Bayangkan Kerepotan Yon Bekang 5 Perbekud yang Urusannya se-TNI AD

0

Jika ada batalion, dan satu-satunya di Indonesia, didedikasikan sepenuhnya untuk mendukung semua bentuk manuver udara baik penerjunan orang atau barang, itulah Batalion Pembekalan Angkutan 5 Pembekalan Udara TNI AD.

Disingkat Yon Bekang 5 Perbekud Direktorat Pembekalan Angkutan TNI Angkatan Darat (Ditbekangad), keberadaan Yon Bekang 5 Perbekud sungguh jauh dari publikasi. Batalion ini berada di kawasan Kramat Jati, Jakarta Timur, di bagian belakang dari komplek Ditbekangad.

Pendapat ini bukan mengecilkan keberadaan satuan lain di TNI secara keseluruhan. Namun dengan menyimak dan melihat langsung tugas pokok dan fungsi Yon Bekang 5 Perbekud, nisaya Anda akan geleng-geleng kepala.

Segitu besarnyakah tugas dan tanggung mereka?

“Inilah kami, Batalion dengan kekuatan 300-an personel ini bertugas mengurus semua keperluan penerjunan orang dan barang untuk TNI AD dan juga TNI,” ujar Letkol (Cba) M. Irwan Purnomo, Komandan Yon Bekang 5 Perbekud, alumni Akmil 97, saat ditemui beberapa waktu lalu.

Letkol Irwan pun menjelaskan seabreg tugas yang harus dirampungkan batalionnya. Mulai dari menyiapkan parasut yang jumlahnya mencapai ratusan, kemudian mendistribusikannya ke satuan di lingkungan Kostrad atau Kopassus yang hendak melaksanakan terjun penyegaran (jungar).

Saat dikunjungi, Yon Bekang 5 tengah sibuk menyiapkan 500 PUO (payung udara orang) Garuda 1-P buatan dalam negeri yang aslinya adalah MC1-1C dari Amerika Serikat untuk jungar Grup 2 Kopassus di Solo. Sejumlah yang sama di minggu berikutnya dikirim ke Grup 1 Kopassus di Serang, Banten.

Saat bersamaan mereka juga tengah melaksanakan latihan rutin penerjunan barang, dan penanggulangan bencana sesuai perintah Panglima TNI. Bahkan kalau TNI AU melaksanakan latihan sling load, terjun perbekalan (junbek), juga minta asistensi kepada Yon Bekang 5.

Pelaksana lapangan seperti pengepakan tetap dari satuan bersangkutan, sementara Yon Bekang 5 hanya asistensi. “Kamilah satuan pendukung logistik (duklog) udara terlengkap di TNI,” aku Irwan.

Untuk mendukung latihan seperti jungar, Yon Bekang 5 biasa mengirim 25 personel. Tugas mereka mendistribusikan payung sampai memastikan payung nomor sekian siapa yang pakai. Karena kalau terjadi apa-apa, pelipatnya bisa diketahui. Kalau hilang akan diketahui, siapa yang pakai. Satu personel bertanggung jawab atas 20 parasut.

Tidak sampai di situ, anggota Yon Bekang 5 juga bertugas memasangkan parasut ke personel sampai pas di badannya.

Di antara mereka akan ditunjuk di tim recovery udara dengan tugas sebagai Jump Master 3 di pesawat. Tugas mereka membantu Jump Master 1 dan 2 demi kelancaran penerjunan dan pengumpulan deployment bag (kantong payung statik di pesawat).

Satu tim lagi yaitu recovery darat dengan tugas membantu penerjun mendarat. Paling berat adalah mengumpulkan kembali payung yang tersebar dalam jalur sepanjang satu kilometer.

Kerepotan luar biasa dialami anggota Yon Bekang 5 dalam Latgab TNI atau Latihan Antar Kecabangan TNI AD. “Karena penerjunan dilakukan hingga tingkat brigade,” jelas Kepala Seksi Personel Yon Bekang 5, Kapten (Cba) Constan Victor Mandagie.

Datang paling awal namun pulang paling akhir, itulah nasib anggota Perbekud. Selesai latihan, tugas berat berikutnya sudah di depan mata.

Selesai mengumpulkan parasut di lapangan yang beratnya sekitar 13 kilogram dan akan semakin berat jika sudah dipenuhi lumpur, dimasukkan ke tas payung masing-masing untuk kembali dibawa ke batalion guna dibersihkan.

Di batalion, payung-payung yang umumnya sudah kotor itu dicuci di kolam khusus dengan deterjen yang juga khusus untuk kemudian dijemur.

Setelah mulai kering, dipindahkan ke hangar khusus pengeringan yang dilengkapi pendingin ruangan untuk menjaga kelembapan. Di hangar ini bisa digantung sekaligus 289 payung.

Dalam situasi tertentu, seperti usai Latgab di mana jumlah payung terpakai mencapai ribuan, pengeringan terpaksa dilakukan sampai di teras-teras perkantoran batalion.

Berbagai jenis payung tersedia di sini. Baik untuk penerjunan orang atau barang. Khusus untuk penerjunan barang, jenis parasut berbeda-beda sesuai jenis dan berat barang yang akan diterjunkan.

Ada yang light, medium, dan heavy drop. Di bagian belakang komplek Yon Bekang 5 juga dibangun simulator pesawat Hercules sebagai sarana pengenalan pesawat dan berlatih penerjunan barang.

Alhasil jika disimpulkan, Yon Bekang 5 adalah satu-satunya satuan di lingkungan TNI AD yang memiliki tugas pokok melayani satuan-satuan baik di Kostrad maupun Kopassus dalam hal menerjunkan personel dan bekal serta pemindahan dengan cara didaratkan, diterjunkan dan muatan gantung helikopter (sling load).

Untuk muatan gantung heli, diaplikasikan dalam latihan dengan membawa meriam atau mobil.

Heavy drop

Tidak hanya orang, menerjunkan barang pun menjadi tugas pokok Yon Bekang 5. Beda dengan penerjunan orang, junbek memiliki tingkat kesulitan dan risiko tersendiri.

Bahkan terkadang sangat berbahaya, seperti pernah dialami Kapten Victor saat melaksanakan junbek bantuan bencana alam di Mentawai tahun 2010.

Mereka menyebut paket kargo yang diterjunkan ini dengan PA (package assembling). PA4, PA5, PA6, dan PA7 adalah penanda paket light drop dengan berat maksimal 350 kilogram per PA.

Berikutnya PA21 untuk ringan-sedang dengan berat maksimal 500 kilogram. PA22 untuk medium drop dengan berat 500 kilogram hingga satu ton.

Untuk paket di atas satu ton yang tergolong heavy, digunakan modular platform. Istilah PA tidak lagi dipakai, tinggal disebut heavy drop yang maksimalnya disesuaikan kemampuan pesawat.

Heavy drop mengunakan PUB (payung udara barang) PG11A. Namun jika tidak tersedia, bisa dengan memodifikasi payung medium menjadi kluster tiga payung yang tetap dengan perhitungan kemampuan dan posisi center of gravitiy.

Kemudian diperlihatkan modular platform untuk heavy drop ukuran 6×6. Sayangnya modul ini tidak bisa dipakai karena tidak muat di kabin Hercules yang hanya mampu mengakomodasi modul ukuran 4×4.

Tidak mudah mengepak paket kargo. Kebetulan Yon Bekang 5 saat itu akan melaksanakan latihan rutin penerjunan barang di Jatiluhur dari pesawat C-130 Hercules.

Material yang diterjunkan terdiri dari PA4, PA5, PA6, PA7, PA21, dan perahu karet. Untuk PA21 disimulasikan bahan bakar dalam beberapa drum diisi air dengan berat total 500 kilogram.

Di antara drum diganjal sejenis bantal (shock pad) untuk menghindari benturan. Di bawahnya ditaruh penahan benturan berupa honeycomb. Lalu diikat kencang tali strap. Setiap barang lalu digantung untuk menentukan titik imbang (center of gravity).

Penerjunan menjadi lebih menantang jika yang dijatuhkan benda besar yang memiliki penampang angin luas meski beratnya relatif ringan, seperti perahu karet atau mobil.

Menurut Kapten Victor yang memiliki lisensi rigger dari Amerika Serikat, penerjunan seperti ini bisa berisiko jika salah perhitungan. Penampang angin yang besar bisa membuat perahu karet langsung berbalik menghantam ekor pesawat saat dijatuhkan.

Solusi mudahnya adalah dengan menambah pemberat di beberapa tempat di dalam perahu.

Dari sekian banyak alat kerja yang digunakan Yon Bekang 5, pemeliharaan parasut relatif lebih sensitif. Dari usia saja hanya maksimal 10 tahun atau 100 kali penerjunan di darat dan 10 kali penerjunan di laut.

Jika sudah tidak dipakai, payung-payung ini harus dimusnahkan dengan cara dibakar.

Tidak hanya parasut expired yang harus dikandangkan. Parasut yang memakan korban saat penerjunan juga harus dinonaktifkan, meskipun terbilang baru dan tidak rusak. Lebih kepada alasan psikologis bagi pemakai jika tetap dipertahankan.

Parasut yang penerjunnya tewas baik dalam latihan atau penugasan ini disimpan di hangar lama, di bagian belakang yang oleh anggota disebut Lorong Hitam. Setidaknya ada 29 payung “dikarduskan” dari sejumlah kejadian.

Payung-payung ini juga mendapat perlakuan sesuai standar. Semua ruang penyimpanan harus dilengkapi pendingin ruangan untuk menjaga kelembapan.

Payung pun ditata dirak-rak besar yang mampu menampung ribuan payung. Juga sangat dilarang menaruh payung di atas lantai semen.

Untuk memudahkan pasukan di darat mengenal dengan cepat bekal saat penerjunan di medan operasi, warna parasut dibedakan sesuai bekal yang dibawa.

Payung putih untuk kargo kesehatan, kuning untuk makanan, merah untuk amunisi, dan hitam untuk peledak berkemampuan besar.

Jika mengikuti jumlah ideal PUO yang diinginkan, jumlah payung yang harus dimiliki TNI AD mencapai 13.779. Namun faktanya hanya ada 6.200-an payung statik.

Saat ini yang tersedia di Yon Bekang 5 adalah 4.000-an payung, dengan lebihnya tersebar di Kopassus dan Kostrad. Payung free fall sedang dalam pengadaan hingga nantinya mencapai 400-an payung.

Karena tugas utama mereka terkait penerjunan, semua personel di Yon Bekang 5 wajib mengantongi Wing Para Dasar.

Saat ini 28 orang di antaranya berkemampuan free fall. Pemeliharaan kemampuan dilaksanakan setiap tahun lewat jungar.

Terkait profesionalisme Batalion dalam memberikan layanan kepada pengguna, maka kemampuan lain yang harus mereka kuasai adalah Rigger. Dalam terminologi terjun payung, rigger dikenal sebagai seseorang yang dilatih dan mempunyai lisensi untuk mengepak, memelihara dan memperbaiki parasut.

Seorang rigger harus tahu bahan parasut, peralatan di sekitarnya, tali temali, aturan, teknik menjahit, membungkus dan hal-hal lain terkait pembuatan, pengepakan, perbaikan, dan pemeliharaan parasut. Tak heran seorang rigger sangat dihormati di kalangan penerjun.

Kemampuan ini dilatihkan setiap tahun. “Saat ini kami baru punya satu orang rigger bersertifikat internasional,” aku Letkol Irwan.

Tentu keterbatasan itu tidak mengurangi fokus mereka pada tugas. Pelatihan internal tetap dilaksanakan oleh para senior kepada yuniornya untuk mewariskan ilmunya.

Keabsahan atas keahlian ini pun diganjar sertifikat Rigger Indonesia yang dikeluarkan Batalion dan diakui Mabes TNI AD.

Rigger pun dijadikan salam hormat di antara personel di Batalion, dengan meneriakkan kata Rigger! sambil memberikan hormat.

Saat ini Yon Bekang 5 diperkuat 370 personel dari TOP (tabel organisasi dan personel) 447 orang. Ketika ditanyakan kepada Letkol Irwan, seperti apa kerepotan melayani TNI AD, dengan diplomatis ia menjawab bahwa tugas ini sudah berjalan sejak sebelumnya seperti sekarang.

“Yang kewalahan itu justru mobilisasi. Kami kalau scramble baru tiga jam anggota terkumpul karena mereka tersebar. Asrama baru untuk bujangan. Jadi untuk pergerakan cepat agak sulit,” ucapnya.

 

Teks: beny adrian

Share.

About Author

Being a journalist since 1996 specifically in the field of aviation and military

Leave A Reply