Utama Garuda Indonesia, juga menjadi catatan penting dalam hubungan TNI AU dengan Garuda. Pejabat TNI AU yang pernah menduduki posisi puncak di Garuda adalah Marsda (Pur) Wage Mulyono yang menjadi Dirut Garuda periode 1992–1995.
Setelah itu digantikan oleh Marsda (Pur) Soepandi (1995–1998) yang oleh awak media selalu dipuji karena berpenampilan keren dan rapi.
Perwira TNI AU sebelumnya yaitu Wiweko Soepono, bahkan menjadi Dirut Garuda terlama yang menjabat selama 16 tahun (1968–1984). Di era Wiweko, Garuda tumbuh menjadi maskapai yang sangat sehat dan disegani di Asia hingga memiliki 79 pesawat yang di antaranya Boeing B747.