MYLESAT.COM – Airshow saat ini menjadi bagian dari bisnis penerbangan beromset triliunan rupiah. Namun di era paca Kemerdekaan, AURI (TNI AU) telah memelopori pameran kedirgantaraan hanya bermodalkan pesawat pampasan perang.
Indonesia di awal kemerdekaan memang luar biasa. Baru saja merdeka, TNI sudah berdiri beberapa bulan kemudian. TNI AU menyusul setahun berikutnya pada 9 April 1946.
Hanya butuh waktu empat hari untuk berpikir, para pejuang-pejuang udara itu telah menggelar pameran kedirgantaraan pertama di Pangkalan Udara Cibereum, Tasikmalaya.
Dengan modal segelintir pesawat bekas Jepang yang masih bisa terbang, mereka pun menjelajahi Pulau Jawa, Madura hingga Lampung. Benar-benar modal nekad. Niatnya cuma satu dan tulus, yaitu memperkenalkan angkatan udara dan menanam benih airmindedness di masyarakat.
Tidak puas dengan aksi roadshow ke daerah, para pendiri TNI AU ini pun melanjutkan bulan promosinya di tempat lain. Pameran pesawat terbang itu dilanjutkan di Lanud Maospati di Magetan dan berakhir di Lanud Maguwo, Yogyakarta pada 22-24 Agustus 1946.
Suguhan acara yang ditampilkan cukup mendebarkan dengan gelaran terbang formasi pesawat Yokosuka K5Y1 Cureng dan terjun payung oleh pelopor-pelopor AURI.
Sebelum menampilkan demonstrasi terjun payung, para pelopor TNI AU ini sudah melaksanakan latihan secara terbatas di Yogyakarta. Tiugas pembentukan pasukan payung ini diberikan Komodor Suryadarma kepada Opsir Udara II Muhammad Soedjono.
Selanjutnya atas perintah Markas Tertinggi AURI melalui Komodor Muda Udara Halim Perdanakusuma pada 1947, Soedjono diperintahkan membentuk pasukan payung.
Soedjono sendiri belum pernah melaksanakan terjun. Karena itu ia mencari orang-orang yang berpengalaman dalam hal terjun payung. Secara kebetulan Soedjono mendapatkan beberapa payung peninggalan Belanda yang sudah lama tidak terpakai di Pangkalan Udara Maguwo.
Soedjono kemudian mendapatkan informasi kalau ada pelipat payung zaman Belanda yaitu Legino, Amir Hamzah, dan Pungut.
AURI melaksanakan latihan penerjunan pertama kali pada 12 Februari 1946 di Maguwo. Penerjunan ini seharusnya menggunakan pesawat C-47 Dakota, namun diganti dengan pesawat Cureng. Penerjunan dilakukan dari ketinggian 2.300 kaki dari tiga pesawat.
Pesawat pertama diterbangkan Adisutjipto dan menerjunkan Amir Hamzah, penerbang kedua oleh Iswahyudi menerjunkan Legino dan pesawat ketiga diterbangkan M. Suhodo, menerjunkan Pungut. Demonstrasi ini pertama di Indonesia disaksikan Suryadarma dan Panglima Besar Sudirman.
Dipercaya bahwa pameran kedirgantaraan termegah pada awal Kemerdekaan dilaksanakan tahun 1947 di Maguwo. Selain dihadiri 27 pesawat AURI peninggalan Jepang, turut menggelar static show pesawat DC-3 Dakota milik Commercial Air Lines Ltd (CALI), Filipina.
Ribuan rakyat berduyun-duyun ke Maguwo untuk menyaksikan dari dekat terbang lintas dan aerobatik, dan beberapa terlihat mengabadikan di kamera. Joy flight pun sudah dilakukan saat itu.
Acara yang dinaratori oleh Komodor Halim Perdanakusuma itu tak kalah meriahnya dihadiri Presiden Soekarno beserta Ibu Fatmawati serta Panglima Besar Jenderal Sudirman dan Ibu. Bertindak sebagai panitia Letnan R.J. Salatun, yang kemudian dikenal sebagai Kepala Dinas Penerangan TNI AU pertama.
Selain menggelar air show untuk membangkitkan minat kedirgantaraan, AURI juga memberikan ceramah-ceramah terbuka dan menerbitkan stensilan yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya majalah Angkasa.
Kedekatan TNI AU dengan rakyat memang mudah tumbuh dan terjalin mesra melalui pameran kedirgantaraan. Itu sebabnya TNI AU secara rutin menggelar mini air show, misalkan berbarengan dengan dilaksanakannya latihan di suatu daerah.
Masyarakat diizinkan masuk ke dalam pangkalan untuk melihat langsung pesawat dan tentu saja bertemu dengan para penerbang idola mereka. Kegiatan bertajuk open house ini dinilai efektif untuk menumbuhkan jiwa-jiwa keudaraan di kalangan generasi muda dan anak-anak.
Harapan itulah yang kembali disampaikan masyarakat dengan akan dilaksanakannya HUT TNI AU ke-77 di Lanud Halim Perdanakusuma pada 9 April 2023. Pasalnya sudah tiga tahun mereka tidak bersentuhan lagi dengan para ksatria langit sejak masa pandemi.
Melalui akun media sosial, para netizen ini menyuarakan kerinduannya untuk bisa kembali melihat langsung aksi pesawat tempur TNI AU dan mendengar gemuruh mesin jet yang menggetarkan batin mereka.