Bangga TNI AU Punya Top Gun, Inilah Alumni Angkatan Pertama Fighters Weapon Instructor Course 2021

0

MYLESAT.COM – “Kita ingin kembali mencetak FWIC, namun karena biayanya sangat mahal jika dikirim ke luar negeri maka kita lakukan secara mandiri. Adik-adik di skadron pasti mampu melakukannya,” ujar KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo suatu ketika.

Optimisme KSAU yang didasarkan kepada fakta itu, terbukti sudah. Lima penerbang tempur berhasil menyelesaikan FWIC (Fighters Weapon Instructor Course) TNI AU tahun 2021. Kursus yang dilaksanakan secara mandiri oleh TNI AU ini adalah, lembaga pendidikan bergengsi di lingkungan penerbang tempur.

Baca Juga:

Sebelum berakhirnya pendidikan elite ini, KSAU meninjau langsung tahapan akhir FWIC TNI AU tahun 2021 yang digelar di Lanud Iswahjudi, Magetan, Senin (2/8/2021). Maka hari ini, Selasa, FWIC ditutup secara resmi.

Pelaksanaan FWIC yang seluruhnya digawangi oleh anggota TNI AU ini dipimpin oleh Komandan Wing Udara 3 Lanud Iswahjudi Kolonel Pnb Muchtadi Anjar Legowo. Seluruh instruktur dipilih dari para penerbang tempur yang memiliki kualifikasi fighters weapon instructor.

KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo mengungkapkan bangganya karena terlaksananya FWIC dengan baik dan aman. Foto: beny adrian/ mylesat.com

Kandidat FWIC tahun ini adalah para penerbang pilihan dari skadron tempur TNI AU yang berjumlah lima orang.

Mereka adalah Mayor Pnb Ferry Rachman “Rabbit dari Skadron 3 (AAU 2007), Mayor Pnb Eri Nasrul Mahlidar “Grayfox” dari Skadron 16 (AAU 2007), Mayor Pnb Kurniadi Sukmo Djatmiko “Merlin” dari Skadron 15 (AAU 2007), Mayor Pnb Satriya Tikwana Ratih “Magpie” dari Skadron 11 (AAU 2008) dan Mayor Pnb Dedy Pratomo “Wholphin” dari Skadron 21 (AAU 2008).

Pada periode sebelumnya, FWIC diselenggarakan dengan berbagai cara. Mulai dari mengirim penerbang ke luar negeri, melakukannya bersama negara sahabat, dan terakhir mendatangkan ahli dari luar negeri.

FWIC atau Fighters Weapon Instructor Course yang dibuat secara mandiri oleh TNI AU, adalah pendidikan atau kursus yang diikuti para penerbang tempur dengan kualifikasi tertentu.

FWIC dilaksanakan dengan satu tujuan untuk mencetak para penerbang meraih kasta tertinggi di komunitas penerbang tempur, layaknya seseorang yang meraih gelar PhD di universitas.

“Mencetak penerbang tempur berkualifikasi fighter weapons instructor (FWI) yang memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang weapons, weapons-related, and tactics pada level taktis dan operasional,” jelas Kolonel Pnb Anjar Legowo.

Keberhasilan pertempuran udara sangat dipengaruhi oleh kehebatan fighter controller dan Ground Forward Air Controller. Foto: beny adrian/ mylesat.com

Selama latihan, setiap kandidat melaksanakan 28 sorti, dengan materi latihan seperti DBFM, ACT, Armed Recce, LFE, dan Tactical Air Combat.

Di USAF, pendidikan Fighters Weapon Instructor Course bisa berlangsung hingga enam bulan. Berbagai materi diberikan mulai dari dasar-dasar cara kerja senjata di pesawat tempur hingga seni dan ilmu pengambilan keputusan yang tepat sebagai fighters weapon instructor.

Siapa saja yang layak mengikuti FWIC TNI AU? Mereka adalah penerbang tempur yang dipilih secara ketat. Calon harus memiliki kualifikasi Flight Lead atau Leader dengan empat pesawat dan minimum telah memiliki 100 jam terbang sebagai Flight Leader.

Calon siswa juga sudah harus melaksanakan minimum dua kali misi air to air maupun air to ground sebagai Leader empat pesawat dan sejumlah persyaratan lainnya.

FWIC mandiri pertama ini dibagi dalam dua tahap, yaitu Ground Training (Academic) dan Flying Training. Ground Tarining dilaksanakan di gedung Air Combat Maneuvering Instrumentation (ACMI). Sementara Flying Training di local training area Lanud Iswahjudi dan Lanud Abdulrahcman Saleh, Malang.

KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo mengucapkan selamat kepada lima kandidat Fighters Weapon Instructor. Foto: beny adrian/ mylesat.com

Khusus materi penembakan udara ke darat (Air to Ground), dilaksanakan di Air Weapon Range (AWR) Pulung.

Pesawat tempur yang dilibatkan dalam latihan adalah Su-27/30 Flanker, F-16 Fighting Falcon, T-50i Golden Eagle dan pesawat EMB-314 Super Tucano. Selain juga pesawat C-130 Hercules, CN295 dan helikopter NAS332 Super Puma.

Ketiga alutsista terakhir memainkan peran dalam misi infiltrasi pasukan khusus atau penyelamatan di medan tempur (CSAR). Di mana para kandidat FWIC harus bisa memberikan air cover kepada pesawat angkut yang sedang menyusupkan pasukan.

Dalam latihan serupa di lingkungan USAF, peserta FWIC diuji di lebih dari 30 sorti penerbangan untuk mengetahui kemampuan mereka hingga ke level tertinggi. Siswa harus menerapkan semua materi yang telah dipelajari dari instruktur dan buku manual, untuk kemudian mengembangkan dan melaksanakan rencana operasi terhadap segudang skenario menantang yang disodorkan kepada mereka.

Nantinya para lulusan FWIC yang telah digembleng oleh instruktur senior dan berpengalaman, akan menurunkan ilmu mereka untuk membimbing yuniornya. Begitulah siklus di skadron tempur.

Bagi TNI AU, Fighters Weapon Instructor Course merupakan salah satu upaya pembinaan awak pesawat tempur. Mereka akan diproyeksikan menjadi penasehat bidang pertempuran udara, baik pada tingkat taktis maupun tingkat operasional. Selama kursus, para peserta dibekali ilmu pengetahuan yang terkait taktik pertempuran udara dan penggunaan senjata udara.

Pada kunjungannya itu, KSAU berkali-kali memberikan apresiasi dan menyampaikan rasa bangganya atas terlaksananya FWIC dengan aman dan lancar.

FWIC melibatkan 537 personel di mana di antara mereka termasuk lima kandidat dan tujuh instruktur. FWIC TNI AU tahun 2021 diselenggarakan sejak minggu pertama April 2021 hingga berakhir pada 3 Agustus 2021.

Pada fase ground training, kandidat fighters weapon instructor ini mengunjungi satuan-satuan lain di lingkungan TNI AU yang terlibat dalam operasi udara. Di antaranya Depohar 60, Denhanud 476 Paskhas, Denmatra 2 Paskhas, Pusdiklat Hanudnas, Skadron 3, Skadron 14, Skadron 15, dan Skadron 21.

Kelima kandidat FWI ini adalah penerbang tempur terbaik di skadron masing-masing. Foto: beny adrian/ mylesat.com

Kunjungan ke Pusdiklat Hanudnas akan membekali calon kandidat FWIC dengan pengetahuan tentang pertempuran udara yang sangat dipengaruhi oleh kepiawaian personel fighter controller dan Ground Forward Air Controller (GFAC).

Dengan demikian, terang saja KSAU Marsekal Fadjar Prasetyo merasa bangga dengan hasil yang telah dicapai selama FWIC TNI AU ini.

“Saya bangga pada kalian semua, ini pertama kalinya FWIC kita laksanakan. Ini tidak mudah tapi saya yakin dengan kemampuan adik-adik sekalian khususnya yang sudah memiliki kualifikasi fighters weapon instructor dari kesempatan sebelumnya,” beber KSAU.

Memang pelaksanaan fighters weapon course (FWC) dan fighters weapon instructor course di TNI AU sudah cukup lama terhenti pelaksanaannya. Terakhir kali pelaksanaan FWIC pada 2016. Sedangkan FWC pada 2018 bersama Singapura.

KSAU mengakui tidak mudah mengorganisir FWIC sampai terlaksana sesuai rencana saat ini. Perjuangan di Mabesau terutama dalam hal anggaran, menjadi fase menentukan hingga akhirnya kursus ini diputuskan untuk digelar.

“Ini perjalanan yang tidak mudah, effort cukup besar dari anggaran, kesiapan pesawat dan di tengah kalian harus melaksanakan tugas rutin di satuan. Terkadang kesiapan pesawat pun turun dan sebagainya,” jelas Fadjar yang mengaku bangga dengan kelima penerbang yang berhasil menyelesaikan FWIC.

“Dan saya lebih bangga lagi kepada para instrukturnya,” tambah KSAU.

Marsekal Fadjar berharap kepada para penerbang untuk terus meningkatkan kemampuan dan pengetahuannya dalam hal pertempuan udara.

“Tetap jaga level kemampuan kalian, turunkan kepada adik-adik kalian dan Mabesau akan membuat perencanaan supaya ini berkesinambungan. Karena waktu berjalan cepat sekali, sedangkan kita perlu mempertahankan dan meningkatkan kemampuan,” kata KSAU.

Dengan suksesnya pelaksanaan FWIC pertama TNI AU ini, KSAU menunggu hasil evaluasi menyeluruh dari kelebihan dan kekurangan yang ditemui. Dengan harapan FWIC berikutnya akan jauh lebih baik.

“Kita tidak tahu apa yang akan terjadi, jadi terus mengasah dan mengejar kemampuan. Saya puas karena penerbang kita ini sudah standar. Mulai dari pelaksanaan, briefing procedure dan taktik, semua sudah sama. Itu membuat saya bahagia sebagai Kepala Staf,” aku Marsekal Fadjar.

Di akhir sambutannya di ruang ACMI Lanud Iswahjudi sebelum melaksanakan foto bersama dengan kelima kandidat FWI, Marsekal Fadjar menyampaikan bahwa untuk selanjutnya, FWIC akan dilaksanakan dua tahun sekali.

Foto bersama KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, kandidat FWI dan pejabat TNI AU yang menyertai rombongan KSAU. Foto: beny adrian/ mylesat.com

Selain FWIC, TNI AU juga akan rutin melaksanakan latihan pertempuran udara skala besar MOT (Mission Oriented Training), yang di dalamnya terdapat satu materi pengerahan pesawat jumlah besar dalam skenario LFE (Large Force Employment).

Saat mengunjungi finishing pembangunan gedung Air Combat Maneuvering Instrumentation (ACMI) Lanud Iswahjudi awal 2021, Panglima TNI tak kalah kagumnya mengatakan begini. “Bagus sekali, ini nanti akan menjadi Top Gun-nya Indonesia,” ungkap Marsekal Hadi saat itu.

Share.

About Author

Being a journalist since 1996 specifically in the field of aviation and military

Leave A Reply