Belanda Baru Tahu, P-51 Mustang yang Diterbangkan LU I Wardojo Ternyata Lolos dari Tembakan

0

Operasi Jatayu digelar Panglima Mandala Mayjen Soeharto dalam Operasi Trikora pada 13 Agustus 1962.

Surat perintahnya baru dikeluarkan Soeharto pada 9 Agustus, dan diteruskan kepada Panglima Udara Mandala Komodor Leo Wattimena.

Operasi Jatayu adalah operasi pamungkas untk mendesak Belanda menandatangani perjanjian New York.

Seperti dikutip buku Perjuangan AURI dalam Trikora (1996), karena itu AURI mengerahkan enam C-130B Hercules, tiga Tu-16 Badger, satu Il-28 Beagle, dua B-25/26, empat P-51 Mustang, dan dua UF-1 Albatros sebagai pesawat SAR.

Sebagai pembuka operasi pada D-day, dua P-51 Mustang lepas landas pukul 06.00 dari pangkalan udara Bula di timur Ambon. Kedua pesawat diterbangkan Letnan Udara  II Wardojo Kusumo dan LU II Williem Oscar Kundimang.

Baca: Kisah Marsda (Pur) Wardojo Bertemu Bekas Musuh di Belanda Setelah 52 Tahun Berlalu

Baca: Bail Out dari P-51 Mustang, LU II Prasetyo Gugur dan Batal Hadapi Belanda di Irian Barat

Baca: Marsda (Pur) Leo Wattimena, Legenda Penerbang Tempur TNI AU: “Apa Kabar Le”

Tugas kedua Mustang adalah memburu dan menjatuhkan pesawat Neptune Belanda, yang selalu terbang pagi jika malam harinya ada penerjunan pasukan.

Perlu perjuangan menerbangkan Mustang dari Bula, karena panjang landasan hanya 900 meter. Sedangkan untuk pendaratan Mustang butuh 1.100 meter landasan.

Pada saat bersamaan, dari pangkalan Letfuan di Kepulauan Kei, juga terbang satu B-26 Invader dengan penerbang Mayor Udara Pedet Soedarman. Ia dikawal satur Mustang yang diterbangkan Mayor Udara Loely Wardiman.

B-26 menerima tugas dropping logistik di Fak-Fak.

Sesaat kemudian, Wardojo dan Kundimang menerima perintah dari radar Nyssa buatan Polandia yang dipasang di Bula. Radar menangkap noktah kecil yang diduga Neptune pada jarak 100 kilometer dari Mustang di ketinggian 9.000 kaki

LU I Wardojo Kusumo di kokpit P-51 Mustang. Foto: Dok. Marsma TNI Age Wiraksono.

Mayor Udara Aried Riyadi yang memimpin radar, langsung memerintahkan kedua yuniornya untuk naik dan mengejar.

Setelah kembali memperhatikan layar radar, Aried kok curiga. Titiknya memang seukuran Neptune tapi kecepatannya bukan Neptune.

Wah, gawat, ini Hawker Hunter bukan tandingan Mustang.

Aried segera mengontak kedua Mustang dan meminta mereka menjauh.

Aried Riyadi memerintahkan keduanya terbang rendah. Ia tahu, Hunter tidak akan mau terbang rendah karena bahan bakarnya cepat habis.

Benar sekali, kedua Hawker Hunter itu hanya bisa berputar-putar di atas Mustang.

Kesunyiaan tidak bertahan lama. Sedetik kemudian, suara Kundimang pecah di radio memberitahu Wardojo bahwa mereka ditembak dari kapal perang Belanda.

Sebuah kapal perang Belanda rupanya sudah menunggu di jalur yang biasa dilewati pesawat AURI dari Bula ke Fak-Fak.

Biar aman, keduanya diperintahkan kembali ke Bula.

Di saat kritis itu, Mayor Aried teringat pesawat B-26 yang dikawal satu Mustang tengah melakukan pengintaian dan penerjunan logistik di Fak-Fak.

Karena jarak antara Bula dan Fak-Fak terlalu jauh, LU II Wardojo dan LU II Kundimang diminta menaikkan ketinggian pesawat Mustang-nya.

Maksudnya agar bisa merelay pesan dari radar Bula ke B-26 di Fak-Fak.

Sementara menurut catatan yang dibuat Marsda (Pur) Wardojo Kusumo, dua pembom B-25 Mitchell (bukan B-26) ini dikawal Mustang dalam perjalanan ke Irian untuk menjatuhkan logistik.

Ia menulis, mereka meninggalkan Ambon di pagi hari.

Setelah mencapai tanah Irian, sepasang pembom terbang ke timur dan Mustang menuju selatan ke pangkalan udara Langgur.

B-25 mendeteksi keberadaan pesawat Neptune Belanda yang siap menyantapnya. Sebuah P-51 Mustang yang mengawal B-25 kemudian berusaha menghadang Neptune.

Namun karena masalah teknis di pesawat, Mustang tidak bisa melakukan pencegatan. Untungnya Neptune terbang menjauh dan melarikan diri ke jalur penerbangan B-25.

Dalam perjalanan menuju Langgur, Mustang melihat sekilas kapal perang besar, kemungkinan milik Angkatan Laut Belanda. Kapal perang itu terlihat memiliki dua cerobong asap.

Sementara berdasarkan referensi dari Institute of Military History di Belanda yang sempat di-scan Marsda (Pur) Wardojo saat berkunjung ke Belanda pada 6 Agustus 2014  2014, ditemukan sejumlah fakta menarik.

Dicatat bahwa pada 15 Mei 1962 pukul 06.48 pagi, kapal perang destroyer Belanda Hr. Ms. Groningen, menembak dua C-47 Dakota pada posisi 12 mil dari selatan Fak-Fak. Tembakan ini luput.

Pada saat bersamaan, kapal perang lainnya Hr. Ms. Limburg juga menembak B-25, namun lagi-lagi tidak kena.

Lanjut pada 26 Mei pukul 03.00 dini hari, sebuah pesawat AURI melintas di dekat Hr. Ms. Limburg pada jarak 5.000 meter. Tidak ada kontak senjata saat itu, karena kapal sedang dalam perbaikan.

Selanjutnya pada pagi hari 14 Agustus (bukan 13), dilaporkan begitu banyak kontak radar terpantau oleh Hr. Ms. Groningen.

Dalam keadaan siaga, pukul 06.45 sore, Hr. Ms. Groningen akhirnya menembakkan 50 granat dari jarak 11.000 meter ke arah Mustang dan diyakini kena.

“Dalam log book kapal Groningen dicatat waktu penembakannya dan disebutkan Mustang bapak kena tembak,” ungkap Marsma TNI Age Wiraksono, putra almarhum Marsda (Pur) Wardojo Kusumo.

“Namun pada pertemuan itu, pihak Belanda baru tahu bahwa Mustang bapak saya tidak tertembak dan berhasil lolos,” tulis Age lagi kepada mylesat.com.

Marsda Wardojo bertemu dengan sejumlah veteran Belanda yang terlibat dalam Operasi Trikora pada 6 Agustus 2014 di Institute of Military History, Belanda.

Dalam pertemuan itulah terungkap sejumlah fakta baru. Seperti pihak Belanda yang baru tahu bahwa tembakan dari Hr. Ms. Groningen tidak mengenai P-51 Mustang AURI.

Teks: beny adrian

Share.

About Author

Being a journalist since 1996 specifically in the field of aviation and military

Leave A Reply