Akhir tahun lalu, tim kecil Green Berets dari Angkatan Darat Amerika Serikat, mendarat di Arab Saudi.
Saat itu mereka mendapat tugas membantu melokalisir dan menghancurkan rudal balistik dan situs peluncuran rudal di sepanjang perbatasan Saudi dengan Yaman.
Operasi yang cukup sensitif ini diceritakan pejabat AS dan diplomati Eropa kepada The New York Times.
Jika benar, tentu saja informasi ini bertentangan dengan pernyataan resmi pejabat Pentagon yang mengatakan, bantuan militer AS untuk perang yang dipimpin Saudi terhadap pemberontak Houthi di Yaman hanya terbatas pada pengisian bahan bakar pesawat, logistik, dan membagi informasi intelijen.
Sedikit rincian diberikan The Times mengenai seluk-beluk misi Green Berets, namun sejauh ini tidak ada indikasi pasukan AS menyeberang ke Yaman.
Namun, pasukan darat yang muncul di wilayah perbatasan memang terlihat seperti menghadapi eskalasi konflik.
Hanya saja, mengirim pasukan darat AS ke perbatasan adalah eskalasi bantuan Barat untuk menargetkan pejuang Houthi yang berada jauh di Yaman.
Green Berets adalah pasukan khusus AS yang terkenal dengan kemampuan melatih dan menciptakan satuan perlawanan.
Green Berets dipercaya dikirim ke perbatasan pada Desember 2017, selang seminggu setelah rudal balistik dari Yaman jatuh di dekat Riyadh, ibukota Saudi.
Seperti dikutip The Times, belasan pejabat militer AS, Eropa, dan negara-negara Arab, mengatakan pasukan komando AS telah melatih prajurit Saudi untuk mengamankan perbatasannya.
Saudi juga bekerja sama erat dengan analis intelijen AS di Najran. Kota ini dilaporkan berkali-kali mendapat serangan roket.
Di sepanjang perbatasan yang longgar itu, AS juga menggelar pesawat intai untuk mengumpulkan sinyal elektronik guna melacak senjata Houthi dan lokasi peluncuran rudal.
Pejabat yang dihubungi The Times tidak bersedia menyebutkan jati dirinya karena mereka tidak berwenang untuk membahas misi secara terbuka.
Perang di Yaman telah berlangsung sejak 2014. Pemberontak Houthi yang didukung Iran, yang semula sejalan dengan mantan Presiden Ali Abdullah Saleh yang digulingkan dan almarhum, sedang menghadapi koalisi pimpinan Arab Saudi yang mendukung Presiden Abdrabbuh Mansur Hadi.
Teks: beny adrian