Lahir dan dibesarkan dalam masa Perang Kemerdekaan Indonesia, Korps Brimob Polri mewarisi darah pejuang sejati.
Sebagai pasukannya Polri, Brimob tidak hanya dituntut mampu melaksanan tugas dan fungsinya di wilayah perkotaan. Tapi juga di gunung dan hutan sesuai topografi Indonesia yang begitu luas membentang selama tujuh jam penerbangan dan Sabang hingga Merauke.
Tentu tidak ada kata menolak bagi anggota Brimob yang mendapat giliran tugas di wilayah pegunungan seperti di Freeport, Papua.
Secara bergantian Polri menempatkan pasukan Brimob untuk menjaga objek vital ini.
Saat ini anggota Korps Brimob Polri yang tergabung ke dalam Satuan Tugas Khusus (Satgassus) BKO Papua berjumlah 227 orang.
Pasukan ini berasal dari Resimen 1 Pasukan Pelopor Cikeas dan Resimen 2 Pasukan Pelopor Kedunghalang.
Satgassus melaksanakan tugas pengamanan di wilayah strategis yang sering terjadi kontak tembak dengan gerombolan bersenjata.
Baca:Â Ini Cerita Satgassus BKO Papua Korps Brimob Polri dari Belantara Tembaga Pura
Satgassus dengan komandan AKBP John Huntal Sarjanto Sitanggang ini menempati Posko Satgas di Mile 68 (sport hall) Tembagapura, Papua.
Satgassus BKO Papua menempati pos selama enam bulan, sejak memasuki medan tugas April 2018.
Dalam pelaksanaan tugasnya, Satgassus BKO harus melaksanakan tugas patroli secara berkala ke sejumlah lokasi. Termasuk ke salah satu tambang terbesar di dunia yang dikelola Freeport, yaitu Grasberg.

Beratnya medan tidak jadi penghalang bagi anggota Brimob. Foto: Satgassus BKO Papua
Puncak tambang ini berada di ketinggian 4.285 meter di atas permukaan laut. Jarak dari Tembagapura ke Grasberg sekitar 10 kilometer.
Dari Grasberg kita bisa melihat puncak Cartenz yang merupakan daratan tertinggi di bumi Indonesia.
Karena itu, berada di Grasberg adalah tantangan tersendiri bagi anggota Brimob yang notabene bukanlah kelompok manusia highlander.
Dengan oksigen menipis dan suhu 10 derajat Celsius, dibutuhkan kondisi fisik prima untuk berpatroli di wilayah ini. Namun karena tugas, Satgassus BKO Papua harus melaksanakan tugas ini.
Dengan kekuatan 12 hingga14 personel, patroli biasanya dilaksanakan selama satu minggu dengan menempuh medan naik turun sekitar 10 kilometer.
Selain menghadapi medan yang berat, pasukan juga harus harus mampu melawan udara dingin mencapai 10 derajat. Dalam kondisi itu, mereka pun harus tetap waspada dari gangguan kelompok bersenjata.
Karena itu, bekal yang dibawa sangat menentukan kelancaran patroli. Baik makanan maupun pakaian khusus di medan dingin. Setiap anggota harus pintar-pintar menyiasati isi ranselnya, di antara makanan, pakaian, dan amunisi. Termasuk membawa tenda.
“Biasanya kami menyiapkan pakaian tebal, jaket, dan jas hujan,†ujar seorang anggota Satgassus BKO Papua yang enggan disebutkan namanya.
Masih menurut anggota ini, bekal yang dibawa disesuaikan dengan waktu pelaksanaan patroli.
“Intinya perbekalan makan dan masak, perlengkapan buat tenda, pakaian tebal, jas hujan, dan obat-obatan,†tambahnya lagi.
Namun urusan perut memang jadi persoalan penting di medan tugas yang ekstrem dan tidak bersahabat. Selera makan tetap mereka perhatikan, sesuai lidah orang Indonesia.
Alhasil selain membawa bekal MTP (makanan tambahan polri), mereka juga membawa makanan sendiri yang dibeli di toko.
Mulai dari beras, mie instant, ikan asin, ikan teri, sambal saset, coklat, susu, dan minuman supplement yang mengandung susu dan sereal.
Minuman seperti ini mampu menghilangkan rasa lapar sesaat, karena mengandung karbohidrat, vitamin, mineral dan protein.
Dalam kondisi darurat, minuman sereal bisa menjaga kondisi badan agar perut tetap terisi sehingga tidak mudah masuk angin.

Kira-kira inilah logistik yang dibawa anggota Brimob saat patroli selama satu minggu. Foto: Satgassus BKO Papua
Jika saat patroli ada anggota cedera, maka tim akan membawanya ke jalur evakuasi terdekat dengan akses jalan raya.
“Bisa juga meminta bantuan tim lain untuk membantu proses evakuasi,†ujarnya.
BKO Satgassus Papua sudah memasuki bulan ketiga penugasan. Jika tidak ada perubahan, Satgas akan kembali ke home base pada Oktober mendatang.
Teks: beny adrian