Behind The Scene Pasca Bencana Alam di Palu, Simak Cerita Panglima TNI Berikut

0

Entah apa yang dipikirkan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto setelah bencana gempa bumi terjadi di Palu, Sulawesi Tengah beberapa waktu lalu.

Bagaimana tidak berpikir keras. Pasalnya saat itu juga ribuan prajurit dan peralatan TNI sudah tergelar di Lombok, Nusa Tenggara Barat untuk membantu rekonstruksi dan rehabilitasi pasca gempa. Lalu terjadi lagi gempa dengan kekuatan di atas 7 SR, disusul tsunami dan likuifaksi di Palu.

Namun dengan kelebihan yang dimiliki TNI yaitu terlatih, militan, dan jalur komando yang tegas, dalam waktu relatif singkat sudah diterjunkan ratusan prajurit di wilayah Palu dan sekitarnya.

“TNI selalu hadir dalam penanganan masalah bangsa seperti bencana di Lombok dan Palu, saya sampaikan bahwa TNI mampu menangani percepatan penanganan bencana serta rehabilitasi dan rekonstruksi,” ujar Panglima TNI saat Apel Danrem Dandim Terpusat 2018 di Makopussenif Kodiklat TNI AD di Bandung, Jawa Barat, Senin (26/11/2018).

Panglima TNI pun lalu berbagi cerita kondisi saat itu, semacam kisah di balik layar alias behind the scene.

“Duabelas jam jam setelah kejadian, saya minta kewilayahan memberikan informasi kondisi Palu, saya perintahkan KSAU melakukan pemotretan udara untuk mengetahui apa yang terjadi,” jelas Hadi.

Saat melihat hasil foto udara, sungguh mengagetkan. Kehancuran begitu massif, dan yang terlintas di kepalanya adalah bagaimana mungkin tsunami bisa mencapai wilayah daratan begitu jauh. Inilah yang kemudian dikenal publik sebagai likuifaksi.

Tidak hanya meminta laporan situasi terkini di lokasi, Marsekal Hadi juga segera memerintahkan jajarannya untuk mengirim pasukan secepatnya.

“Jam 12 malam sudah siap Yonkes Kostrad, saya sampaikan ke Pak Andika (Jenderal TNI Andika Perkasa) untuk mengirim pasukan dari Divisi 3 Kostrad ke Palu,” lanjut Hadi.

Dengan gerak cepat dan koordinasi intens dalam garis komando yang tegas, TNI dengan cepat sudah mengirimkan prajuritnya ke Palu khususnya dengan spesifikasi kesehatan.

Dilanjutkan Hadi, H+1 dirinya sudah tiba di Palu. Saat itu juga ia meminta gubernur menyiapkan lokasi pemakaman umum untuk dijadikan kuburan massal. Gubernur pun memberikan lahan di TPU Poboya Indah yang berada di ketinggian.

Lepas tengah hari, Hadi pun bergerak ke Poboya Indah untuk melihat situasi. “Saya minta segera gali 5 x 10 meter untuk dijadikan kuburan massal,” ungkap Hadi yang yakin kuburan massal pasti akan dibutuhkan mengingat banyaknya korban jiwa.

Karena gempa di Palu berkekuatan di atas 7SR, aturan internasional menegaskan bahwa negara lain diperkenankan memberikan bantuan. Namun dengan keyakinan akan kekuatan dan kemampuan yang dimiliki TNI, Hadi tidak menerima seluruh bentuk bantuan yang ingin diberikan negara sahabat.

“Saya sampaikan ke Menkopolhukam bahwa bantuan luar negeri hanya bantuan udara saja serta penjenih air dan bahan makanan,” tegasnya.

Kondisi di lapangan yang dinamis juga memberikan pengalaman berharga kepada TNI. Kondisi Palu pasca gempa ternyata berbeda dengan di Lombok. Warga yang panik, ketakutan, dan kelaparan menjarah sejumlah pusat pertokoan dan pom bensin.

Demi alasan keamanan, Panglima TNI pun memutuskan untuk mengirim lebih banyak pasukan bersenjata ke Palu.

“Beda bencana di Lombok dan Palu adalah, di Palu kita kirim sekian batalion untuk mengamankan pusat perekonomian dan depo Pertamina,” ulas Hadi.

Hadi pun mendapat laporan telah terjadi kelangkaan bahan bakar. Dari laporan KSAD Jenderal Mulyono, diharapkan pemerintah segera mengirim bahan bakar ke Palu. Kondisi ini pun dilaporkan Hadi kepada Presiden Jokowi, yang segera memerintahkan Pertamina memasok BBM ke Palu lewat darat.

“Kita harus mengirimkan pasukan lebih banyak dan saya terima kasih kepada KSAD mampu mengirim pasukan 6.000 lebih dalam waktu relatif cepat,” kata Hadi mantap.

Baik di Lombok maupun di Palu, Panglima TNI membentuk Komando Tugas Gabungan Terpadu disingkat Kogasgabpad, yang menurut Marsekal Hadi selama ini hanya dipahami pada saat pendidikan.

Pembatasan lainnya yang dikeluarkan Hadi terkait bantuan asing yang ingin datang ke Palu adalah, tidak mengizinkan masuknya tenaga medis dari luar negeri.

“Kita adalah negara tropis yang merupakan supermarketnya penyakit, saya tidak mau tenaga medis dari luar masuk dan mengambil sampel darah rakyat Indonesia dan bisa mengetahui berbagai penyakit dan mengembangkan serum atau vaksin untuk itu,” ungkap Hadi terkait isu bio security.

Dalam kaitan inilah Marsekal Hadi menyampaikan keinginan TNI untuk mendata seluruh laboratorium yang ada di Indonesia, yang merupakan bagian dari upaya bio safety.

Hadi pun mengungkapkan kegelisahannya dengan menceritakan wabah penyakit campak yang beberapa waktu lalu merebak di Asmat, Papua.

“Kita ingin membangun badan Bio Safety dan Bio Security di bawah naungan TNI,” urai Hadi lagi.

 

Teks: beny adrian

Share.

About Author

Being a journalist since 1996 specifically in the field of aviation and military

Leave A Reply