Demi Selamatkan Rekan, Tim SAS di Irak Membangkang Perintah Jenderal di Inggris

0

MYLESAT.COM – 19 September 2005 menjadi hari yang tidak terlupakan bagi dua operator Special Air Service (SAS) Inggris. Mereka ditangkap polisi Irak saat melaksanakan misi penyamaran di Basra. Berita penangkapan pasukan elite Inggris ini menyita banyak perhatian. Apalagi kedua operator dipukuli dan disiarkan dalam liputan TV. Simak kisah keberanian SAS yang disiapkan kontributor mylesat.com, Dwiputra.

Baca Juga: 

Kedua operator dituduh memata-matai dan didera pasal pembunuhan polisi Irak. Sebelum tertangkap, keduanya sempat melawan, namun kemudian menyerah karena tidak ada peluang untuk meloloskan diri.

Seorang letkol yang bertanggung jawab dalam misi SAS di Irak merasa jengah dengan berita penangkapan ini.

Terlebih, polisi yang menangkap punya kaitan erat dengan militan lokal Mahdi Army atau dikenal Jaysh al-Mahdi. Ia menduga, peluang selamat dua operator semakin tipis dari hari ke hari. Mereka harus segera diselamatkan.

Perlengkapan kedua operator SAS Inggris saat tertangkap. Foto: pagoda22sas

Menyadari kekuatan detasemennya sangat kecil, ia meminta bantuan kepada perwira dan pasukan SAS lain yang jaraknya beratus kilometer dari posisinya. Tanpa berpikir panjang, sesama rekan SAS pantang membiarkan rekannya ditahan dan meregang nyawa.

Berbekal senapan H&K submachine gun dan C8 Carbines, operator SAS menunggu pesawat C-130 Hercules untuk mengantarkan mereka menuju Basra.

Sang letkol berusaha mengumpulkan informasi awal, di mana lokasi tepat kedua operator ditahan. Seorang perwira senior lainnya menunggu konfirmasi misi go or no go!

Sayang, permission not granted alias izin tidak diberikan. Perintah ini keluar dari Permanent Joint Headquarters, Northwood, Inggris, yang bertanggung jawab mengontrol operasi militer di Irak.

Sang letkol menyebutkan, sangat berbahaya meninggalkan kedua operator begitu saja. Commanding officer atau komandan tertinggi SAS menyadari bahwa komandan militer Inggris tidak peduli dengan nyawa tentara SAS yang tertangkap.

Misi penyelamatan memang sulit, tetapi keputusan politik yang membuat segalanya menjadi rumit.

Sekali lagi, SAS adalah pasukan yang berisi prajurit berani sekaligus motivasi yang sangat tinggi dibandingkan tentara reguler.

Lupakan politik 

Sang letkol mengabaikan perintah militer pusat. “Kita lakukan sekarang, lupakan keputusan politik,” sang letkol mengambil sebuah keputusan yang sangat berani.

Dengan segera, C-130 memutar mesinnya dengan kecepatan tinggi, memburu waktu yang terus tertinggal. Sang letkol sadar, kariernya dalam militer Inggris telah usai karena membangkang perintah atasan. Namun ia merasa ini keputusan yang benar. Hukuman militer menantinya.

Di dalam hati sang Letkol begitu sedih, anggotanya yang ditangkap dimaki-maki dalam bahasa Arab di dalam tayangan televisi. Ia berpikir, kedua operator tersebut pasti bertanya-tanya dalam hati mereka.

“Apakah ada yang tahu kita berada di mana? Apakah teman-teman SAS ku akan datang menyelamatkanku?”

Disinilah pelatihan SAS bekerja. Dalam selection course SAS, calon operator sudah dilatih menghadapi ketidakpastian. Para pelatih SAS tidak pernah memberi semangat atau feedback kepada calon SAS ketika mengikuti selection course.

Para pelatih tidak pernah mengoreksi, apakah tindakan yang dilakukan calon benar atau salah. Semua bergantung pada individu, memberikan 100 persen kemampuan yang ia miliki atau tidak.

Pelatihan ini begitu penting disaat ketidakpastian seperti yang dialami dua operator tersebut. Tetap optimis dan mengontrol diri adalah kunci untuk melihat peluang terbaik.

Berbekal informasi dari para perwira lokal, mereka menemukan informasi penting!

Kedua operator ditahan di sebuah tempat bernama Jamiat. Langkah diplomasi awal dimulai. Beberapa perwira dikawal Warrior Infantry Fighting Vehicles (WIFV) mencoba bernegosiasi dengan pihak penyandera.

Dibantu seorang pengacara, mereka meminta untuk melepaskan kedua operator SAS. Namun kondisi di sekitar tempat penangkapan tidak kondusif. Masyarakat sudah berkumpul dan berteriak marah! Sontak, para warga yang marah mulai melemparkan batu dan bom molotov.

Sebuah WIFV terjebak diantara warga yang mengamuk dengan sumpah serapah. Kendaraan tempur itu dilempar bom molotov, beruntung krunya berhasil menyelamatkan diri walaupun terluka.

Ketika tim negosiasi mundur akibat amukan warga, pesawat C-130 yang membawa operator SAS tiba di Basra, saat itu sore sudah menjelang.

Kali ini permainan sudah diubah. SAS menyiapkan diri dan membagi tim bersama dengan WIFV. Dibekali helikopter, misi operasi baswan atau pembebasan sandera dimulai.

Ujung tombak dari penyerbuan adalah WIFV. Hebatnya, pengemudi WIFV sangat lihai mengemudikan panser berantai itu dijalanan kota.

Berbekal kanon di turet WIFV, penembak menjebol dinding tempat operator di tahan. Dari buritan, pasukan SAS dan pasukan Inggris yang bersiaga keluar. Menjadi tradisi, SAS melemparkan flash bang ke dalam bangunan.

Polisi yang berjaga, bukan lawan tanding pasukan yang pernah menghadapi NAZI Jerman ini. Operator SAS mulai menggeledah dan balik menginterogasi para polisi, mencari informasi penting di mana teman-teman mereka berada. Ketakutan mereka menjadi kenyataan.

Ketakutan dalam operasi pembebasan tawanan adalah, tawanan tidak ada di tempat. Kejadian ini mengingatkan pada operasi Son Tay, yang dilaksanakan pasukan khusus Amerika di Perang Vietnam di tahun 1970-an. Pasukan Amerika berusaha menyelamatkan tawanan yang ditangkap North Vietnam Army (NVA) di sebuah penjara.

Naas, misi yang sangat kompleks tersebut gagal total. Lantaran tawanan dipindahkan dari kamp tawanan akibat banjir, dan informasi intelijen gagal mengindentifikasi info vital itu.

Ilustrasi anggota SAS saat Operasi Telic tahun 2003 – 2009 di Irak. Foto: net.

Perasaan kesal juga dirasakan pasukan SAS ketika mengetahui rekannya tidak ada di sana.

Interogasi keras berhasil menguak informasi. Polisi yang ketakutan, mengungkapkan jika dua operator itu berada di sebuah vila. Sebuah objektif baru dalam misi, dan SAS harus cepat membuat rencana baru dan mengaplikasikannya dalam otak mereka.

Bergerak cepat, dengan serangan terencana, SAS menyerang titik vital vila yang tidak dijaga . Memastikan tidak ada yang kabur.

Tidak ada tanda-tanda dari operator yang ditahan. Apakah mereka telah dipindahkan atau mereka telah dieksekusi?

Pasukan SAS mencoba membuka kamar mandi. Akhirnya, mereka menemukan rekan mereka dalam keadaan hidup. Segera, SAS membawa kedua operator menuju rumah sakit terdekat.

Operasi dengan perencanaan yang singkat dan dukungan minim berhasil! Bahkan di tengah badai tekanan politik, tidak membuat pasukan legendaris ini mengeksekusi misi dengan serampangan.

Sebagian dari mereka tetap bertanya, masalah apa yang akan dihadapi pemerintah Inggris dari operasi ini.

Jiwa korsa yang sangat tinggi, menyelamatkan kedua operator. Jika pemerintah Inggris menghukum personel SAS yang terlibat dalam operasi penyelamatan rekannya, seluruh pemimpin SAS mengancam akan mengundurkan diri.

Inilah yang dibanggakan dari pasukan SAS. Mereka terlatih dan dikagumi. Terlebih dari itu, mereka menghargai nyawa setiap rekannya yang diutus melaksanakan misi.

Share.

About Author

Being a journalist since 1996 specifically in the field of aviation and military

Leave A Reply