MYLESAT.COM – Setahun terakhir, Angkatan Luar Angkasa Amerika Serikat (US Space Force) telah bekerja sama dengan Angkatan Udara dan Angkatan Laut untuk mempelajari pengalaman mereka dalam mengembangkan lingkungan pelatihan dan pengujian yang canggih serta realistis untuk pesawat tempur F-35 Joint Strike Fighter. Tujuannya adalah untuk suatu hari menciptakan kemampuan serupa bagi domain luar angkasa.
Kolonel Corey Klopstein, pejabat eksekutif program untuk Infrastruktur Pengujian dan Pelatihan Operasional di Komando Sistem Luar Angkasa, mengatakan bahwa timnya mulai berdiskusi tahun lalu dengan Divisi Kemampuan Pelatihan Lanjutan Angkatan Udara tentang bagaimana Angkatan Luar Angkasa dapat terlibat dalam upaya yang dikenal sebagai Joint Simulation Environment (JSE).
Sejak itu, US Space Force telah bergabung dengan kelompok pengguna JSE dan bekerja dengan kantor program untuk mencari cara menghadirkan kemampuan luar angkasa ke dalam lingkungan simulasi serta mengembangkan sistem pengujian dan pelatihan canggih mereka sendiri.
“Angkatan Luar Angkasa perlu menyediakan efek luar angkasa bagi joint warfighter agar mereka dapat memvalidasi efektivitasnya dalam latihan dan simulasi,” kata Klopstein pada 5 Maret dalam Air Warfare Symposium di Aurora, Colorado.
“Kami membutuhkan lingkungan berkualitas tinggi untuk memvalidasi kinerja sistem kami dalam skenario ancaman yang kami perkirakan serta untuk menguji taktik kami,” ujarnya.
JSE sering dikaitkan dengan F-35 karena Angkatan Laut dan Angkatan Udara mengembangkannya sebagai fasilitas pengujian canggih untuk pesawat tempur tersebut
Saat ini, hanya ada satu sistem JSE yang berlokasi di Pangkalan Udara Angkatan Laut Patuxent, Maryland. Namun, dalam beberapa minggu mendatang, sistem kedua akan diaktifkan di Pangkalan Angkatan Udara Nellis, Nevada, dengan rencana untuk memperluasnya ke semua pangkalan F-35.
Seiring perluasan fasilitas JSE, tujuannya adalah menjadikannya sebagai lingkungan pelatihan tempur utama bagi AS dan mitra koalisi. Sebagai bagian dari proses ini, mereka bekerja sama dengan Angkatan Luar Angkasa untuk mengintegrasikan simulasi kemampuan dan skenario luar angkasa guna menjadikan pelatihan lebih representatif. Ini bisa mencakup simulasi perang elektronik berbasis luar angkasa, navigasi, atau komunikasi.
Klopstein mengatakan bahwa Angkatan Luar Angkasa mendanai pengembangan standar dan spesifikasi untuk menghadirkan kemampuan luar angkasa ke JSE.
Dalam jangka panjang, US Space Force sedang merancang sistem simulasi canggih. Saat ini, perangkat pelatihan masih terpisah-pisah dan tidak terhubung satu sama lain, sehingga personel dari berbagai misi tidak dapat berlatih bersama.
Klopstein menjelaskan bahwa mereka sedang mengembangkan sistem pelatihan terdistribusi (cross-mission) dan tingkat tinggi. Di sisi terdistribusi, mereka menggunakan sistem bernama Swarm untuk latihan taktis berskala besar seperti Space Flag.
Simulasi realistis juga sangat penting bagi pengujian sistem luar angkasa, karena Angkatan Luar Angkasa sangat bergantung pada pengujian virtual untuk memverifikasi apakah satelit dan teknologi luar angkasa berfungsi sesuai harapan.
Berbeda dengan angkatan militer lainnya yang bisa menguji kapal di laut atau pesawat di udara, sistem Angkatan Luar Angkasa tidak dapat diuji langsung di luar angkasa, sehingga infrastruktur pengujian berbasis darat menjadi sangat krusial.
Klopstein menekankan bahwa dengan semakin padatnya luar angkasa dan meningkatnya ancaman dari musuh, mereka membutuhkan simulasi yang dapat mencerminkan perubahan lingkungan luar angkasa.
“Kita harus memastikan bahwa sistem kita dapat bertahan dalam lingkungan ancaman yang sebelumnya tidak pernah kita pertimbangkan,” katanya. “Mengumpulkan data kuantitatif yang representatif akan memberi kita keyakinan bahwa sistem ini dapat bekerja dalam kondisi ancaman yang ada.”
Saat ini belum ada keputusan mengenai bentuk JSE untuk luar angkasa atau jadwal pengembangannya. Namun Klopstein mengatakan bahwa mereka ingin belajar dari pengalaman Angkatan Udara dalam mengembangkan program ini dan menerapkan pembelajaran tersebut ke sistem masa depan mereka.
“Kami ingin membangun lingkungan pelatihan luar angkasa sintetis dan berkualitas tinggi,” jelasnya