Bagaimana SAS, CAG, Rangers, dan Night Stalkers Selesaikan Misi Hanya dalam 30 Menit

0

MYLESAT.COM – 15 Mei 2015 subuh yang dingin, empat anggota pasukan SAS (Special Air Service) Inggris bersiap memasuki buritan pesawat V-22 Osprey yang tengah berlabuh di sebuah Forward Operating Base di Irak. Tim kecil asal Hereford ini ditugaskan untuk melakukan misi pengintaian strategis. Memutar mesinnya dengan kencang, Osprey terbang tinggi menuju Suriah bagian timur.

Setelah penerbangan beberapa jam, V-22 Osprey berhasil menghindari deteksi militer Suriah. Di dalam, pasukan SAS tenggelam dalam pikirannya masing-masing.

Baca Juga:

Misi ini begitu penting, yaitu memburu seorang pentolan ISIS yang bernilai tinggi. SAS selalu menjadi ujung tombak misi pengintaian, berbekal pengalaman dan teknik pengintaian yang tidak lazim. Berikut kisah keberanian SAS yang disiapkan kontributor mylesat.com, Dwiputra.

Osprey berhasil mendarat beberapa kilometer dari sebuah rumah yang terletak di padang gurun. Begitu mendarat, pasukan membuat formasi pengintaian. Tidak lupa, mereka membawa alat komunikasi radio berbasis satelit.

Jenderal Lloyd Austin.

Dalam misi High Value Target, haram hukumnya jika tidak membawa kamera dengan lensa foto jarak jauh.

Targetnya hanya satu, Fathi Bin Awn Bin Jildi Murad al-Tunisi yang diberi kode Abu Sayyaf. Pria berjenggot ini bertanggung jawab pada operasional pertambangan milik ISIS.

Informasi keberadaan Abu Sayyaf sangat penting, menurut analisa Spook alias CIA. Informasi terkait Abu Sayyaf dapat membawa mereka menuju Abu Bakar al-Baghdadi, pemimpin ISIS.

Jauh sebelum SAS menginjakkan kakinya di Suriah, CIA telah menerbangkan UAV Predator ke atas rumah tersebut untuk mengendus keberadaan Abu Sayyaf. Sehingga tugas SAS adalah memastikan bahwa sang target benar-benar berada di sana.

Di dalam pelatihan SAS, diajarkan salah satu teknik dalam pengintaian yaitu Find, Understand, and Strike.

Setelah mengumpulkan data dari rumah tersebut, SAS mengirimkan foto dan video langsung ke US Central Command di Qatar. Jenderal Lloyd Austin lah yang menerima langsung karya foto dan video dari para pasukan SAS.

Informasi ini diolah dan dianalisa langsung oleh US Department of Defense. Dari sini terlihat operasi pasukan khusus sangatlah kompleks dan melibatkan banyak pihak.

Melihat nilai misi ini begitu penting, Presiden Amerika saat itu Barack Obama lansung di-briefing oleh para penasehat militer. Mereka meminta izin sang POTUS untuk melaksanakan misi penyerangan.

Mission go,” ujar Barack Obama setelah mendengar keterangan para penasihat militer.

Bergerak cepat, Joint Special Operation Command menyiapkan 50 pasukan penyerbu yang berasal dari Delta Forces dan 75th Rangers Regiment. Sementara pasukan SAS terus bertahan di sekitar rumah Abu Sayyaf.

Dengan stamina dan ketahanan mental yang luar biasa, pasukan berbaret pasir ini menunggu pasukan penyerbu utama yang akan datang di tengah gurun yang panas dan gersang.

Pasukan bergerak dalam kesenyapan tingkat tinggi, sehingga tidak terendus oleh Rusia dan Suriah sendiri. Foto: net

Untuk membawa regu penyerbu utama, skadron serbu spesial 160th Special Operations Aviation Regiment (Airborne) Night Stalker pun dilibatkan.

Helikopter MH-60 Blackhawk menjadi kendaraan Delta Forces menuju Suriah. Uniknya, sejumlah V-22 Osprey ikut meramaikan perburuan ini. Menjadi pertanyaan, karena Night Stalker tidak pernah menggunakan Osprey, sehingga masih belum jelas dari entitas mana yang menyediakan pesawat hybrid ini.

Tidak ketinggalan, sejumlah jet tempur disiagakan untuk memberikan gelembung pertahanan udara di sekitar wilayah operasi.

Apalagi pasukan angkatan udara Rusia di pangkalan Khmeimim, Suriah dapat dengan mudah mendeteksi pergerakan sejumlah pesawat yang memasuki wilayah udara Suriah. Tugas lain dari jet tempur adalah melakukan serangan pembuka dan melakukan bantuan tembakan udara.

Pada 15 Mei 2015 pukul 11 malam, 50 pasukan Combat Application Group (CAG) dan 75th Rangers berbaris menuju Blackhawk dan Osprey. Berangkat dari pangkalan Erbil di Irak, rombongan malaikat pencabut nyawa ini bergerak menuju Deir-ez-Zur di Suriah. Di bagian depan rombongan, melesat kencang jet tempur USAF.

SAS dengan cekatan menjadi Combat Control Team bagi jet tempur USAF. Menukik dan melakukan strafing ke posisi rumah Abu Sayyaf! Kena telak, 19 pasukan ISIS meregang nyawa akibat orkestra maut dari pasukan SAS.

Beberapa menit kemudian, rombongan malaikat pencabut nyawa pun tiba di depan rumah Abu Sayyaf.

Melompat keluar dari Blackhawk dan Osprey, pasukan CAG dan Rangers menyerbu. Rangers menjaga di luar perimeter, sedangkan CAG menjadi ujung tombak penyerbuan.

Rupanya masih ada beberapa pasukan ISIS yang masih berjaga di luar. Dum…dum…dum… Dua anggota ISIS rebah ditembak secara akurat.

Tembakan akurat di malam hari berkat GPNVG (Ground Panoramic Night Vision Goggle) yang digunakan CAG dapat melihat di kegelapan malam. ISIS selalu menjadikan wanita dan anak-anak sebagai tameng.

Hal ini terjadi ketika penyerbuan tersebut. Namun berkat latihan bertahun-tahun, membuat CAG dapat memastikan jatuhnya peluru dengan tepat. Sehingga tidak ada satu pun wanita dan anak-anak yang tinggal di dalam rumah itu menjadi korban.

Tidak mau terulang, Combat Application Group melakukan teknik clearing room from outside! Teknik CQB ini membuat CAG bisa membersihkan ruangan dari ancaman di balik lindungan tembok.

CAG membagi tim menjadi dua. Satu membersihkan lantai atas dan satu tim lainnya menyelesaikan ancaman di bawah.

Momen yang dinantikan pun tiba!

Seorang personel CAG bertatap muka dengan Abu Sayyaf, sang buruan. Nazrin Asad Ibrahim, istri dari Abu Sayyaf dan seorang wanita remaja budak ISIS kembali dijadikan tameng. Sang operator tanpa ragu menyarangkan dua tembakan ke tubuh Abu Sayyaf.

Abu Sayyaf terkulai ke lantai dengan darah menyembur. Sang operator menarik tubuh Nazrin, untuk mengidentifikasinya. Yang menyedihkan, gadis remaja tersebut ternyata berasal dari suku Yazidi yang diculik.

Setelah seluruh rumah aman, CAG mulai menambang informasi intelijen yang tersimpan dari rumah itu. Mulai dari telepon genggam, hard disk, surat dan komputer diangkut semua.

Di bagian perimeter luar, Rangers melihat ancaman. Sejumlah pasukan ISIS berbekal teknikal, menyerbu ke wilayah rumah.

Sebagai pasukan khusus dengan cepat menembak balas. Tidak terduga, tembakan akurat juga terdengar dari jauh. Pasukan SAS menembak sangat akurat, tidak mau ketinggalan berpesta.

SAS turut membuka tembakan, sehingga membingungkan pasukan ISIS dari mana tembakan lain berasal. Begitu suara rotor Osprey dan Blackhawk terdengar, pasukan SAS bersiap meninggalkan Observation Post (OP).

Pasukan Rangers terkejut, tidak menyangka jika SAS bersembunyi di sana.

Fathi Bin Awn Bin Jildi Murad al-Tunisi yang diberi kode Abu Sayyaf. Foto: net

Berlarian menuju Rangers yang menunggu di sekitar perimeter, sembari menunggu CAG membawa informasi dan data intelijen dari dalam rumah. Mereka masuk segera ke dalam Osprey dan Blackhawk usai mengalahkan 40 anggota ISIS. Hebatnya, operasi nan kompleks dan rumit ini cuma memakan waktu 30 menit saja.

Pada 16 Mei subuh, rombongan SAS, CAG, Rangers, dan Night Stalkers sudah berhasil kembali ke Erbil, Irak. Pasukan Rusia dan Suriah tidak dapat mendeteksi pasukan Tier One dan Tier Two yang memasuki wilayah pertahanannya.

Keberhasilan lainnya adalah tidak ada satupun pasukan penyerbu yang terluka. Misi yang rumit ini pun selesai, dengan membawa sebuah informasi yang sangat penting.

Informasi yang akan membuat Combat Application Group ditugaskan kembali. Namun, dibutuhkan kesabaran lebih tinggi, ketelitian, ketekunan untuk memburu Abu Bakar al-Baghdadi.

Misi yang akan lebih sulit yaitu Operation Kayla Mueller. Walaupun operasi ini dilakukan JSOC, tetapi militer Amerika mengerahkan kapal perang, jet tempur, pesawat tanker dan beberapa aset lainnya.

Nantikan, bagaimana Operation Kayla Mueller menjadi salah satu operasi gemilang yang diakui oleh dunia.

Share.

About Author

Being a journalist since 1996 specifically in the field of aviation and military

Leave A Reply