MYLESAT.COM – Tidak mudah dan murah membangun sebuah Angkatan Udara yang unggul dan canggih. Amerika Serikat sendiri masih memandang sebelah mata air power pada Perang Dunia I. Namun sebaliknya, menjadi kekuatan udara yang unggul pada PD II dan (hampir) tak terkalahkan hingga sekarang.
KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo mengatakan bahwa membangun Angkatan Udara membutuhkan sebuah komitmen yang besar dari negara. Karena semua tahu, angkatan udara adalah angkatan perang yang padat teknologi sekaligus padat modal. Sebutlah harga jet tempur tercanggih F-35A Lightning II, bisa menembus Rp 1,5 tiliun per unit, meski harganya disebutlah mulai turun.
Itu baru pembangunan kekuatan, bagaimana pula dengan personel (sumber daya manusia). Nilainya juga tidak murah, dan lagi-lagi juga tidak mudah untuk meraih kemampuan (skill) terbang sesuai envelope sebuah platform.
Untuk soal ini, Marsekal Fadjar gigih memperjuangkan agar para penerbang tempur TNI AU kembali memperoleh kesempatan mengikuti pendidikan FWIC di luar negeri, yang nilainya tidak murah. Bisa 1,5 juta dolar AS per orang, belum termasuk materi weapon delivery, rumit bukan?
Karena itu dalam beberapa kesempatan bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, isu ini terus disampaikan KSAU agar mendapatkan dukungan dari Kemenhan.
Namun demikian, berbagai upaya dilakukan Mabes TNI AU untuk meningkatkan kemampuan para penerbang. Utamanya melalui program latihan, baik yang dilaksanakan di lingkungan sendiri secara berjenjang maupun dalam kerangkan latihan bersama dengan negara sahabat.
Kita masih ingat ketika untuk pertama kalinya, TNI AU melaksanakan latihan bersama Bomber Exercise dengan Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF). Berkat diplomasi yang unggul, USAF luluh untuk mengirimkan pembom strategis B-52H Stratofortress pada 2022. Setahun kemudian, 2023, pembom gaek ini didaratkan di Lanud Soewondo, Medan.
Tidak hanya itu, latihan pengisian bahan bakar di udara pun bisa dilaksanakan penerbang TNI AU bersama tanker Australia (RAAF) dan Singapura (RSAF).
Visi membangunan TNI AU menjadi Angkatan Udara yang disegani di Kawasan yang digadang KSAU Marsekal Fadjar, sepertinya sejalan dengan program Menhan Prabowo Subianto untuk memodernisasi TNI AU. Karena itu, berbagai upaya dan usulan ke Kemenhan, beberapa di antaranya direstui. Bahkan Menhan Prabowo pun mengesekusi pembelian sejumlah pesawat baru seperti A400M dan Rafale.
Dengan semua kemajuan yang telah diraih TNI AU setidaknya dalam tiga tahun terakhir ini, menjadi credit point yang layak disampaikan ke publik.
Di antara poin inilah yang disampaikan KSAU Marsekal Fadjar Prasetyo saat menerima kunjungan Presiden Joko Widodo di Lanud Iswahjudi pada Jumat, 8 Maret 2024. Didampingi Menhan Prabowo Subianto, Marsekal Fadjar dengan lancar menyampaikan pembangunan kekuatan yang telah dilakukan terhadap salah satu alutsista TNI AU yaitu F-16 Fighting Falcon.
Sebagaimana diketahui bersama, F-16A/B Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi, Madiun telah menjalani program upgrade Falcon STAR (The Falcon Structural Augmentation Roadmap) dan E-MLU (Enhanced Mid-Life Update).
Peningkatan kemampuan ini memampukan F-16AM/BM TNI AU menggotong rudal udara ke udara AIM-9X Sidewinder dan AIM-120C AMRAAM (Advanced Medium-Range Air-to-Air Missile). Peningkatan kemampuan BVR (beyond visual range) ini menjadikan combat effectiveness pesawat lebih signifikan.
Dalam kunjungan singkatnya, Presiden Jokowi juga menyaksikan kemampuan cargo dropping unsur udara TNI. Berturut-turut diperagakan kemampuan penerjunan kargo melalui teknik CDS (Cargo Delivering System) di runway Lanud Iswahjudi. Demo udara ini menggunakan melibatkan empat C-130B/J Hercules, satu CN-295, dua C-212-400, satu C212-200, satu Mi-17, dan satu Bell 412.
Melalui sosial media Instagram, Kementerian Pertahanan mengatakan bahwa simulasi penerjunan kargo ini merupakan peragaan pengiriman bantuan kemanusiaan yang akan segera dilakukan Indonesia untuk pengungsi Palestina di Gaza. Hal ini dimungkinkan karena Indonesia merupakan salah satu negara yang diberikan kesempatan memberikan bantuan melalui udara.
Tentu banyak lagi kemajuan yang telah diraih TNI AU disampaikan Marsekal Fadjar kepada Presiden Jokowi. Karena ke depannya TNI AU akan menerima 42 jet tempur Rafale, pesawat angkut A400M, rencana penambahan C-130J atau pengadaan pesawat berkemampuan AWACS yang belum terealisasi.
Membangun angkatan perang khususnya angkatan Udara memang tidak mudah dan murah. Namun upaya ke arah tersebut adalah sebuah keniscayaan, karena Civis Pacem Parabellum mengandung makna bahwa hanya negara dengan kekuatan militer kuat lah yang akan merasakan perdamaian.