MYLESAT.COM – “Inilah hasil kerja putra putri bangsa penerus Nurtanio dan terus dilanjutkan hingga ke anak keturunan kita nanti. Dengan mengucapkan Bismillahirohmanirohim, saya meresmikan pesawat N219 sebagai pesawat Nutanio.”
Pidato singkat Presiden Joko Widodo pagi ini, Jumat (10/11/2017) sekitar pukul 09.00 Wib di area parkir VIP Lanud Halim Perdanakusuma, menandai resminya pesawat prototipe N219 buatan PT Dirgantara Indonesia menyandang nama Nurtanio.
Hasil kerja keras segenap karyawan PT Dirgantara Indonesia memang sudah berbuah manis. Meski dengan perhatian minim dan dana terbatas, tim solid ini mampu mewujudkan pesawat N-219 twin-turboprop.
Setelah dikembangkan sejak 2014, pesawat berhasil mengangkasa untuk pertama kali pada 16 Agustus 2017 dari Bandara Husein Sastranegara, Bandung.

Presiden Jokowi membuka selubung nama Nurtanio. Foto: beny adrian
Saat itu prototipe pesawat pertama N219 terbang sekitar 30 menit dengan ketinggian 8.000 kaki. Saat ini, menurut Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI Andi Alisjahbana yang ditemui mylesat.com usai peresmian, tengah dibuat prototipe kedua.
“Insya Allah Desember sudah terbang,” ujarnya.
Baca Juga: Jadikan N219 Hadiah Istimewa di Hari Kemerdekaan RI ke-72
Dalam penerbangan perdananya, tiga awak pesawat andalan mengendalikan pesawat dengan prima.
Mereka adalah Capt Esther Gayatri Saleh sebagai pilot in command (PIC), Capt Adi Budi Atmoko sebagai first officer (FO), dan Yustinus K sebagai flight test engineer (FTE).
Dalam penerbangan itu, Capt Esther yang menerbangkan pesawat menguji kemampuan terbang N219 serta memastikan pengujian berjalan baik dan benar serta terjamin keselamatannya.
Baca Juga: Dunia Akui Pesawat N219, dan Capt Esther Pun Berhak atas Kasta Tertinggi Pilot Uji
Program pengembangan dan pembuatan N219 Nurtanio senilai Rp 300 miliar, dibiayai bersama oleh Kementerian BUMN, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi serta Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).

Peresmian dimeriahkan kehadiran 50 murid SD. Foto: beny adrian
N219 dibuat PTDI dari nol. Mengembangkan pesawat baru itu tidak mudah dan membutuhkan waktu panjang,” ujar Andi Alisjahbana awal tahun ini.
Sampai awal Februari 2017, prototipe pertama (PA-1) N219 sudah selesai dan sedang uji struktur, sementara pembuatan PA-2 terus disempurnakan.
N219 twin-turboprop adalah pesawat komuter berkapasitas 19 penumpang. Dibangun untuk penerbangan ke bandara di pelosok Indonesia yang memiliki landasan pendek dan sedikit kasar, yang saat ini sedang dikembangkan Pemerintah di beberapa daerah.
Baca Juga: Pertama Kali Keluar Bandung, N-219 Mendarat dengan Selamat di Halim
Sedikitnya terdapat delapan titik yang sudah termasuk dalam rencana pengembangan bandara dari Kemenhub. Yakni di Sukabumi, Tasikmalaya, Yogyakarta, Purbalingga, Kediri, Jember, Tulungagung, dan Banyuwangi.

Presiden Jokowi menyalami kru pesawat N219 Nurtanio. Foto: beny adrian
Sementara di luar Jawa, Kemenhub meningkatkan kemampuan sejumlah bandara seperti Bandara HAS Hanandjoeddin di Tanjung Pandan, Belitung yang telah menjadi bandara internasional.
Setelah itu pengembangan Bandar Udara Sibisa, Parapat untuk mendukung pariwisata Danau Toba. Ada juga bandara Yogyakarta yang akan dikembangkan, Bandara Supadio di Pontianak dan Bandara Tjilik Riwut di Palangkaraya.
Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin akan selesai tahun 2018, Bandara Abdulrahman Saleh di Malang juga dikembangkan serta pengembangan Bandara Pitu Morotai dalam rangka mendukung wisatawan.
Tentu pengembangan sejumlah bandara itu membutuhkan kesiapan moda transportasi udara. Baik di bandara kantong-kantong utama maupun di bandara yang lebih kecil.
Pesawat N219 yang dibangun dengan unsur lokalitas kental ini menggunakan bahan aluminium 20 dan 24 seperti digunakan di pesawat NC212 dan CN235.
Komponen-komponen inti memang masih didatangkan dari luar, seperti mesin PT6-42 dari Pratt & Whitney, avionik Garmin 1000, dan propeller memakai Hartzell Propeller Inc. Biaya pengembangan N219 sampai tahun 2017 sekitar Rp 500 miliar.
Setelah sukses melaksanakan terbang perdana, saat ini N219 masih terus menjalani pengujian. Pengujian terbang akan terus dilakukan hingga sekitar 300 jam terbang sampai laik terbang tercapai.
Menurut Andi diharapkan pesawat kedua segera bisa terbang sehingga total 300 jam terbang yang dikejar bisa dibagi di dua pesawat.
Menurut Budi Santoso, Direktur Utama PTDI (saat itu, sekarang Elfien Goentoro), untuk mencapai 300 jam terbang dari dua prototipe pesawat N219, pihaknya membutuhkan dana sekitar Rp 200 miliar lagi.
Ketika masalah dukungan pendanaan ditanyakan kepada Presiden Jokowi, beliau dengan tegas mengatakan bahwa tidak ada masalah. Artinya, Pemerintah mendukung penuh program N219 Nurtanio.
PTDI membuat dua prototipe N219 untuk uji terbang dan dua prototipe lagi untuk uji struktur dan uji fatigue. Prototipe terbang N219 saat ini sudah terbang sebanyak delapan kali dan mengantongi sekitar 8 jam terbang.
Baca Juga: Layak Diabadikan, Nurtanio Diusulkan sebagai Nama Pesawat N-219
Peresmian oleh Presiden Jokowi pagi ini dilaksanakan dalam semangat Hari Pahlawan. Dengan demikian sejak hari ini, pesawat ini resmi menyandang nama N219 Nurtanio.

Foto bersama Presiden Jokowi dan Ibu Iriana beserta kru N219. Foto: FB Esther Gayatri.
Tidak hanya meresmikan dan melihat pesawat, kepada Presiden pun diperlihatkan kemampuan N219 dengan menerbangkannya langsung.
“Tadi hanya short fight dan circuit saja, putar sekali ke belok kanan lalu minta izin mendarat, setiap terbang kami melakukan pengambilan data, normal saja,” ujar Capt Estherusai mendaratkan N219.
Jokowi tak lupa menyalami satu per satu kru pesawat. Usai meresmikan N219, Jokowi bersiap menuju ke pesawat yang akan menerbangkannya ke Vietnam untuk mengikuti KTT APEC.
“Kalau ini sudah selesai, proses berikutnya adalah proses bisnis, harus bisa dipasarkan, harus bisa ke komersial, harus bisa masuk ke dunia industri. Artinya harus ada yang beli sehingga industri penerbangan kita berkembang,” kata Jokowi saat menjawab pertanyaan wartawan.
Soal ini dibenarkan oleh Andi Alisjahbana, bahwa PTDI sangat yakin pesawat N219 akan bisa diterima pasar khususnya di dalam negeri.
“Kita membuat pesawat ini bukan karena trend, tapi memang ada kebutuhan khususnya di dalam negeri,” ujar Andi. Masih menurut Andi, pihaknya juga akan membidik pasar di Asia, Amerika Selatan, dan Afrika.
Kekuatan N219 untuk melakukan penetrasi pasar, ungkap Andi, sangat ditentukan oleh performanya yang tinggi namun dengan harga relatif murah. “Jadi yang tertarik banyak sekali. Tadi saya sebelahan dengan Gubernur Kalimantan Utara, beliau bilang cocok (dengan N219) dan akan kirim orang untuk beli 5 pesawat,” urai Andi.
Soal harga, Andi menyebutkan bahwa satu unit N219 berharga sekitar 5 juta dolar. “Tergantung opsi dan kita baru bisa jual setelah 2018.”
Karena itu Andi menegaskan bahwa sertifikasi itu sangat penting untuk memberikan kepastian bahwa pesawat ini aman dioperasikan.
Dari sisi hitungan bisnis Andi memperkirakan, break even point ada dikisaran 50 unit pesawat. Ditambahkannya, untuk N219 memang difokuskan untuk penerbangan sipil, sementara untuk kebutuhan pesawat militer, PTDI menawarkan Casa NC-212.
Jejak Langkah N-219:
- 2007: muncul ide membuat sebagai pesawat multimisi dengan kemampuan short take-off and landing.
- 2014: pesawat N219 mulai dikembangkan.
- Desember 2015: prototipe N219 pertama kali diperlihatkan ke publik.
- Februari 2017: pengujian wings static.
- April-Juli 2017: tarik ulur pelaksanaan terbang perdana, akhirnya batal.
- 10 Agustus 2017: high speed taxi test dan nose wheel lift off.
- 16 Agustus 2017: terbang perdana N219 PK-XDTÂ sekitar pukul 09.10 WIB dari Bandara Husein Sastranegara di Bandung. Pesawat diterbangkan selama 26 menit oleh Captain Esther Gayatri Saleh.
- 23 Agustus 2017: uji terbang.
- 15-16 September 2017: lanjutan uji terbang.
- 5 November 2017: flight control system check.
- 6 November 2017: system navigation function check.
- 8 November 2017: pertama kali diterbangkan ke luar wilayah Bandung dan mendarat di Lanud Halim Perdanakusuma pukul 08.40 Wib.
- 10 November 2017: pemberian nama Nurtanio secara resmi oleh Presiden Joko Widodo.
Spesifikasi Teknis:
- Dimensi: panjang total: 16,7 m; tinggi 6,2 m; rentang sayap 19,5 m
- Kapasitas: 19 penumpang
- MTOW: 7.030 kg (15.498 lb)
- Daya angkut: 2.313 kg (5.099 lb)
- Mesin: 2 x PT6-42 dari Pratt & Whitney
- Avionik: Garmin 1000
- Propeller: Hartzell Propeller Inc.
- Biaya pengembangan: ± Rp 300 miliar
Teks: beny adrian